Step 12

753 134 0
                                    

Jisung menurunkan alat makannya saat sang papa mengetuk meja di hadapannya. "Udah kamu siapin semuanya?" ia mengangguk sebagai jawaban.

"Perasaanmu ke Hyunae gimana?"

"Biasa aja."

"Bagus," balas sang papa. Ia berdiri, melangkah mendekat, mengelus puncak kepala Jisung hingga tangannya turun tepat pada tengkuk anaknya, memberi sedikit cengkraman sembari berkata, "Lakukan dengan benar, masa depan keluarga ini ada di tangan kamu."

Satu hentakan nyaris membenturkan dahi Jisung dengan piring yang menyisakan satu potongan kecil ayam bakar.

Menggunakan ekor matanya Jisung menatap sang kakak yang masih makan dengan tenang seakan tak ada hal yang terjadi.

Joy yang sebenarnya menyadari tatapan Jisung sedari tadi akhirnya menoleh tanpa bersuara, ia hanya berbalas tatap dengan adiknya. Tak lama suara dentingan sendok garpu dengan piring terdengar, Joy berdiri dengan kasar dan pergi meninggalkan Jisung seorang diri.

Menyandarkan punggungnya pada kursi, Jisung mengusap wajahnya frustasi. Melihat sekelilingnya yang sepi, sunyi, bagaikan tak berpenghuni. Hanya menyisakan piring-piring kosong dan kursi yang tak tertata rapih.

Ting!

Jisung membalikan posisi handphone di atas meja, membaca notifikasi yang baru saja masuk.

Hyunae: Jadinya di mana? Nanti keburu siang loh, panas

Jari-jemari Jisung bergerak mengganti aplikasi di handphone-nya. Mencari kontak yang ingin ia hubungi sampai ia menemukannya.

"Siap di posisi"

"Apa sudah dekat tuan?"

"Bersiap saja."

Ting!

Kembali mengecek handphone-nya, Hyunae mengecek lokasi yang dikirimkan Jisung. Setelah menelaah beberapa saat, jarinya berhenti memperbesar peta, tubuhnya serentak membeku.

"Di... sini?" gumamnya. "Toko buku?...."
~~~
Hyunae meraih sling bag yang tergantung, memasukan barang-barang yang biasa ia bawa ke dalam tas, keluar dari kamar, menuruni tangga, dan berhenti sebentar untuk memakai sepatu di ruang tamu.

Tubuh Hyunae tersentak saat sosok Hyunjae berdiri menghadang pintu dengan kedua tangan merentang pada tepian pintu. "Ngapain lagi!?" pekik Hyunae. "Dalam perjalanan menyelamatkan nyawa lo. Hari ini." Hyunjae menambahkan, "Mau pergi kan?" Hyunae merotasikan bola matanya, "Kenapa emangnya kalau gue mau pergi?"

"Gue anter."

"Gak usah, mau naik bus."

"Gue anter naik bus." Menarik napas dalam, Hyunae menarik kunci rumahnya, keluar rumah sembari mengunci pintu. "Terserah lo mau ngapain, mau mati sekali pun gue gak peduli." Berdecih sembari tersenyum Hyunjae mengikuti langkah Hyunae dari belakang.

Keduanya tak berjalan beriringan, Hyunjae masih tetap berjalan di belakang Hyunae sambil sesekali menoleh kesana-kemari. Langkah kaki Hyunjae terhenti tepat sebelum tubuhnya menabrak punggung Hyunae.

Gadis itu berbalik dengan wajah kusutnya, "Lo ngapain sih!?" pekiknya. "Menurut lo?" balas Hyunjae dengan nada meledek. Menghembuskan napas kasar, Hyunae memijat pelipisnya. "Sampai kapan sih lo mau kayak gini?"

"Sampai waktu yang ditentukan, atau mungkin sampai lo mati?" Berdecak sebal, Hyunae berbalik, mempercepat langkahnya walau bagi Hyunjae tidak ada perbedaan karena kaki jenjangnya dapat mengambil jarak yang lebih banyak dibanding Hyunae dalam sekali langkah.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang