Hai semua, intinya di bab ini itu menceritakan soal Harry yang belanja ke Diagon Alley dan pertemuan dia sama Draco, untuk pertama kali. Yang ditunggu-tunggu ahahaha, maaf kalau lama yah, soalnya emang ini bukan berpusat banget sama drarrynya, melainkan hubungan ayah dan anak yang dijalankan oleh Tom dan Harry.
Penggambaran tokohnya aku gak dapet model buat Draco yang kecil, tapi aku bisa pastikan kalau teen-Draco itu Dominik Sadoch. Gak tau sih tapi aku sebenernya ada dua. Tapi yang aku pilih yah dia. Udalah gak penting banget. Silakan baca. Ada catatan lagi di bawah.
~oOo~
Sebagaimana yang ditaksir Harry pada hari di mana dia mengungkap rahasia kecilnya kepada Michael, persahabatan keduanya benar tidak lapuk di makan waktu. Bertahun-tahun berlalu tampak tak mampu membuat keduanya lupa akan satu sama lain. Harry dan Michael akan berusaha terus bersama selama keadaan memungkinkan.
Pun berkunjung ke rumah satu sama lain di kala pekan berakhir menjadi budaya keduanya selama empat tahun terakhir. Harry akan memperlihatkan semua hal baru tentang sihir tiap kali Michael berkunjung ke manor, dan Michael akan mengajak Harry ke restoran kakaknya untuk membuat berbagai macam makanan manis tiap kali anak itu mengunjunginya di pekan selanjutnya.
Sewaktu umur mereka menginjak sembilan tahun, Michael tak sengaja membuat sepucuk bunga mekar kala dia dan Harry berkunjung ke manor dan bermain di taman belakang. Awalnya Michael panik, dia tidak pernah melihat kejadian seperti itu sebelumnya, tapi setelah melihat kilat antusias dari mata Harry, dia pun mengerti apa arti dari semua itu.
"Papa sudah tahu sejak pertama kali mereka berkunjung," ujar Tom sewaktu Harry mengadu dengan suara yang lantang antusias, seakan baru menemukan seonggok makanan manis entah dari mana.
Dan sejak saat itu, Tom—atas dasar kebutuhan keamanan Harry dan potensi yang dimiliki Michael—mengajari Michael tentang semua yang ia ajarkan pada Harry tiap kali anak itu berkunjung ke manor. Tentunya tanpa sepengetahuan orang lain, kecuali Regulus.
"Jangan beritahu kakakmu dan jangan khawatir, dia akan segera tahu," pesan Tom tiap kali dia selesai memberikan pengajaran pada Michael dan Harry.
Dengan adanya kemampuan sihir yang dimiliki Michael, persahabatannya dengan Harry semakin lengket bagai kertas yang ditempeli lem. Keduanya benar-benar berusaha selalu bersama kapan pun waktu memungkinkan. Dan itu terus berlanjut sampai keduanya menginjak usia ke sebelas tahun, di mana keduanya menerima surat Hogwarts mereka.
Dengan piyama yang masih melekat di tubuh kecilnya, Harry bergegas menuruni tangga dan langsung melaju ke arah ruang makan, di mana papa dan Regulus menunggu dirinya.
Senyum di wajahnya semakin merekah sewaktu matanya menangkap sosok papanya yang memegang sepucuk surat di tangannya. Pria itu tampak menunggunya.
"Selamat pagi, Papa, Reggie!" sapa Harry semangat, dia mengecup pipi keduanya sebelum mengambil posisi di depan Regulus.
"Ini suratmu," tutur papanya sembari menyodorkan dua surat ke arahnya. Harry yang tahu kalau surat penerimaan hanyalah satu amplop sontak mendongak, memberikan pria tampan di depannya itu tatapan bertanya. "Yang satu ini apa?" tanyanya.
"Ini adalah surat dari Gringotts; kunci brankas yang ditinggalkan orang tua kandungmu, para Potter, untuk biaya sekolahmu," jawab papanya dengan nada datar, masalah yang dulu Dumbledore timbulkan sudah mereka tangani bersama beberapa bulan setelah persitwa bodoh itu. 'Kan, sudah dibilang kalau hubungan Harry dan Tom tidak akan begitu mudah direnggangkan, apalagi pelakunya hanya seorang pria tua tidak tahu untung yang penuh akan prasangka pengkotak-kotakan antar asrama.
"Tapi kau tidak perlu menggunakannya, kau simpan saja. Kita bisa menggunakan tabunganku," sambungnya seraya memberi tatapan meyakinkan pada Harry.
"Benarkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Riddle
FanfictionSang Kegelapan menatap matanya dalam diam. Di antara celah mulut terapal setengah mantra pembunuh, tapi tongkatnya menolak untuk mengantar jampinya. Tangannya merendah seiring iris darahnya bersenggama dengan ratna hijau yang gemerlap di tengah-teng...