Paman Wallbert

13 6 0
                                    

Dankin dan Evero terduduk diam disudut meja paling ujung dengan pemilik kedai ini yang sedang menatap mereka dengan tajam. Dankin bingung ingin memulai pembicaraan yang bagaimana sementara Evero hanya tidak nyaman dengan situasi kedai ini. Akhirnya pemilik kedai itu menghembuskan nafas kasar.

"Kenapa kalian masuk ke kedaiku? Apa yang kalian inginkan disini?

"Kami hanya ingin melamar pekerjaan sebagai pelayan, Paman........."

Dankin menjeda kalimatnya karena tidak tau nama paman pemilik kedai tersebut.

"Wallbert, Namaku Paman Wallbert!!"

"Ah.. Paman Wallbert kami hanya ingin melamar sebagai pelayan. Tetapi kami tidak tau jika kedai yang kami masuki ternyata kedai yang berbeda pada umumnya" Evero berbicara sambil melihat suasana sekelilingnya.

Paman Wallbert tersenyum melihat mereka berdua. Dia kemudian ikut memandangi sekeliling kedainya tertarik dengan suasana ramai di kedainya. Hal yang sangat jarang dia perhatikan karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku menerima kalian sebagai pelayanku. Pagi besok datanglah kesini, sekarang pulanglah. " Paman Wallbert memutuskan untuk mempekerjakan mereka karena tertarik dengan keberanian mereka yang datang sendiri tanpa bantuan orang dewasa hanya untuk mencari pekerjaan.

Evero mengerutkan dahinya, dia kan hanya bercerita ingin melamar pekerjaan tetapi bukan berarti ditempat ini. Tempat ini terlalu dewasa buat dia dan Dankin, banyak pemandangan yang sedap dipandang mata, tetapi tempat ini jelas jelas seperti kedai pelacuran. Bir, wanita seksi dan masih banyak hal yang seharusnya tidak sekarang untuk diliat. Bukan, bukan dia tidak pernah melihat seperti ini dibumi, dia bahkan sering mengunjungi klub malam disana, tetapi dia hanya mengkhawatirkan Dankin, dia masih 3 tahun dibawahnya, tidak baik untuk sekarang.

"Maaf paman tetapi aku tidak berniat untuk........."

Sebelum Evero sempat melanjutkan perkataannya, Paman Wallbert meletakkan tanganya ke bibir Evero.

"Percayalah pada paman, paman tau apa yang harus paman lakukan, paman tidak mungkin membawamu ke hal- hal yang buruk. Datanglah besok pagi kesini dan jangan banyak berpikir!!!"

 Paman Wallbert menatap mereka dengan mata yang meyakinkan mereka. Mereka akhirnya percaya dan keluar dari kedai ini. Paman Wallbert menatap punggung mereka yang semakin menjauh dari balik jendela kedainya, seorang pria berumur mendekatinya sambil ikut menatap kepergian anak anak itu.

"Mau kau apakan dua orang anak kecil itu?" pria itu bertanya sambil menoleh ke arah sahabatnya yang tak lain adalah Paman Wallbert.

"Kupikir mereka berdua orang yang cocok. Entahlah aku merasa mereka dapat membawa perubahan pada kedai kecilku yang itu. Aku hanya merasa semesta mentakdirkan mereka untuk bertemu denganku" Paman Wallbert tersenyum dan menatap pria tua itu lalu menatap langit yang luas.

"Kuharap mereka benar benar membawa perubahan"

Paman Wallbert kembali ke aktivitasnya di meja bartender lalu melayani pelanggan yang berdatangan. Malam selalu akan panjang bagi orang dewasa seperti Paman Wallbert.

Sementara itu dalam perjalanan pulang Evero masih merasa enggan untuk bekerja di kedai itu, tetapi dia tidak kuasa menolak karena selain dia sudah bilang untuk menyanggupi perintah Paman Wallbert, dia juga serasa dihipnotis oleh mata Paman Wallbert.

"Dankin, apakah kau yakin ingin bekerja di kedai gila itu?"

Dankin tersenyum senang mendengar pertanyaan Evero.

"Tentu saja aku sudah bisa membayangkan akan bertemu wanita-wanita dewasa yang cantik dan seksi."

 Membayangkannya saja membuat Dankin ingin terbang kealam mimpi bersama wanita-wanita itu dan berharap tidak ingin dibangunkan lagi.

Dankin & EveroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang