Bertahan Hidup

15 8 1
                                    

Saat ini Dankin & Evero sedang berada dipasar melihat-lihat barang-barang yang dijual oleh pedagang. dipasar yang berada dipusat Kota Spaure. Mereka terlihat antusias dengan aneka barang yang ada disana, salah satunya adalah pedang yang ditatap Dankin sekarang. Namun Dankin hanya terdiam dengan tatapan berbinar tanpa bertanya berapa harganya kepada pemiliknya. 

Tentu saja dia menyadari pedang itu tidak akan bisa dibelinya saat ini karena dia tidak mempunyai sepeserpun uang. Seandainya dia punya cukup uang suatu hari nanti, mungkin pedang itu sudah menjadi milik orang lain. Evero yang sedang melihat-lihat pedang kemudian menatap arah mata Dankin dan menyadari bahwa ada pedang yang menarik dimata sahabatnya itu. Dia pun tersenyum tipis.

"Apa kau menyukai pedang itu?"

Dankin menoleh dan hanya mengangguk, kemudian dia menghela nafas.

"Aku menginginkannya tapi...." Dankin belum selesai berkata saat pria paruh baya dengan perawakan gendut dan tidak terlalu tinggi menyapanya. Penampilannya hampir mirip Dwarf di cerita -cerita fantasi.

"Kau memiliki mata yang bagus nak"Pria tua itu tersenyum tipis sembari menatap Dankin dan Evero.

"Apa nama pedang ini paman?"Evero bertanya dengan sesekali melirik pedang itu.

"Namanya The Light Sword, pedang yang terbuat dari besi berkualitas tinggi dan ditempa oleh seorang Boroun" Evero yang mendengar itu bingung dan berbisik kepada Dankin tentang apa itu Boroun. Dankin menjelaskan Boroun semacam orang suci yang menganut kepercayaan Archen yaitu menyembah dan percaya kepada Dewa Agung Sang Semesta. Dia menambahkan kepercayaan itu banyak dianut oleh penduduk disini, di Kerajaan Tresadior. Evero mengangguk mengerti.

"Paman kenapa seorang Boroun bisa menempa pedang, bukankah itu sangat mustahil untuk dilakukan mengingat Archen Tower melarang anggota dalam mereka untuk berhubungan dengan sesuatu yang bisa melukai?" Evero semakin tambah tidak mengerti dengan apa yang kedua orang ini bicarakan dan bertanya kembali apa itu Archen Tower dan Dankin menjelaskan jika itu tempat sakral untuk berdoa kepada Dewa.

'Oh seperti tempat ibadah'batin Evero mencoba untuk memahami.

"Ah itu ....."Paman pedagang itu menghela nafas panjang sebelum menjelaskan dulu ada seorang kesatria hebat yang berkelena di berbagai tempat, sepak terjangnya sebagai seorang kesatria terdengar diseluruh daratan ini hingga dia dijuluki The Light Sword karena kebiasaannya yang membunuh perampok atau bandit serta menegakkan keadilan diberbagai tempat. 

Namun dikarenakan suatu hal yang paman itu tidak mengerti, ksatria itu tiba-tiba memutuskan untuk menjadi Boroun di suatu kerajaan. Kejadian itu menggemparkan seluruh daratan ini dikarenakan jika memutuskan menjadi Boroun, kestaria itu tidak bisa lagi sepenuhnya terlibat urusan duniawi. Namun anehnya sang Boroun diberi kebebasan untuk meneruskan keahliannya  yaitu menempa pedang. Pedang pedang yang ditempanya terdapat diberbagai tempat dan salah satunya ada di hadapan Dankin dan Evero saat ini.

"Berapa harga pedang ini paman?" Evero bertanya pada Paman pedagang itu.

"Sekitar 13.000 keping emas anak muda" jawaban yang keluar dari paman itu membuat mereka terkejut dan terdiam. Evero menghela nafas pelan sementara Dankin merasa mendapatkan uang sebanyak itu adalah kemustahilan. Uang sebanyak itu jika untuk membiayai kehidupan mereka selama beberapa tahun kedepan lebih dari cukup.

"Kami akan berusaha untuk mendapatkan pedang itu paman, saat ini kami belum punya uang tetapi suatu saat nanti kami akan kembali dan semoga pedang itu belum jatuh ketangan orang lain" Paman itu hanya bisa tersenyum menyadari kalau dua anak muda itu hanya melihat-lihat saja dan tidak datang membeli.

"Datanglah lagi jika sudah punya uang, semoga terberkati oleh Dewa"Paman itu tersenyum tipis. Awalnya Dankin berpikir pedagang itu akan mengusir mereka namun ternyata meski tau mereka tidak membeli apapun dari tokonya, paman itu tetap sabar dan menjelaskan. Dankin merasa Paman itu orang baik.

Dankin & EveroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang