***
Beberapa pekan berlalu, dan hari-hari yang Carol lalui begitu menyedihkan karena ia tak bisa leluasa bertemu dengan Sam, Sam sengaja menyuruh anak buahnya untuk menghadang Carol bahkan mengusir wanita itu pergi ketika Carol ingin menemui Sam.
Apalagi akhir-akhir ini tamu bulanan Carol tak kunjung datang membuatnya begitu sangat senang dan berharap-harap cemas. Namun harapan tinggallah harapan, karena setiap Carol mengetesnya dengan testpack, selalu saja menunjukkan satu garis yang artinya adalah negatif.
Carol tak kunjung hamil padahal sudah hampir dua bulan setelah kejadian itu berlalu. Apakah yang Sam katakan tentang dirinya yang mandul itu memang benar adanya? Entahlah!
Jika memang benar, lantas apa yang musti Carol lakukan? Tapi tidak boleh! Bukan Carol namanya jika ia pesimis begitu saja, Carol yakin ia pasti hamil. Ia harus memastikannya sendiri ke dokter kandungan, dan jika memang dirinya masih dinyatakan belum hamil, maka Carol akan melancarkan aksinya yang kedua.
"Gimana hasilnya?" Tanya Lena, teman baik Carol sekaligus keponakan dari Sam. Sungguh kebetulan yang luar biasa bagi Carol, ia bisa berteman dengan keponakan pria yang sangat ia cintai.
"Hhh... Masih negatif. Tapi gue nggak boleh nyerah." Jawab Carol dengan senyuman paksa.
"Segitu gilanya ya Lo sama om gue? Sweety Lo bisa dapetin cowok yang lebih segalanya dari om Sam, banyak yang ngejar-ngejar Tuan Putri kayak Lo dari Darius, Steven, Rommy, Theo, apalagi Edward yang ngebet banget pengen nikahin Lo. Yang ngejar-ngejar Lo tuh anak orang kaya semua, mereka punya segalanya dan wajah mereka juga ganteng-ganteng, apalagi si Edward, gue juga langsung mau kali kalau diajak nikah sama dia." Cetus Lena membuat Carol menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir.
"Lo suka sama Edward? Ambil aja tuh! Gue nggak butuh. Gue cuma suka sama mas Sam titik!" Seperti itulah Carol, keras kepala dan teguh pendirian, ketika ia hanya menyukai satu orang, maka Carol akan mengejarnya sampai dapat.
"Lo mau kemana sweet?" Tanya Lena ketika melihat Carol tengah merias dirinya.
"Ketemu calon suami, apalagi? Udah beberapa Minggu ini gue nggak bisa ketemu sama dia gara-gara para bodyguard reseknya, hari ini gue mau cari peruntungan. Gue kangen berat, Lo mau anterin gue kan? Pasti dia mau keluar kalau ada Lo."
"Ya ya ya... Gue anterin."
"Makasih sayang..." Carol tersenyum puas dan dibalas senyuman pula oleh Lena. Mereka berdua sudah hampir setahun menjalin pertemanan, sejak Carol mengejar-ngejar Sam, saat itu pula ia bertemu dengan Lena yang selalu membantunya agar dekat dengan Sam.
***
Carol dan Lena akhirnya sampai di kantor milik Sam, kantor Sam begitu indah dan mempunyai gedung pencakar langit yang sangat tinggi. Banyak taman dan beberapa kolam air mancur yang menghiasi halaman kantor.
"Lo masuk duluan aja, gue mau parkir mobil dulu." Ujar Lena pada Carol.
"Hm, tapi Lo cepetan! Jangan lama-lama."
"Eh-eh tuh tuh! Om Sam baru masuk kantor tuh!" Tunjuk Lena pada Sam yang tengah berbicara pada beberapa pegawainya.
"Eh iya, ya ampun hari ini dia cakep banget." Wajah Carol tampak berbinar bahagia, akhirnya setelah berminggu-minggu ia bisa melihat wajah pria kesayangannya.
"Udah sana samperin!"
"Iya-iya." Dengan antusias Carolpun segera menghampiri Sam dengan berlari, ia tak ingin pria itu segera pergi sebelum sempat bertemu dengan Carol.
"Mas!" Seru Carol dengan senyuman bahagia.
Sedangkan Sam tampak menghela nafas berat saat mendengar suara wanita yang tengah memanggilnya, pria itu sesegera mungkin harus kabur dari sana sebelum Carol bisa menangkapnya dan kembali mengusik ketenangannya.
"Mas tunggu! Aku mau peluk sebentar abis itu pergi." Seru Carol dengan nada memohon, namun Sam tetap menghiraukan Carol begitu saja sampai terdengar pekikan dari wanita muda itu membuat Sam langsung menghentikan langkahnya.
"Akh!" Karena terburu-buru, Carol sampai terjatuh akibat heelsnya yang tiba-tiba patah. Pantat seksinya langsung membentur marmer dengan cukup keras, namun kenapa malah perutnya yang terasa sakit bukan pantatnya. "Mas tolong mas! Jangan pergi." Pinta Carol sembari merintih kesakitan memegangi perutnya. Senyumnya seketika terbit karena Sam akhirnya berjalan menghampirinya.
"Hhh... Kamu pikir dengan akting murahan kamu ini, maka saya akan luluh begitu saja?" Senyum Carol langsung hilang, Sam menuduhnya hanya akting, dan itu membuat Carol sangat kecewa.
"Mas a-"
"Dengar baik-baik nona! Lebih baik kamu menyerah mulai saat ini, karena saya sudah punya tunangan dan akan menikahinya beberapa Minggu lagi."
Ya Tuhan, itu tidak mungkin, kenapa kedua mata Carol langsung memanas, Sam pasti bohong, tidak mungkin pria itu menikah lagi kecuali bukan dengan Carol.
"Aduh..." Carol kembali merintih karena rasa sakit itu kembali datang, rasanya mulas bercampur dengan kram seperti saat kram datang bulan, tapi sakitnya begitu hebat sampai membuatnya bercucuran keringat dingin.
Sedangkan Sam kini mulai cemas, tak dapat ia pungkiri jika saat ini dirinya mulai merasa panik karena melihat Carol terus merintih kesakitan, ternyata wanita itu sedang tidak akting, dan Sam bingung harus melakukan apa.
"Ya ampun sweety! Lo kenapa?" Pekik Lena yang tiba-tiba datang dan menghampiri Carol, gadis cantik itu langsung bersimpuh disamping Carol dan memeluk teman baiknya itu.
"Sakit Len... Perut gue sakit banget." Ungkap Carol dengan nafas terengah-engah, kepalanya mendadak pening, pandangannyapun mulai kabur.
"Om kok bego sih? Kenapa cuman dilihat doang? Ayo bantuin aku untuk bawa Carol ke rumah sakit, apa om emang seneng lihat Carol kayak gini? Om seneng lihat Carol mati kan?"
Ucapan Lena langsung menampar Sam dengan begitu kerasnya, entah kenapa perasaan tak rela itu langsung menguasai hatinya, Sam memang membenci Carol, tapi ia tak sejahat itu bila merasa senang ketika wanita itu pergi untuk selamanya.
"Oke kita bawa dia ke rumah sakit." Sam pun segera membopong tubuh Carol yang sudah lemas. Wanita itu bahkan sudah hampir kehilangan kesadarannya. Tubuhnya pun begitu dingin membuat Sam semakin khawatir. Terutama Lena, sejak tadi gadis itu terus merapalkan doa, berharap jika temannya baik-baik saja.
"Pak bagaimana meetingnya?" Seru sekretaris Sam dari kejauhan.
"Batalkan saja, re-schedule semua jadwal saya. Saya tidak akan kembali ke kantor." Balas Sam sebelum masuk ke dalam mobilnya bersama dengan Lena yang duduk di depan. "Ke rumah sakit Jon cepat!" Ujar Sam pada sang sopir.
"Baik Tuan!" Angguk sopir bernama Jono itu dengan patuh.
Melihat Carol yang sudah tak sadarkan diri membuat hati Sam terasa diremas-remas, ia pikir wanita itu sedang akting tapi ternyata tidak. Jika terjadi apa-apa pada Carol, Moreno pasti akan menghajarnya habis-habisan.
Sebenarnya Sam tidak memilki tunangan, ia sengaja mengatakan itu semua pada Carol supaya Carol berhenti untuk mengganggunya dan mengejar-ngejar dirinya.
Sam hanya ingin Carol mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya dan lebih muda pastinya.
Tapi mengapa, melihat kondisi Carol seperti ini membuat hati Sam benar-benar terasa sakit.
***
bersambung...
Leave some vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)
RomanceMargaretha Caroline, gadis cantik penuh ambisi, penuh obsesi dan penuh dengan optimisme yang tinggi, hidupnya bergelimang harta, ia adalah seorang tuan putri yang akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, putri tunggal dari seorang konglomerat...