Step 14

689 144 5
                                    

Hyunjae diam-diam duduk di sofa sebelah Mingyu alih-alih duduk di satu sofa yang sama. "Tumben keluar kamar," ujar sang kakak. Hyunjae merebahkan tubuhnya, memerhatikan paras sang kakak. Kalau diperhatikan mereka berdua mirip, tapi bagaimana bisa padahal keduanya bukan saudara kandung?

"Gak ada yang mau lo kasih tau ke gue?" Mingyu sontak menoleh, menampilkan raut wajah berpikir untuk beberapa saat. "Apa?" yang ditanya malah balik bertanya. Hyunjae kembali dalam posisi duduk, bertanya pada sang kakak, "Nama lo, Park Mingyu?" Mingyu mengangguk ragu. "Park Mingyu?" penegasan dari Hyunjae membuat Mingyu susah payah menelan ludahnya, "Iya, kan lo tau." Hyunjae memicing, kembali merebahkan tubuhnya. "Gue gak bodoh. Kim Mingyu."

Keadaan menjadi hening secepat kilat setelah Hyunjae menyebutkan nama kelahiran Mingyu dengan terang-terangan. "A-apaan, kok jadi Kim? Marga gue Park," ujar Mingyu gagap. "Loh? Padahal yang namanya Mingyu bukan lo doang. Kenapa nyahut?" Mingyu makin tergagap, melayangkan pandang ke mana saja asal tidak bertatapan dengan sang adik yang kini sudah mengubah posisinya lagi menjadi duduk dan tidak melepaskan tatap dari Mingyu.

"O-oh, gue kira lo manggil gue," gumam Mingyu. Hyunjae tertawa remeh, "Capek gak?" menaikan kedua alisnya, Mingyu tak menjawab karena ia tidak tau kenapa Hyunjae tiba-tiba menanyakan hal macam itu. "Lo harus jadi anaknya Leeteuk, capek gak?"

"Lo kenapa sih?" balas Mingyu mulai tak tahan. "1 Februari 2001. Lo ngapain?" air wajah Mingyu semakin menegang, jari jemarinya tak bisa diam dimainkannya, "2001?  Gue baru empat tahun, gak inget." Lagi-lagi Hyunjae tertawa, bukan karena melihat tingkah sang kakak yang panik melainkan karena ia tidak percaya sudah 20 tahun dibodohi oleh keluarganya sendiri. Menganggap Yuji adalah mama kandungnya, orang yang melahirkannya. Menganggap Mingyu kakak kandungnya yang memang terlahir dengan marga Park sejak 23 tahun lalu.

Kertas foto dilempar Hyunjae ke hadapan Mingyu dengan gerakan santai otomatis membuat Mingyu mengikuti ke mana arah foto itu berhenti. Ia membalikan foto itu agar nampak gambarnya, tangannya mulai gemetar bertepatan dengan terbaliknya foto di tangannya. "Kim Mingyu," ujar Hyunjae dengan penekanan di setiap katanya.
~~~
Hyunjae berdiri canggung di depan Yuji yang sedang menikmati makan siangnya. Hyunjae jarang bahkan nyaris tidak pernah berdialog dengan sang mama. Mereka bahkan hanya bertemu di meja makan atau saat tak sengaja berpapasan di dalam rumah dikarenakan luasnya wilayah rumah Hyunjae. "Kamu kenapa?" tanya Yuji dengan nada suara lembut.

"Mau ngomong apa?" tanya Yuji sekali lagi karena anaknya masih tetap berdiam diri dengan sorot mata yang terus tertuju padanya. "Aku anak mama?" Yuji tersenyum lebar, mengangguk sembari menjawab iya. "Mingyu anak papa?" Yuji mengangguk untuk kedua kalinya, belum merasakan kejanggalan dari pertanyaan Hyunjae yang terbilang sangat tiba-tiba.

"Mama kamu gak tau kalau mama kandung-mu masih hidup, Leeteuk bilang ke dia kalau mama kandung-mu meninggal karena ngelahirin kamu, jadi jangan marah sama dia, dia gak tau apa-apa."

Peringatan dari Om terlintas di pikiran Hyunjae, mama-nya yang satu ini tidak tau seberapa busuk seorang Leeteuk. "Berapa usia pernikahan kalian?" senyuman Yuji seketika luntur, sendok garpu yang awalnya masih dalam genggaman kini sudah terlepas. "Kenapa memangnya, nak?" Yuji tetap menggunakan nada lembut pada sang anak walau jantungnya sedang berdetak lebih cepat dari biasanya. "Kalian gak pernah ngerayain peringatan pernikahan kalian, kenapa?"

"Ah... papa kamu kan sibuk, gak pa-pa kok, bisa dimaklumi."

"Bukan karena kalian harus nyembunyiin suatu fakta?" keadaan semakin menegang selepas Hyunjae mengeluarkan kalimatnya, "Percuma aku dikasih pendidikan tinggi-tinggi kalau ujungnya dibodohi sama keluarga sendiri. Bukan begitu?" tambah Hyunjae. Yuji mengerutkan dahinya, entah situasi macam apa ini Yuji pun bingung bagaimana merespon tiap ucapan Hyunjae yang terdengar sangat lancar keluar dari mulut anaknya itu.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang