Part 29

4.5K 460 60
                                    

***

Carol adalah buronan yang ulung, meskipun ia cerdik dalam melarikan diri, namun nyatanya ia kalah cerdik dari sang suami yang saat ini sudah mengetahui keberadaannya. Padahal belum ada dua puluh empat jam, namun Sam sudah berhasil menemukan keberadaan Carol melalui intelnya.

Sam pun kini bisa bernafas lega, ketegangan yang ia rasakan sejak tadi kini mulai berangsur menghilang. Ia pun sudah tak peduli lagi dengan penampilannya yang awut-awutan, bau badan yang menyengat karena tidak mandi, bahkan ia sendiri merasa jijik dengan bau mulutnya karena belum sempat sikat gigi. Tapi itu semua bukan masalah, ia bisa mengurus dirinya nanti jika sudah bertemu dengan pujaan hatinya yang tengah merajuk.

Apalagi Carol sedang berada di hotel milik rekan bisnisnya Randy, Sam bisa quality time bersama istrinya disana, sungguh rencana yang sangat bagus bukan?

"Kamu sudah berani masuk ke kehidupanku, itu artinya kamu tidak akan bisa keluar lagi sweetie." Gumam Sam pada dirinya sendiri. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan istrinya dan ia akan menjelaskan segalanya kepada Carol sejelas-jelasnya.

***

Di lain tempat Lena kini tengah menunggu Moreno yang tengah mengurusi administrasi rumah sakitnya. Lena sudah sadar sejak subuh tadi dan sore ini ia baru diperbolehkan pulang oleh dokter. Lena sebenarnya sangat malu pada Moreno, sebab hanya karena dirinya yang kurang fit dan datang bulan, pria itu sampai repot-repot membawanya ke rumah sakit. Padahal ia hanya butuh istirahat dan alat pengompres perut serta obat datang bulan, tapi karena dirinya yang pingsan, makanya Moreno sampai panik dan akhirnya membawa dirinya ke rumah sakit. Apalagi Moreno memaksa untuk membiayai seluruh biaya rumah sakit serta obatnya. Lena jadi makin tak enak, baginya Moreno terlalu berlebihan, Lena jadi sungkan.

"Lena!" Panggil Moreno, namun tak ada jawaban, rupanya Lena sedang melamun. "Lena!"

"Ah eh.. i-iya om!" Sahut Lena gelagapan membuat Moreno menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Kalau kamu masih belum baikan, sebaiknya kita kembali ke ruang perawatan."

"Enggak om enggak! Aku nggak mau, aku baik-baik aja." Geleng Lena dengan cepat.

"Ya sudah kalau begitu sekarang saya antar kamu pulang."

"Hm." Angguk Lena.

"Ayo!" Moreno mengulurkan tangannya.

"Hm?" Delik Lena penuh tanda tanya.

"Saya tuntun sampai mobil."

"Tap-"

"Atau saya gendong?" Pertanyaan Moreno langsung mendapat gelengan keras dari Lena, mau dituntun saja jantung Lena sudah tak karuan berdebarnya apalagi digendong, mungkin gadis itu bisa pingsan lagi setelahnya.

"Dituntun aja." Ucap Lena, lalu iapun menerima uluran tangan Moreno. Dan mereka berdua pun segera meninggalkan rumah sakit untuk menuju apartemen Lena.

***

Sedangkan di hotel, Carol kini sedang makan di dalam kamar, namun sejak tadi ia terus mengaduk-aduk makanannya, selera makannya benar-benar kacau hilang entah kemana, Carol hanya bisa menangis dan menangis terus meratapi segala nasibnya.

Padahal sejak tadi bayinya terus menggeliat kelaparan, harusnya Carol bisa makan dengan lahap, tapi kenapa sang anak tak mau diajak kompromi? Anak itu menginginkan papanya, menginginkan tangan besar yang biasa menyuapinya, tapi sayangnya saat ini situasinya sedang tidak mendukung, dan Carol pun tidak bisa menuruti keinginan calon buah hatinya itu.

"Kamu tau? Kamu adalah bayi ajaib, bayi mahal milik papa Sam, cuma mama yang bisa hamil anak papa kamu, dan kamu adalah suatu keajaiban yang sangat langka baginya, tapi sayangnya sekarang mama malah memisahkan kamu sama dia. Maafkan mama sayang." Ungkap Carol pada calon buah hatinya sembari mengusap-usap perut buncitnya. Tubuh Carol bahkan lebih kurus dari sebelum ia hamil, perutnya saja yang begitu menonjol, namun meskipun terlihat seperti busung lapar, akan tetapi wajahnya tetap cantik dan tubuhnya masih sangat seksi. Carol harus berterimakasih pada postur tubuhnya yang sangat sempurna dan mendukung sekali. Sehingga ia masih tetap percaya diri dan tak terlalu minder jika pergi keluar rumah.

"Makan ya... Mama laper banget, tapi males makan." Airmata Carol kembali bercucuran, ia kesal sekaligus lapar, sedih, kesepian, semuanya bercampur jadi satu membuat hormon kehamilannya memberontak tidak karuan. "Ah! Brengsek!" Jerit Carol sembari melempar sendok kesembarang arah, ia sebenarnya tak ingin mengumpat, tapi kenapa mulutnya sudah tak bisa ia kendalikan lagi, dan akhirnya umpatan itu lolos begitu saja dari bibir manisnya. Wanita hamil itupun langsung membanting piring berisi makanan sampai terdengar bunyi yang sangat keras, lalu iapun kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang, menangis sejadinya disana seperti kemarin malam. Carol sangat lelah dan kesal, sungguh rasanya mau marah pada bayinya tapi ia tak sanggup melakukannya, anaknya tak bersalah, anak itu hanya menginginkan ayahnya dan itu tidak salah sama sekali.

"Kenapa semua jadi begini sih... Aku pikir setelah menikah semuanya bakalan beres nggak ada masalah, semuanya berjalan sesuai impian tapi... Ingat Carol sesuatu yang awalnya dimulai dengan tidak baik, pasti akan berakhir dengan tidak baik pula, ini hukuman kamu, kamu harus terima. Dosa besarmu begitu banyak." Gumam Carol dengan putus asa, sekarang ia hanya seorang diri, ia tak mungkin pulang ia takut Moreno marah, lari ke Lena pun tak ada gunanya, ia sudah cukup merepotkan sahabatnya itu. Mau ke London ke rumah neneknya? Yang benar saja? Itu terlalu jauh dan pasti akan sangat melelahkan sekali dengan kondisinya yang saat ini.

Carol bingung, ia terjebak dalam tindakan nekad yang ia buat sendiri, Sam pasti tak akan mencarinya, suaminya itu tak mencintainya jadi buat apa mencari dirinya? Sam bahkan tak percaya padanya, pada bayinya, pria itu... Ah rasanya Carol ingin sekali menamparnya.

"Mami... Carol kangen..." Kalau sudah begini, itu artinya ia benar-benar sudah tidak kuat lagi, Carol sepertinya kuat, tapi sebenarnya ia sangat lemah dan butuh sandaran.

***

Moreno dan Lena sudah sampai di apartemen, sejak tadi Lena terus diam membuat Moreno merasa canggung dan aneh, karena tak biasanya gadis itu seperti ini, biasanya Lena banyak bicara dan sangat ceria, tapi sejak tadi gadis itu terus diam dan menunduk.

"Udah sampai om, aku masuk dulu ya! Om nggak perlu anter aku baik-baik aja kok." Ungkap Lena, lalu iapun segera membuka pintu mobil dan bersiap keluar, namun Moreno tiba-tiba saja mencekal tangannya.

"Saya ada salah? Kenapa sejak tadi kamu diam terus? Perut kamu masih sakit atau gimana? Saya sangat mencemaskan kamu Lena, apalagi saat kamu pingsan kemarin." Ujar Moreno membuat wajah Lena benar-benar memerah.

"Engh... Aku.. gimana ngomongnya ya om. Om nggak salah apapun kok, aku malah terimakasih banget karena om mau repot-repot ngurusin aku, aku cuma malu aja sama om, aku cuma datang bulan aja tapi om malah bawa aku ke rumah sakit, padahal itu cuma hal sepele." Jelas Lena dengan perasaan tak enak.

"Sepele? Ya mungkin bagi kamu itu hal sepele, tapi bagi saya tidak Lena, dokter bilang kamu anemia, telat makan, dan kelelahan, itu bukan masalah sepele, itu bahaya, kamu jangan suka meremehkan kondisi kesehatan kamu. Saya sangat marah dan kesal, tapi saya lebih kasihan sama kamu makanya saya menahan seluruh emosi saya. Kamu selalu memperhatikan kesehatan saya tapi kamu sendiri malah mengabaikan kesehatan kamu. Lain kali saya nggak mau melihat kamu yang seperti ini, saya takut kamu kenapa-kenapa."

Ya Tuhan apa yang Moreno katakan barusan? Wajah Lena sampai semerah tomat begini, kenapa papi Carol bisa seperhatian dan seromantis ini sih, Lena kan jadi terbawa perasaan.

"Saya antar kamu sampai ke dalam." Ujar Moreno tanpa mau dibantah lagi.

"Terserah om." Lenapun hanya bisa mengangguk pasrah, menolak pun percuma saja, pasti Moreno nanti akan terus memaksa dirinya.

***

bersambung...



Sweeeeeeet.... Ngebut² ayo banyakin vomment! 😘😘😘😘

Hot promo masih jalan yah! Tersedia 8 pdf, Armand Baby, suamiku, brother For JEVIN, my Naughty Fiancee, my Handsome Devil, Rajendra, Beby, dokter cintaku. 100k dpet 4 pdf, lgsg chat aq ya 085854904480 via TF bank ya!

Passionate (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang