Step 17

717 140 5
                                    

Hyunjae segera menoleh seraya menerima stopmap folio yang diserahkan oleh Pak Lee, "Ini semua yang tuan minta dan ini untuk lokasi tetapnya," Pak Lee menyodorkan handphone dari genggamannya, membiarkan Hyunjae melihat terlebih dahulu sebelum ia mengirimkan lokasi itu ke kontak Hyunjae.

Perlahan air wajah Hyunjae berubah, pikirannya menyelam merombak memori beberapa hari lalu. "Ini lokasinya?" Pak Lee mengangguk mantap. Melihat respon Pak Lee, Hyunjae memerintah, "Kirim ke saya sekarang, saya harus pergi." Pak Lee menarik handphone-nya sembari sedikit membungkuk. Tangannya bergerak secepat kilat hingga dentingan notifikasi berbunyi dari handphoen milik Hyunjae, bertanda bahwa Pak Lee sudah mengirimkan lokasinya pada Hyunjae. "Terima kasih," ujar Hyunjae yang langsung pergi dari sana.

Saat sampai tepat di samping motornya, Hyunjae berbalik, memilih untuk menggunakan mobil karena ia harus menjemput dan pergi bersama Hyunae. Kali ini ia harus pergi dengan Hyunae bukan sekedar untuk memastikan Hyunae menepati janjinya kemarin bahwa ia akan menemani Hyunjae memulai semuanya dari awal, tapi dia benar-benar butuh kehadiran Hyunae untuk saat ini. Hyunae juga harus tau, pikirnya.

Menutup pintu mobil, memasang seat-bealt, Hyunjae langsung menancapkan gas meninggalkan rumahnya. Pagar yang menjulang tinggi berskala cukup besar terbuka bahkan sebelum Hyunjae memerintahnya. Tentu ini bukan pagar otomatis, security rumah yang membukakannya. Semua pekerja di rumah ini sudah dilatih dan harus peka serta cepat-tanggap dalam segala situasi, karena seperti yang kalian ketahui, hidup penghuni rumah ini terlalu berbahaya.

Setelah menempuh jalan raya kota yang mulai padat, Hyunjae pun menghentikan laju mobilnya di depan rumah Hyunae. Menekan bel sekali mungkin cukup untuk saat ini, hubungan mereka sudah baik, tidak perlu khawatir Hyunae akan mengabaikan atau bahkan menamparnya seperti waktu itu.

Benar saja, pintu rumah pun terbuka tak lama setelah bunyi bel lenyap. "Beneran pergi hari ini?" Hyunjae mengangguk sebagai jawaban. "Ke mana?" tambah Hyunae. "Tempat yang lo tau, udah ayo jalan," Hyunjae yang hendak meraih pergelangan tangan Hyunae terhenti sebentar, menurunkan tangannya sedikit, dan beralih menggandeng tangan Hyunae. Tangannya, bukan pergelangannya. Iya, telapak tangannya.

Setelah Hyunae menutup pintu mobil, Hyunjae segera menguncinya, mengingatkan Hyunae untuk memasang seat-bealt. "Ayo, kok gak jalan?" tanya Hyunae karena Hyunjae tak kunjung menjalankan mobilnya padahal Hyunae sudah memasang seat-bealt dengan benar. Terheran, Hyunae pun menoleh, "Kenapa diem aja? Nanti te—" Hyunae membiarkan kata selanjutnya hilang terbawa angin saat Hyunjae tiba-tiba melepas jaket dan meletakannya di atas paha Hyunae. "Kalau lagi sama gue jangan pake rok, lo gak bakal tau apa yang terjadi. Lagi pula AC mobil dingin, nanti masuk angin."
~~~
Hyunae menurunkan kakinya satu-persatu dengan ragu, menutup pintu mobil dengan pelan. "Kenapa ke sini?" tanyanya saat Hyunjae sampai tepat di sebelahnya. "Masuk dulu, jawabannya ada di dalem," Hyunjae kembali menggandeng tangan Hyunae, membawanya ke depan pintu rumah yang tampak luarnya sudah menua tapi di dalamnya tersimoan banyak kenangan.

Hyunjae mengetuk pintu sekitar tiga kali, menunggu balasan dari sang empunya. "Sebentar!!" sahutan dari dalam rumah membuat Hyunjae kesulitan bernapas, ia nyaris mengencangkan genggamannya dengan Hyunae kalau saja ia lupa bahwa orang di sebelahnya tidak suka kekerasan, sekecil apapun itu.

Hyunjae tersentak saat pintu rumah terbuka tanpa aba-aba bahkan suara, entah memang tidak mengeluarkan suara atau Hyunjae yang tak sanggup menangkap suara itu. Kini matanya dengan Seohyun bertemu, Hyunjae bisa melihat getaran mata Seohyun yang perlahan menghasilkan air mata. "Bunda..." gumam Hyunae lembut, tak mendapat balasan, Hyunae menghela napas pelan. "Selamat pagi... saya Hyunjae, boleh masuk sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan."

Berakhir dengan keheningan, Hyunjae dan Hyunae sedang menunggu Seohyun menyiapkan minuman serta camilan untuk menyambut tamu. Selang beberapa menit sejak mereka duduk berdua, Seohyun muncul dengan nampan berisi teh manis hangat lengkap dengan biskuit coklat di sebelahnya. Diletakannya minuman dan makanan itu masing-masing di depan Hyunjae dan Hyunae, sedangkan nampannya di letakan di lantai, tertutupi kursi yang akan diduduki oleh Seohyun.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang