Step 8

931 160 6
                                    

Hyunae mengambil selembar roti yang sudah ia panggang sebelumnya dan menggigitnya sambil berjalan keluar rumah. Tangannya mengambang di udara saat ia hendak membuka pintu rumah, menerka-nerka apakah Hyunjae akan tetap berada di depan pintu rumahnya sekarang.

Menghela napas singkat, Hyunae memberanikan diri membuka pintu. Yang benar saja, sekarang ia melihat seorang Park Hyunjae sedang bersandar di pilar rumahnya sambil bermain handphone.

"Lo bangun jam berapa sebenernya? Gak konsisten banget," ujar Hyunjae sembari mengantongi handphone-nya.

Membuang napas kasar, Hyunae memberikan hentakan di setiap langkahnya. "Kenapa gak nanya gue dulu mau dijemput sama lo apa enggak?"

"Emang lo pikir gue ngapain ke sini?"

"Ya... ya emang ngapain? Mau jemput gue kan pasti?"

"Kalau gue jawab motor gue habis bensin dan gue lagi nunggu orang buat bawain mobil gue, lo percaya?" Hyunae sontak menggeleng.

"Cih, tanpa gue nanya ke lo, lo pasti udah tau gue bakal jemput lo. Lo aja gak percaya kalau motor gue habis bensin, ya kan?"

Hyunae memutar bola mata malas. "Kemarin, Jisung nganterin sampai mana?" tanya Hyunjae. "Perempatan," jawab Hyunae singkat.

Hyunjae mengangguk-anggukan kepalanya, "Naik," titahnya berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari rumah Hyunae.

"Katanya masih nunggu mobilnya dateng."

"Kan lo gak percaya, ya jadi mobilnya udah di sini."

Menutup pintu mobil dan mengenakan seat belt, Hyunjae mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal.

"Kenapa jadi naik mobil?" Hyunjae menoleh sekilas dan kembali menatap jalan, "Karena lo bakal terus sama gue."

"Gak ada hubungannya."

"Ada."

"Apa?"

"Biar lo gak kehujanan lagi, kayak waktu itu."

Hyunae mengangguk kecil, kembali memandangi jalanan yang mereka lalui. "Jisung... satu kelas sama lo?" Hyunae mengangguk.

"Jawabnya pake suara, gue gak bisa terus-terusan noleh."

"Iya! Haish!"

"Gue boleh nanya?" Hyunae menoleh, diam sejenak, lalu membalas, "Nanya apa?"

"Apa yang lo gak suka dari gue?"

Hyunae berdecih, membuang pandangannya seolah meremehkan pertanyaan Hyunjae. "Jawab."

Tak ada jawaban, Hyunjae pun meraih pipi Hyunae dan membuatnya menoleh. "Apaan sih!?" ia memukuli tangan Hyunjae hingga terlepas dari pipinya.

"Siapa tau lo mati."

"Gimana bisa gue mati tiba-tiba!?"

"Bukan tiba-tiba. Itu namanya mati dengan tenang."

Menarik napas dalam untuk meredam emosinya, Hyunae memejamkan kedua matanya berusaha untuk tidur. Setidaknya ia tidak harus mengalihkan pandangan lagi agar tidak bertatapan dengan Hyunjae.

"Jawab dulu baru tidur."

Hyunae kembali membuka kedua matanya malas, menoleh ke arah Hyunjae dengan kepala yang masih tersandar.

Ia mengangkat tangannya untuk menghitung tiap-tiap hal yang tidak ia sukai dari Hyunjae. "Lo egois, bossy, gak bisa nyaring kata-kata mana yang baik mana yang nyakitin, intinya sikap lo gak ada yang bagus."

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang