Bab ini cuma bahasa gimana Harry dan Tom memecahkan masalah mereka sendiri tanpa gangguan orang lain sebagai ayah dan anak.
Di bab ini juga Michael (teman baru Harry) berkunjung ke manor dan melihat berbagai keajaiban sihir.
Udah sih, itu aja. Kalau ada saran dan yang lainnya bisa disampaikan di kolom komentar, dan jangan lupa tinggalin like.
Selamat membaca
~oOo~
Seketika pintu mobil dibuka oleh salah satu peri rumahnya, Harry langsung melompat dari dalam mobil dan segera bergegas masuk ke dalam manor. Sangat bersemangat untuk memberitahu papanya bahwa Michael tetap ingin berteman dengannya walau tahu kalau dia adalah penyihir—langkah Harry seketika berhenti.
"Kau tidak diterima di sini, Dumbledore!" Suara papanya menggema tepat saat pintu manor terbuka lebar, memperlihatnya dengan jelas sosok papanya yang menodongkan tongkatnya pada seorang pria tua berambut dan berjanggut panjang yang Harry tahu sebagai Albus Dumbledore: musuh besar papanya sekaligus calon kepala sekolahnya nanti.
Kedua pria dewasa itu langsung mengalihkan perhatian mereka kepada Harry yang berdiri diam di ambang pintu manor. Jelas menyorot kerlingan khawatir dari dua kelereng biru milik Albus Dumbledore.
"Harry," ujar Dumbledore dengan napas terengah-engah. "Kau ... baik-baik saja? Kau tak terluka—"
"Jangan bicara dengan anakku, Pria tua!" bentak Pangeran Kegelapan.
"Dia bukan anakmu, Tom!" seru Dumbledore tak mau kalah. "Dia harusnya tinggal aman dengan paman dan bibinya. Di sana dia akan—"
"Aman? Kau bilang aman?!" potong Voldemort. "Kau tak tahu kelakuan mereka, pak tua sinting?! Hah?! Aku tidak akan membiarkanmu memisahkanku dengan Harry!"
Harry yang sedari tadi dia akhirnya memutuskan untuk bersuara. "Papa, apa maksudnya ini? Apa dia akan memisahkan kita?" tanyanya khawatir, matanya mulai berair. Ia tak mau dipisahkan dengan papanya.
"Harry dia bukan papamu, Harry. Kau—"
"Jangan berbicara seperti itu kepada putraku, orang sinting!" bentak Voldemort. Ia kemudian berapparasi ke depan Harry, menjadikan dirinya sebagai penghalang antara putranya dengan Dumbledore.
"Kau ... tak mungkin memiliki perasaan demikian, Tom. Harry bukanlah anakmu," balas Dumbledore bersikeras.
"Kalau begitu kenapa kau tak tanyakan pada Harry langsung?" tantang Pangeran Kegelapan. Tangannya kemudian terulur untuk memberi dorongan sedikit pada Harry agar melangkah maju sehingga sekarang anak itu berdiri di depannya. punggung kecilnya tetap menempel pada paha Tom dan tangannya menggenggam celana bahannya erat-erat.
Dengan penuh keraguan dan kewaspadaan, Dumbledore mengalihkan pandangannya pada Harry.
"Harry, aku adalah Albus Dumbledore, Kepala Sekolah Hogwarts. Apa kau benar-benar percaya bahwa Tom Riddle,"—matanya mengerling pada Pangeran Kegelapan yang mendelik tajam padanya—"adalah benar-benar ayahmu?" tanyanya.
Harry, tanpa berpikir, langsung mengangguk. Tangannya menggenggam celana Pangeran Kegelapan dengan kencang sekarang.
"Kau lihat. Dia sudah mengakui kalau dia menganggapku adalah papanya dan aku adalah papanya. Dia anakku, Dumbledore."
Seakan tak mendengar kata-kata Voldemort barusan, Dumbledore kembali bertanya. "Aku adalah teman James Potter dan Lily Potter, orang tua kandungmu. Apa kau tahu kalau mereka adalah orang tua kandungmu?" tanya Dumbledore dengan nada suara yakin kalau Tom sudah memanipulasi pikiran Harry. Tidak mungkin anak itu berkehendak mengganti namanya menjadi "Riddle" dengan akal yang sehat. Dumbledore ingat betul bagaimana pendataan calon siswa Hogwarts yang ada di kantornya berubah secara ajaib dari "Harry Potter" ke "Harry Riddle" tiga tahun lalu. Hal itu menjadi salah satu petunjuk paling penting yang ia punya untuk mencari keberadaan Harry Potter yang dijadikannya dalih bahwa dia sudah mengembunyikan anak itu kepada pers bertahun-tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Riddle
FanfictionSang Kegelapan menatap matanya dalam diam. Di antara celah mulut terapal setengah mantra pembunuh, tapi tongkatnya menolak untuk mengantar jampinya. Tangannya merendah seiring iris darahnya bersenggama dengan ratna hijau yang gemerlap di tengah-teng...