Step 3

1.5K 209 7
                                    

"Jadi besok lo tampil urutan berapa Hyun?"

"Eumm... tujuh kalo gak salah. Ya gak sih Jun?" yang ditanya menganggukan kepala dikarenakan mulutnya yang penuh dengan makanan.

"Eh ngomong-ngomong ini menu kantin gak bervariasi amat dari awal masuk ampe sekarang, jualan seblak gitu kek."

"Ni anak suka lupa kuliah di mana..." timpal Dino. "Makanan kayak gitu mana ada di kampus mewah nan elite kayak gini, ngigo lo?"

"Dih! Seblak itu elite ya! Fancy!"

"Youuuu~~~"

"Kurang ajar malah nyanyi!" satu pukulan nyaris mendarat di punggung Dino kalau saja Doyoung tidak sedang berdiri tepat di ujung meja sambil memagangi nampan berisi sepiring makanan dan segelas jus mangga.

"Boleh du—"

Tak

"Eh? Sorry, gue gak liat lo berdiri di situ."

Seisi meja itu hening seketika, saling melempar pandang, dan kembali berpusat pada Hyunjae yang sudah mulai memakan makanannya dengan santai.

"Ah... gak pa-pa... gue bisa cari meja lain kok. Yang lain, duluan ya!"

"Ah.. iya kak..." balas Hyunae canggung. "Dia ngapain di sini?" bisik Dino pada Hyunjin. "Lo kira gue peramal!?"

"Biasa aja dong jangan ngamuk!"

Tuktuk— Ryujin mengetuk meja dengan jarinya tepat di depan Hyunjae

"Maaf, tapi lo ngapain ya di sini? Kita mau makan."

"Emang kalo gue di sini mulut kalian ilang terus jadi gak bisa makan?"

Ryujin mengernyit dan langsung memundurkan tubuhnya. "Bahasa lu!—"

"Apa?" Dino seketika terdiam setelah dilempar tatapan mematikan oleh Hyunjae. "Kalo ngomong aja bisa, harusnya lo pada masih bisa makan. Gak ada masalah kan?"

"Dia kenapa sih? Sensian amat."

"Gue denger."

"Anjir serem bego," bisik Dino lagi. "Diem onta! Dia bilang dia denger!" balas Hyunjin.

"Mau tukeran gak?" bisik Xiaojun pada Hyunae. "Ah.. gak pa-pa, nanti kalau Felix dateng mungkin dia pergi..."

"Kak Doyoung aja diusir, gimana Felix?" Hyunae menghela nafas pasrah, lalu menganggukan kepalanya.

BRAK!

Gebrakan dari Hyunjae membuat suasana semakin tegang, ia menatap mereka satu-persatu dan berakhir bertatapan dengan Xiaojun.

Tak lama, ia berdiri, meninggalkan sisa makanannya begitu saja. "Sumpah sinting," keluh Dino.

"Lah? Kalian beliin gue makanan?" tanya Felix yang baru datang sambil membawa makanannya melihat piring milik Hyunjae berada di tempat duduknya.

"Bukan buat lo, bukan dari kita, buang aja, duduk sana." titah Ryujin.
~~~
"Lo liatin dari sini, biar di acara selanjutnya lo bisa gabung." Hyunjae berdeham, terap fokus pada handphone-nya.

Ia hanya melirik saat keempat anggota UKM-nya naik ke atas panggung. "Gue denger, lo lagi ngejalanin tugas?" Hyunjae sontak menoleh walau tak lama ia tampak tak peduli lagi. "Ngapain lo di sini?"

"Menurut lo?"

Hyunjae mengunci handphone-nya dan mengantonginya, "Tumben lo dikasih tugas setelah sekian lama dianggurin, kenapa tuh?"

"Bisa diem gak? Suara lo kayak knalpot, ganggu."

"Wooohh woohh, santaiiii, kan gue cuman nanya."

"Pertanyaan lo gak menarik, skip."

"Kalo gitu.... masih jadi babu keluarga?"

"ANJ*NG!"

BUGH!

"EH EH! ADA YANG BERANTEM!!"

Bagai tak ada jeda bahkan setengah detik pun untuk beristirahat, Hyunjae terus-terusan menghajar wajah manusia di hadapannya, tak peduli jika harus sampai berguling-guling sekalipun.

"Masih jago pukulan lo ternyata."

"Diem anj—!"

BUGH!

Tubuh Hyunjae terpental hanya dengan sekali pukulan, "Sayangnya masih besaran tenaga gue."

Alunan musik berhenti dimainkan, Hyunae menoleh ke bawah panggung, menelaah dari sela-sela kerumunan orang yang menutupi bahkan membentuk sebuah lingkaran.

Hyunae langsung merasa sesak ketika melihat Hyunjae disudutkan oleh orang yang entah siapa namanya, Hyunae tidak pernah melihat orang itu di sekitaran kampus.

"Sakit, Hyun..."

"Capek..."

"Aku udah biasa kok..."

Melepaskan mic dari tangannya, Hyunae berlari ke bawah panggung, membelah kerumunan yang dari tadi hanya diam menyaksikan, tak ada niatan melerai.

"HAE—"

BUGH!

Kedua mata Hyunjae membesar. Tubuhnya tertutupi sempurna oleh tubuh kecil Hyunae tepat sebelum pukulan mendarat di wajahnya.

Hyunjae mengangkat tubuh Hyunae, memastikan dia sadar atau tidak. "GOBLOK!"

Dengan segera, Hyunjae menggendong Hyunae dan berlari menuju UKK.
~~~
Ryujin memijit tulang hidungnya, sedangkan Xiaojun tak berhenti berjalan bolak-balik bak setrikaan di dalam UKK.

"Lo bisa diem gak? Risih gue liatnya."

"Heh! Ini Hyunae sampe pingsan gara-gara lo! Gak tau diri banget jadi orang!"

"Siapa suruh dia ngalangin? Gue mah gak pa-pa mau ditusuk pisau sekalipun."

"Udah jangan berantem, diem aja sampe Hyunae sadar, ya?"

BRAK!

"HYUNAE KENAPA!?"

"Bisa gak usah heboh gak? Gue kaget. Terima kasih." Dino menyempatkan diri untuk tersenyum pada Ryujin, setidaknya ini dapat mengatasi kemungkinan amarah Ryujin keluar.

"Udah rame kan? Gue pergi."

"Eh! Lo gak bisa pergi seenak jidat gitu dong!" Hyunjae menangkis genggaman Ryujin, "Siapa lo berani megang-megang gue?"

"Kok lo yang marah!?" Hyunjae terdiam mempertahankan tatapan tajamnya pada Ryujin, membersihkan pergelangan tangannya seolah-olah genggaman Ryujin tadi dapat menyebarkan virus mematikan.

Matanya beralih ke brankar tempat Hyunae ditidurkan, "Dia udah bangun, gak ada gunanya lagi kan gue di sini?"

Ryujin berusaha menahan amarahnya, berdecak sebal, lalu membalikan tubuhnya untuk mengecek keadaan Hyunae.

Sedangkan Hyunjae, ia langsung keluar begitu saja.
~~~
"Silahkan masuk tuan.." Hyunjae sedikit membungkuk, lalu masuk ke dalam ruangan yang baginya adalah tempat paling mencekam.

"Duduk," titah Leeteuk. Hyunjae pun menuruti perintah papanya dan segera duduk di sofa depan meja kerja sang papa.

"Jisung datang lagi?" Hyunjae mengangguk pelan. "Kamu sudah tau apa yang akan dia lakukan kan?" ia mengangguk untuk kedua kalinya.

"Anggap ini kesempatan terakhir kamu, kalau Jisung berhasil merebutnya lagi, saya akan memberi kamu ganjaran yang sesuai."

Hyunjae mengangkat pandangannya, bertatapan dengan Leeteuk. "Apa?" tanyanya.

"Pelatihan."

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang