Hai, maaf yah kalau emang telat uploadnya, aku bener-bener kemaren gak bisa upload karena kendala tugas yang bener-bener banyak haha.
Di bab ini cuma bahas soal Harry yang akhirnya make topi seleksi dan dimasukkan ke salah satu asrama dari keempat asrama Hogwarts.
Maaf banget kalau ada kesalahan dalam penulisan. Kalau bisa kalian bisa sampaikan keritik dan saran di kolom komentar. Jangan lupa tinggalkan kudos!!!
Aku gak banyak yang buat dibicarakan sih, cuma itu aja. Dan selamat membaca!
~oOo~
"Kau tahu," gumam Michael sambil memasukkan permen kacang ke dalam mulutnya, keningnya berkerut saat rasa asing (yang tak sepatutnya ada di permen kacang) tercap di lidahnya, "selama empat tahun aku bersahabat denganmu aku benar-benar tidak pernah menyangka kau bisa menjadi Tuan Riddle kecil," sambungnya. Nada bercanda jelas terdengar.
Mata Harry memutar selagi mulutnya mengunyah cokelat kodoknya. Kartu bergambar dengan nama Albus Dumbledore tergeletak di sisi kanannya.
Pintu kompartemen terbuka, memperlihatkan sosok anak laki-laki berambut merah yang tadi sempat Harry temui di stasiun berdiri di ambang pintu. Senyum canggung terukir di wajah berbintiknya.
"Bo—boleh aku bergabung? Semua kompartemen sudah penuh," tanyanya, matanya melirik pada bangku yang kosong.
Harry mengangguk dengan senyum ramah. "Iya, boleh. Masuklah."
"Terima kasih,"—anak itu melangkah masuk—"namaku Ron Weasley. Kalian?"
"Aku Michael Yeung dan dia Harry Riddle," jawab Michael sembari mengerling ke arah Harry yang sibuk mengunyah cokelatnya.
"Ayo duduk, kau pasti lelah setelah lama berkeliling," kata Harry bersemangat. Wajahnya berseri ketika ia kembali melanjutkan kata-katanya sembari menunjuk pada camilan yang barusan Michael beli. "Dan kau bisa ambil semua yang kau mau, 'Chael membeli terlalu banyak."
Dengan malu-malu anak itu menjawab, menggeleng pelan selagi tangannya meraih sebungkus roti isi, yang bagi Harry dan Michael sudah tidak berbentuk lagi.
"Tidak perlu repot-repot. Aku sudah membawa makanan sendiri, 'kok." Riak mukanya mengecut.
Cepat-cepat Harry menggeleng, tangannya meraup permen sebanyak yang ia bisa dan langsung menumpahkannya ke pangkuan Ron Weasley. "Jangan sungkan. Kita, 'kan, sudah berteman, dan teman itu harus berbagi," serunya.
"Benar kata Harry, kita sudah berteman. Jangan sungkan," timpal Michael selagi ia mengulas senyum cerahnya. Semburat merah matang terlihat jelas di kedua pipi berbintik Ron, membuatnya tampak lebih manis.
Dengan anggukan halus dia menyisihkan roti lapisnya dan mulai memakan makanan yang Harry berikan.
Lama mereka larut dalam percakapan ringan yang diselingi camilan (terutama Ron, dia sepertinya tidak bisa berhenti makan) sampai akhirnya Ron bungkam seribu bahasa seketika matanya menangkap sebuah tanda aneh di jidat Harry sewaktu anak itu membenahi posisi rambutnya.
Harry yang sadar dengan tingkah laki Ron akhirnya bertanya, "Ada apa?"
"Ma—maaf, aku hanya ingin bertanya," gumamnya.
Harry mengangguk sebagai persetujuan.
"Apa kau ... Harry Potter?" tanyanya ragu.
Harry seketika diam, pun begitu juga dengan Micahel. Mereka tentu punya pengetahuan soal cerita bohong sepuluh tahun lalu yang dibuat-buat oleh pihak Dumbledore, tapi tidak pernah mereka bayangkan kalau orang-orang bisa mengenali ciri fisik Harry sedemikian rupa. Bagaimana mungkin? Anak itu tidak pernah meninggalkan kota Little Hangleton sebelumnya. Dan hanya keluarga Riddle dan Yeung yang tercatat sebagai penyihir di sana. Tidak ada lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Riddle
FanfictionSang Kegelapan menatap matanya dalam diam. Di antara celah mulut terapal setengah mantra pembunuh, tapi tongkatnya menolak untuk mengantar jampinya. Tangannya merendah seiring iris darahnya bersenggama dengan ratna hijau yang gemerlap di tengah-teng...