Pertama-tama aku mau bilang kalau aku gak punya hak milik sedikitpun dari semua karakter yang ada di fiksi-penggemar ini. Melainkan aku minjam semua dari Harry Potter milik JKR, kecuali beberapa OC yang memang aku bikin sendiri. Aku sama sekali gak menerima sedikitpun keuntungan finansial dari cerita ini. Aku bener-bener nulis ini murni untuk mengisi waktu luang di waktu PSBB ini.
Setiap kali aku publikasi tiap bab atau chapter, aku akan (sebisa mungkin) lampirin semua pemerannya untuk sekedar penggambaran dan visualisasi aja, kadang emang gak tepat, tapi gak papa, 'kan wkwk. Bawa santai aja.
Kalau ada semisal mau kasih saran atau kritik, kolom komentar selalu terbuka untuk kalian semua dan jangan lupa like-nya, 'kay, karena itu sangat berharga untuk kami penulis kecil-kecilan wkwk. Aku akan unggah bab-bab selanjutnya sekali dalam seminggu atau dua kali dalam seminggu (sesempetnya aku), kalau dua kali berarti tiap minggu dan kamis; kalau sekali dalam seminggu, jadinya minggu aja.
Selamat membaca semua!
Sinar berbagai warna melayang di udara, melesat begitu kencang dan membelah kegelapan malam yang menyelimuti bumi saat itu, suara lejitan dan sejenisnya mengusik sunyi yang tenang-melelap di tanah lapang yang nampak tak berujung sejauh mata memandang.
"Tom! Tidakkah kau mengerti bahwa apa yang kau lakukan adalah salah?" seorang pria tua berambut dan berjanggut putih—uban—panjang berteriak pada sesosok pemakai jubah hitam dengan wajahnya yang tertutup topeng masqueradeperak yang memiliki bentukan seperti setengah ular. Dua lubang mata dengan jelas menampakkan bagaimana dua iris merah menyala mengilat berbahaya kepada sang lawan.
Tongkat seputih tulang dengan ganggang bengkok meruncing seperti paruh burung terangkat, mengarah lurus pada pria tua berjubah nyentrik yang menjadi lawan duelnya malam itu. "Kenapa pria tua? Kau takut dengan apa yang akan kulakukan padamu? Kau takut menghadapiku? Penyihir terkuat sepanjang masa?!" Suaranya terdengar menggema saat ia berkata demikian. Matanya yang sewarna darah para korbannya yang sudah tak terhitung jumlahnya itu menatap tajam pada lawan duelnya.
Albus Dumbledor—lawan duel Pangeran Kegelapan—menggeleng, wajahnya masih meriak waspada saat ia mengangkat tongkatnya dalam posisi siaga. "Bukan, Tom. Kau akan benar-benar menyesal. Kita tak menginginkan semua ini!" jawabnya.
"Persetan!" teriaknya sebelum mengayunkan tongkat sihirnya dengan kuat. "Avada Kedavra!" Cahaya hijau terang menyeruak keluar dari ujung tongkat serupa tulang yang digenggam kuat oleh Voldemort, pria berjubah hitam, dan mengarah langsung ke tempat Dumbledore berdiri.
Napas Dumbledore menghela lega saat ia berhasil menghindari mantra pembunuh dari salah satu mantan muridnya itu. Namun, saat ia kembali memberi fokus pada titik di mana tadi Voldemort berdiri, ia sudah tak melihat sosok Voldemort di depannya. Penjahat nomor satu se-Eropa itu sudah menghilang entah ke mana, membuat Dumbledore benar-benar khawatir.
Perlahan Dumbledore melangkah mendekat ke titik di mana Voldemort tadi berdiri. "Tom," gumam Dumbledore sebelum menghilang dari padang rumput itu untuk menuju ke tempat yang harusnya tidak pernah ia tinggal.
***
Voldemort muncul tepat di depan sebuah rumah kecil minimalis yang nampak tak sedikit pun cahaya yang mengiluminasi seantero kawasan tersebut, menandakan kalau tak ada orang di sana. Namun, Penguasa Kegelapan tahu benar kalau itu semua hanya pengaruh perisai sihir yang menyelubungi rumah tersebut. Dan benar saja, dengan satu ayunan tongkat sihir, semua perisai yang memakan waktu berbulan-bulan lamanya untuk dibuat sirna seketika.
Langkahnya yang ringan mengayun menuntun tubuh tinggi tegapnya masuk ke kawasan pekarangan dan ia kembali mengayun tongkat sihirnya untuk membuka pintu depan dengan mudah, seakan tak pernah ada puluhan lapis mantra pelindung yang dirapal di ambang bingkai pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Riddle
FanfictionSang Kegelapan menatap matanya dalam diam. Di antara celah mulut terapal setengah mantra pembunuh, tapi tongkatnya menolak untuk mengantar jampinya. Tangannya merendah seiring iris darahnya bersenggama dengan ratna hijau yang gemerlap di tengah-teng...