Bab 16: Tumbangnya sang Kegelapan

1.8K 259 5
                                    


Aku bener-bener minta maaf atas keterlambatannya. Lagi banyak kerjaan jadinya terpaksa harus ditinggal dan karena itu gak banyak waktu banyak buat nulis cerita ini.

Bab ini bisa dibilang bab penghabisan dan bab selanjutnya adalah bab terakhir sebelum Epilog.

Terima kasih yang buat baca. Semua keritik dan saran sangat diterima di kolom komentar.

Selamat membaca.

***

"Apa maumu?" tanya Harry berusaha menyembunyikan rasa takut dari suaranya.

Sekarang dia duduk di bangku yang ditempatkan di tengah-tengah ruangan gelap yang cahaya hanya datang dari lubang langit-langit yang ada tepat di atas Harry, menampakkan rembulan perak yang bersinar terang.

Mantra pengikat yang sepertinya dirapal berkali-kali benar-benar melumpuhkan tubuhnya, membuatnya tak bisa menggerakkan apa pun selain bagian leher ke atas.

Di depannya berdiri dua orang laki-laki berbadan besar dan berjubah hitam, membelakanginya. Mereka berdua tampak tak berniat menjawab pertanyaan Harry, walau itu sudah kelima kalinya dia bertanya sejak dia tersadar.

Sadar kalau dia tidak akan mendapat jawaban yang dia minta, akhirnya Harry mengurungkan niatnya untuk bertanya sekali lagi.

Kepalanya yang masih dirasa pusing dia tengokkan ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari petunjuk di mana dia sekarang atau keberadaan tongkatnya. Namun nihil, tak ada hal lain yang dapat dia lihat selain tembok batu kumuh dan pintu kayu reot di seberang ruangan.

Tongkatnya pun sepertinya sudah disita ketika dia masih tak sadarkan diri.

"Voldemort," bisik Harry hati-hati, memastikan keduanya tidak mendengar apa yang dia ucapkan, berharap bahwa papanya bisa menemukannya dengan ia menyebut nama kebesarannya itu. Tapi tak ada tanda-tanda bahwa sang Kegelapan akan tiba dalam waktu dekat.

Tidak ada simpulan lain, selain bahwa tempat dia sekarang sudah dimantrai dengan mantra penyamar yang begitu tebal sehingga jinx yang ada di nama tersebut tak berfungsi.

"Argh!"

Kembali dia meronta, berusaha melepaskan diri dari jeratan mantra yang mengikat tubuhnya, tapi tak ada apa pun yang terjadi. Tubuhnya bahkan tak bergerak sedikit pun dari posisi sebelumnya.

Kriet.

Suara decitan pintu yang dibuka perlahan segera menyita perhatian Harry, membuatnya menoleh cepat ke arah pintu untuk melihat dua orang penyihir berjubah hitam dan bertopeng masquerade hitam dengan ukiran rumit di ujungnya.

Keduanya berhenti tepat di samping Harry.

"Kau sudah bangun rupanya," desis seorang di antara keduanya, dia adalah penyihir yang beberapa langkah lebih dekat padanya daripada yang lain. Tentu bisa ditebak bahwa dia adalah pemimpin mereka.

"Apa maumu?" Sekali lagi, Harry mengajukan pertanyaan yang sama.

Dengan ujung tongkatnya penyihir itu menarik dagu Harry, memaksanya agar menengadah sehingga tatapan mereka bertemu.

"Tidak terbayang kenapa Pangeran Kegelapan Voldemort rela menumbalkan kejayaannya hanya untuk penyihir tak berguna sepertimu!" cebirinya, mencampakkan dagu Harry. bibirnya yang tak ditutupi oleh topeng mencebik jijik padanya.

"Siapa kau?!" tuntut Harry langsung.

Jantung dan napasnya mulai berpacu lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana orang-orang ini tahu tentang masa lalu papanya dan siapa mereka yang sebenarnya?!

Harry RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang