***
Lena pulang ke rumahnya dengan perasaan hancur, ia tak menyangka jika harapannya akan kandas seperti ini. Ia pikir ia dan Moreno bisa menjadi... Ah entahlah! Kenapa ia bisa punya pikiran konyol seperti itu? Mana mungkin mereka berdua bisa bersama? Jangan bercanda, Moreno pasti hanya menganggapnya anak sama seperti Carol, bukan sebagai wanita atau bahkan kekasih, itu hal yang sangat mustahil.
Harusnya Lena sadar, sadar jika ia tak boleh terlalu dekat dengan pria itu, Lena harus melindungi hatinya, ia pasti akan dapat pria yang lebih baik dari pada Moreno, si tukang gantung perasaan anak gadis orang yang tidak punya hati sama sekali itu.
"Hhh... Udah cukup, aku nggak boleh mikirin om Reno lagi." Gumam Lena dengan nada sedih, perhatiannya pada pria tampan itu selama ini berujung sia-sia, sikap Moreno yang tampak merespon lebih dan seolah memberikannya harapan ternyata hanya bualan semata, Lena yang terlalu ke-GR-an dan baper, padahal Moreno sendiri mungkin merasa biasa saja.
"Sayang... Akhirnya kamu pulang, mama seneng banget. Itu artinya kamu mau kan kenalan sama Fandy, Fandy pengen banget kenal sama kamu lho." Ujar mama Lena dengan begitu antusias, sudah sering sekali wanita paruh baya itu menjodoh-jodohkan Lena dengan anak temannya, namun selama ini Lena hanya menanggapinya dengan biasa saja, tak ada respon lebih dari gadis itu.
"Terserah mama, aku ngikut aja." Jawab Lena dengan nada pasrah. Percuma saja selama ini ia menghindar dari sang mama dan lebih memilih untuk dekat dengan Moreno, toh hal itu sudah tak ada gunanya lagi saat ini, hati Lena seakan seperti diremas jika mengingat itu semua.
"Kamu kenapa sayang? Ada masalah? Kok kayak sedih gitu? Cerita dong sama mama!"
"Nggak apa-apa kok ma, Lena cuma agak pusing aja, kecapekan ngurusin kerjaan."
"Butik kamu lagi rame-ramenya ya? Apalagi sejak kamu kerja sama sama sahabat kamu yang namanya Carol itu."
"Iya ma, tapi sekarang Carol lagi hamil besar makanya aku yang handle semuanya, pesanan gaun pengantin lagi banyak-banyaknya, aku sampai kuwalahan."
"Sayang... Itu udah resiko, tapi kamu juga jangan terlalu memforsir tenaga kamu, kamu kan bisa sewa asisten atau apa supaya nggak kamu aja yang ngerjain semuanya."
"Nggak bisa ma, desainernya kan harus aku, aku nggak bisa nyerahin tugas aku gitu aja ke orang lain, mama nggak perlu cemas. Aku baik-baik aja kok, aku... Aku kuat ma." Mata Lena sempat berkaca-kaca, padahal masalahnya bukan hanya itu, yang lebih membuatnya down adalah Moreno, Moreno yang sudah tega merobek-robek hatinya dengan sangat kejam.
"Hhh... Ya udah kalau kamu capek, apa kita tunda aja dulu acaranya sampai kamu baikan? Mama khawatir kamu capek."
"Nggak ma! Aku baik-baik aja. Abis ini aku mandi terus dandan pasti udah fresh lagi." Ujar Lena berusaha meyakinkan sang mama.
"Beneran?" Mama Lena masih tampak ragu.
"Bener ma!"
"Ya udah kamu mandi gih! Abis itu makan sedikit, tadi mama udah masakin buat kamu."
"Ya ma." Angguk lena setuju, padahal ia sedang malas sekali untuk menyentuh makanan, efek patah hati benar-benar sangat mempengaruhi selera makannya.
"Kuat Lena." Gumamnya pada diri sendiri. Lena adalah gadis yang sangat cantik dan banyak sekali pria yang begitu menginginkannya, namun Lena sendiri memang tipikal gadis yang sulit untuk jatuh cinta, sekalinya cinta dia akan terus setia dan susah untuk melenyapkan rasa cintanya. Dan bisa-bisanya ia jatuh cinta pada orang yang tidak tepat, perasaan itu datang secara tiba-tiba dan tak mampu Lena cegah sama sekali, Lena pikir Moreno juga mempunyai perasaan yang sama sepertinya tapi ternyata... Ah sudahlah, sakit sekali hatinya jika mengingat itu semua.
***
Beberapa hari berlalu, pertemuan terakhir Lena dan Moreno adalah ketika saat mereka makan malam di sebuah hotel milik rekan bisnis Moreno, dan sampai saat ini mereka sudah tidak bertemu lagi bahkan berhubungan lewat telepon pun tidak, nomor Lena begitu sulit dihubungi, bahkan media sosialnya juga sepertinya tak dibuka sama sekali oleh gadis itu.
Hal itu pun membuat Moreno merasa amat gelisah, tak biasanya Lena seperti ini, kira-kira apa yang terjadi dengan gadis itu? Kenapa Lena seolah-olah tengah menghindarinya? Moreno juga sudah mendatangi butik Lena namun para pegawainya selalu bilang jika Lena sedang tak ada disana.
Hati Moreno pun mulai tak tenang, akhir-akhir ini ia terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak sadar jika ada yang tidak beres dengan sahabat putrinya tersebut. Moreno merasa tak mempunyai salah apapun pada Lena, tapi kenapa Lena tiba-tiba menghilang begitu saja dari jangkauannya? Benar-benar aneh.
'Ya Hallo sayang!'
'Papi jangan lupa besok datang ya! Awas kalau papi sampai lupa datang ke acara aku gara-gara kerjaan, aku nggak mau ketemu sama papi lagi.' ujar Carol dengan nada kesal.
'Iya sayang iya... Papi pasti datang kok, kamu jangan khawatir, papi akan kosongkan seluruh jadwal besok. Papi nggak mungkin melewatkan acara baby shower kamu, itu acara calon cucu pertama papi, tentu saja papi pasti akan datang.'
'Papi datang sama Lena kan? Aku sulit banget hubungin dia Pi, tapi aku udah sampein ke mamanya kok. Dia kayaknya sibuk banget, emang sih... Butik lagi rame-ramenya, dia sampai kuwalahan sendirian, papi tau kan kalau Lena akhir-akhir ini gila kerja banget? Papi masih kontakan sama dia kan?'
Moreno terdiam sesaat, ia tak tahu harus bicara apa pada Carol, semingguan ini Moreno bahkan juga sulit untuk menghubungi Lena.
'Ya sayang, papi... Papi juga lagi sibuk akhir-akhir ini, makanya nggak sempat hubungi dia.'
'Oh... Aku cuma khawatir aja sama dia, aku juga ngerasa bersalah karena udah nyerahin seluruh pekerjaan sama dia, padahal itu kerja sama kita berdua.'
'Kamu nggak perlu cemas sayang, biar nanti papi yang lihat ke butik kalian.'
'Beneran Pi?'
'Iya, setelah ini papi akan pergi.'
'Syukur deh, nanti kalau udah ketemu dia, papi suruh dia hubungin aku ya!'
'Baik sayang.'
'Ya udah kalau gitu, daaah... Pi I love you.'
'I love you too sweetie.'
Moreno pun menutup teleponnya, kini iapun segera bergegas menuju butik milik Lena dan Carol, pria itu merasa cemas, sangat cemas malah, ia takut Lena kenapa-kenapa, setelah mendengar penjelasan dari putrinya, hati Moreno jadi semakin tidak tenang.
***
Beberapa menit kemudian, Moreno akhirnya sudah sampai disebuah mall, dimana terdapat butik milik Lena dan Carol disana. Pria itu berjalan tergesa, beberapa kali ia bahkan sempat menghubungi Lena namun lagi-lagi tetap tak bisa, nomor gadis itu bahkan tidak aktif, membuat Moreno merasa semakin kalut.
Lama pria itu berjalan menuju lantai lima, Moreno akhirnya akan sampai di butik yang ia tuju, namun langkahnya langsung terhenti, pria itu dibuat kaget setengah mati ketika melihat Lena sedang bersama seorang pria yang lebih muda darinya. Hati Moreno langsung mencelos, rasanya seperti diremas-remas, Lena memang diam saja, namun gadis itu membiarkan pria yang ada didepannya menyentuh wajahnya begitu saja. Tentu saja Moreno merasa sangat marah dan patah hati, ia pikir selama ini Lena menyukainya, tapi kenyataannya...
"Jadi ini alasannya kenapa dia nggak pernah menghubungiku lagi? Pantas saja." Gumam Moreno dengan nada lemah, bahkan sekujur tubuhnya juga terasa lemah, seakan sulit sekali untuk ia gerakkan.
Rasanya sungguh sakit, sakitnya bahkan sampai menjalar keseluruh tubuhnya.
***
bersambung...
Vomment yang banyak yah... Beberapa part menuju end...
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)
RomanceMargaretha Caroline, gadis cantik penuh ambisi, penuh obsesi dan penuh dengan optimisme yang tinggi, hidupnya bergelimang harta, ia adalah seorang tuan putri yang akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, putri tunggal dari seorang konglomerat...