Malam Kota Spaure

46 12 0
                                    

Kota Spaure menjadi salah satu kota penting di Kerajaan Tresadior, selain Kota Spaure terdapat 9 kota lain di Kerajaan Tresadior diantaranya yang paling besar adalah Kota Regax, Mare, Destik, Chilo.

Sementara pusat kota terbesar sekaligus tempat istana Kerajaan Tresadior berada terletak di Kota Regax. Aktivitas penduduk Kota Spaure sangatlah padat. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani, dan pedagang serta pembuat senjata. Tetapi tidak sedikit juga yang bekerja di keluarga Bangsawan.

Di Kota Spaure terdapat satu bangsawan yang mendiami kota ini yaitu Bangsawan Hasi. Bangsawan Hasi sendiri lebih terpusat di bidang kemiliteran dan pembuatan senjata.

Maka dari itu, Bangsawan Hasi banyak melahirkan orang orang pemerintahan dibidang kemiliteran dan pembuatan senjata. Salah satu orang yang terkenal dari Bangsawan Hasi adalah Menteri Paligre yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ada juga Panglima Besar Tertinggi Jenderal Sarasi yang mengatur seluruh pasukan Kerajaan Tresadior.

Dikota Spaure sendiri terdapat pabrik yang sangat besar bernama Pabrik Senjata Tuan Api. Dinamakan Tuan Api karena jasa dan kontribusi si Tuan Api yang bisa membuat Kerajaan Tresadior disegani diantara kerajaan-kerajaan lain yang tersebar di Benua Merah.

Kebanyakan  pekerja Pabrik Tuan Api berasal dari penduduk Kota Spaure yang sudah dibekali keahlian membuat senjata selain itu juga terdapat pekerja dari kota  lain.

Aktivitas penduduk Kota Spaure lebih padat di pagi hingga sore hari, sedangkan malam hari  lebih banyak dihabiskan untuk melepas penat, berkunjung ke kedai restoran sekedar makan dan meminum arak ataupun menikmati pertunjukan Teater Jalan yang mengisi hiburan malam.

"Ahhhh!! Sudah malam ternyata." Dankin terbangun dari tidurnya. Dia tertidur selama 2 jam lebih setelah kegiatan yang dilakukannya sehabis memancing adalah menyiapkan bumbu untuk memasak ikan hasil pancingannya tadi. Bumbu itu Dankin dapatkan dari Hutan Sora.

"Saatnya menikmati malam dengan berkeliling." Dankin tersenyum tipis dan berdiri lalu melangkah menuju keatas Jembatan Gravel. Ada tangga kayu yang Dankin buat sendiri untuk akses keatas Jembatan Gravel.

Setelah berada diatas dia lalu memasuki jalan kecil yang sedikit jauh dari gerbang Kota Spaure. Jalan kecil itu dipenuhi dengan semak-semak dan jarang orang yang melewatinya. Dankin berhenti disuatu semak-semak lalu menyibaknya.

Sekilas terlihat seperti lorong semak bekas hewan babi lewat tetapi Dankin yang membuat lorong itu. Kemudian dia semakin turun ke lorong bawah tanah yang di buatnya diluar tembok yang mengelilingi Kota Spaure.

Lorong itu mengarah kedalam tembok. Kota Spaure sendiri dikelilingi tembok dikarenakan untuk melindungi penduduk kota itu sendiri.

Dankin terus berjalan hingga ujung lorong mengarah ke halaman belakang  rumah tak berpenghuni yang terletak didekat tembok. Dari rumah itulah Dankin bisa bebas mengakses ke dalam Kota Spaure. Jika Dankin masuk melalui Gerbang Kota para penjaga akan memeriksa identitasnya, sementara dia sendiri sudah tidak punya identitas.

Setelah memastikan tidak ada orang yang melihatnya, Dankin keluar dari pintu masuk rumah itu lalu berjalan santai menuju pusat kota Spaure.

*

"Ahhh!! Nikmatnya arak ini." seorang pria tua berumur sekitar 50an menegak kembali cangkir berisi arak.

"Sudah lama sejak kembali dari Kerajaan Aradiuom, aku tidak sempat menikmati arak lagi." Pria itu memasang senyum paling lebar diwajahnya.

"Menarilah wahai gadis gadis. Hibur aku!!." Pria tua itu kembali meminum arak yang dituangkan oleh  salah gadis penghibur yang bergelayut manja disampingnya.

Saat sedang asik menikmati arak bersama gadis-gadis. Seorang pemuda berusia sekitar 20an memasuki ruangan itu dan memberi hormat kepada pria tua tersebut. Pria tua itu menengok kepada pemuda itu dengan raut wajah tidak suka. Pemuda itu menyadari hal itu namun dia harus tetap menyampaikan hal penting.

"Ada apa kau datang kemari Gura?." Pria tua itu terlihat sedang menahan amarahnya karena kegiatannya diganggu.

"Maaf menganggu kegiatan anda Tuan Begi, ada hal penting yang harus kusampaikan." Gura menarik nafas dalam sambil menunjukkan sikap hormat.

"Kalian keluar dulu!!
Kita lanjutkan nanti saja!!." perintahnya pada gadis gadis itu.

Setelah gadis gadis itu keluar, pemuda yang bernama Gura itu mengambil tempat di hadapan Tuan Begi.

"Aku baru saja mendapatkan informasi bahwa Kepala Bangsawan Soya, Tuan Dema mendadak menaikkan harga  pajak bagi para bangsawan." Gura nampak cemas setelah mengatakan itu.

Brakkk!!!!

"Tua Bangka itu!!." Begi menggebrak meja dengan sangat keras.

"Apa dia mau mempermainkan Bangsawan Hasi??." Begi terlihat begitu emosi lalu meneguk secangkir arak dengan cepat.

"Tuan Dema menaikkan harga pajak dengan alasan karena selama ini pajak terlalu dibebankan kepada rakyat. Sementara sekarang keadaan ekonomi Tresadior sedang tidak bagus, apalagi ditambah musim kekeringan yang melanda di seluruh negeri mengakibatkan rakyat kesusahan. Kerajaan Tresadior selalu memungut pajak setiap bulannya kepada rakyat walau sudah memungut pajak dengan harga tinggi dari 5 bangsawan."

"Ada hal lain yang kau dapatkan?" Tuan Begi menatap tajam pemuda dihadapannya.

"Menurut informasi sebenarnya Tuan Dema sedang berusaha menutupi kecurangannya dalam mengelola pajak." Gura menarik nafas pelan sebelum melanjutkan pembicaraannya.

"Tuan Dema mencari muka dihadapan Raja Orvan dengan dalih membantu rakyat. Padahal pajak yang dihasilkan oleh para bangsawan juga tidak sedikit untuk menghidupi kerajaan ini." Gura juga sedang menahan kekesalannya terhadap Tuan Dema.

"Entah benar atau tidak kabarnya semperempat pajak yang ada, masuk ke kantong pribadinya dan menutupinya dengan melebihkan anggaran pertahanan menjadi 10 juta keping emas."

"Sial!! Dia sengaja melemparkan masalah ini kepada Bangsawan Hasi. Raja Orvan dalam waktu dekat tentu akan mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan, situasi ini sangat tidak bagus mengingat Si Tua Bangka itu mengetahui tujuan kita." Tuan Begi mengepalkan tangannya lalu kembali meneguk araknya hingga tak bersisa.

"Kalau begini caranya aku harus mengadakan pertemuan terlebih dahulu dengan Kakakku Paligre, dan Jenderal Harasi"
Tuan Begi mengelus janggutnya yang sudah terlihat mulai putih.

"Apa Kakakku sudah mengetahui hal ini??." Tuan Begi menatap Gura dengan penasaran.

"Tuan Paligre sudah mengetahui hal ini karena dalam pertemuan itu, salah satu pejabat Tuan Paligre ada disana."

"Baiklah terimakasih atas informasi yang kau berikan. Kabari aku jika ada hal penting lagi." Tuan Begi mengibaskan tangannya mengisyaratkan Gura, anak buah kepercayaanya boleh pergi.

"Baik Tuan Begi." Gura memberi hormat lalu meninggalkan tempat itu.

Raut wajah Tuan Begi tentu tidak senang mengetahui hal ini. Dia sudah sangat paham kelakuan Bangsawan Soya. Bangsawan yang terkenal dengan orang orang yang licik dan perayu ulung dalam bidang ekonomi. Tidak heran banyak anggota Bangsawan Soya yang bekerja di jalur perdagangan dan ekonomi.

Tuan Derma adalah salah satunya yang menjabat sebagai Menteri Ekonomi. Raja Orvan tentu mengetahui karakteristik Bangsawan Soya namun disatu sisi dia juga tetap membutuhkan orang orang dari keluarga Bangsawan Soya.

"Besok pagi aku harus bertemu Paligre secepatnya." Tuan Begi meminum kembali arak itu dengan wajah yang sangat amat buruk.

Dari atap kediaman Tuan Begi seorang anak kecil membaringkan tubuhnya menghadap langit. Anak kecil itu adalah Dankin.

" Informasi ini sungguh mengejutkanku." Dankin tersenyum tipis

" Tetapi aku sama sekali belum mendapatkan petunjuk tentang tragedi itu." Dankin lalu kembali berdiri dan segera meninggalkan tempat itu sebelum penjaga kediaman Tuan Begi menyadarinya. Itu hanya akan menghambat tujuan besarnya selama ini.

**Saran dan kritikan yang membangun dipersilahkan

Orhius**

Dankin & EveroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang