Step 0

890 135 7
                                    

Hyunae menyenderkan kepalanya pada Ryujin, memandang sendu orang-orang yang sedang menggali kubur untuk Hyunjae. Badannya terasa lemas tak berenergi walau sekarang ia masih kuat untuk berdiri menopang tubuhnya sendiri. Xiaojun yang baru berpindah tempat ke sebelah Hyunae pun mengelus puncak kepala gadis itu, "Mereka pasti seneng bisa ketemuan, ya kan?" Hyunae mengangguk pelan dengan air mata yang kembali jatuh sehabis mendengar ucapan Xiaojun yang memang ada benarnya.

Hyunae menyembunyikan wajahnya saat jasad Hyunjae hendak dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya, bukan enggan melainkan Hyunae tidak bisa melihatnya, ia berani bersumpah bahwa pasti tangisannya akan mengganggu jikalau ia melihat jasad Hyunjae, bukan hanya Hyunae, pasti keluarga Hyunjae juga akan begitu. Dan benar saja, suara tangisan Yuji dan Seohyun terdengar layaknya berlomba-lomba menyampaikan rasa kehilangannya.

Mingyu yang sedang menahan tangisnya berusaha menenangkan Yuji, sedangkan Joy berusaha menenangkan Seohyun sambil membiarkan air matanya jatuh begitu saja, ia tidak bisa lagi berpura-pura tegar, ia sangat ingin menangis sekarang.

Satu-persatu orang mulai meninggalkan pemakaman Hyunjae saat proses pemakamannya sudah selesai, menyisakan Seohyun, Yuji, Mingyu, Joy, Hyunae, Ryujin, serta Mingyu. Tadi Felix dan yang lain sempat datang, bahkan Felix tertangkap menangis, tapi tiba-tiba sekarang tiga orang itu tidak terlihat keberadaannya.

"Hyunae, pulang dulu yuk? Ke rumah ya?" Hyunae menggeleng cepat, ia masih ingin di sini. "Ayo pulang dulu, nanti biar gue yang jelasin ke ortu lo sama Bang Lucas, ayo gue anter bareng Ryujin, ya?" bujuk Xiaojun yang akhirnya membuat Hyunae mengangkat kepalanya, menghapus jejak air matanya. "Yuk?" Xiaojun mengambil alih, ia memegangi tubuh Hyunae. "Kami pamit pulang dulu ya..." Karena yang lain tidak merespon, Mingyu pun berdiri melempar senyum dengan keadaan mata sembabnya, "Makasih ya... Hyunjae pasti seneng punya temen kayak kalian," gumamnya kembali terhantam fakta bahwa bisa dibilang mereka lah satu-satunya teman yang Hyunjae miliki.

Xiaojun mengangguk, membalas senyuman Mingyu, dan berlalu bersama Hyunae dan Ryujin menuju mobilnya. "Lo di belakang jaga Hyunae," titah Xiaojun yang langsung di-iya-kan oleh Ryujin. Mereka pun memulai perjalanan menuju rumah orang tua Hyunae, karena menurut Ryujin akan terlalu bahaya jika Hyunae tinggal sendiri di rumahnya yang di sini, Ryujin juga tidak mungkin menginap di rumah Hyunae, besok dia ada kelas pagi. Oleh karena itu mereka memilih meminta Hyunae untuk pulang ke rumah orang tuanya.
~~~
Mingyu dan Joy turun dari mobil, menarik napas dalam dalam berhadapan dengan gedunng tempat 'penampungan' para tahanan. Mingyu berjalan lebih dulu dengan gerakan tangan yang mengisyaratkan Joy untuk ikut masuk. Dengan langkah berat, Joy mengikuti Mingyu memasuki gedung tersebut. Ia hanya berdiri di belakang Mingyu, menunggu hingga orang yang ingin mereka temui keluar.

Tak perlu memakan waktu yang lama, Jisung dan Leeteuk keluar dengan kedau tangan mereka yang diborgol. Jisung duduk di depan Joy, sedangkan Leeteuk duduk berhadapan dengan Mingyu. "Hai..."sapa Jisung dengan suara sangat pelan yang dibalas senyuman pedih oleh Joy. Setelah menghela napas berat, Joy menoleh pada Mingyu. "Sung, lo tetep bisa denger suara gue kan?" Jisung mengangguk dari balik pembatas antara pengunjung dan tahanan. Mingyu pun tersenyum setelah memastikan suaranya dapat terdengar juga oleh Jisung.

"Ini soal Hyunjae.."

"Ah... kenapa? Dia gak bisa dateng hari ini? Kemaren juga gak dateng, ke mana dia?" Jisung yang awalnya asal bertanya, mulai merasa panik saat melihat respon dari Joy dan Mingyu yang tak jauh berbeda, ekspresi mereka berdua nyaris sama persis. "Hyunjae kenapa?" tegasnya sekali lagi. Mingyu mengalihkan pandangannya pada Jisung yang terlihat jauh lebih khawatir dibanding Leeteuk yang kini hanya tertunduk berdiam diri sejak awal Joy dan Mingyu berada di depannya.

"Nanti gue yang anterin lo makanan ya? Gak pa-pa kan?" Joy langsung melempar pandangannya ke langit-langit atap, berjaga-jaga agar air matanya tak jatuh di depan sang adik. "Gue nanya nya Hyunjae kenapa, bukan siapa yang anterin gue makanan!" Menghela napas berat dengan sedikit bergetar, Mingyu memilih mengucapkan ini sambil menatap sang papa. Ia sangat ingin tau bagaimana respon sang papa.

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang