Hutan Sora ( Untold Story III : Tengkorak Merah

10 6 2
                                    

Pada saat ini, pembangunan di markas Tengkorak Merah sedang berlangsung, ratusan orang yang terdiri dari laki laki yang siap bertarung tengah sibuk membuat dan mengokohkan markas utama mereka.

Posisinya benar benar ada ditengah-tengah hutan Sora, sementara sebagian orang lainnya disebar oleh Evero untuk membangun 5 markas yang mengelilingi markas utama. Jaraknya sekitar 1 harian dari markas utama mereka.

Namun Evero menegaskan dari awal bahwa mereka tidak akan membuat markas yang permanen, itu hanya akan membuang waktu dan tenaga. Toh mereka juga tidak akan bertahan lama disana. Markas itu hanya sebagai penampung orang orang dan sebagai pemulus rencananya.

Namun sebenarnya Evero juga berbohong mengenai siapa yang akan menjadi rajanya. Dia belum ada nama nama yang harus disiapkan dan masih bingung mengenai hal ini.

Sebagian orang-orangnya yang dia susupkan di istana juga tidak memberikan informasi yang berarti dikarenakan terbatasnya akses mereka terhadap lingkungan istana.

Ya, bisa dibilang untuk menjadi prlayan istana itu butuh seleksi yang ketat dan ujian yang rumit. Tidak semudah itu fergusoo!!!!

Satu satunya orang yang ahli dalam bidang penyusupan adalah Dankin. Namun untuk saat ini Dankin masih sibuk bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang untuk mengisi persediaan gudang mereka.
Bahkan tumpukan emas yang mereka kumpulkan berbulan-bulan tidak akan cukup untuk menghidupi ratusan orang ini. Memikirkan hal itu saja membuat kepalanya pusing.

"Ah sudahlah lebih baik aku jalan jalan sebentar"

******

Sementara itu,  Dankin masih sibuk dengan kegiatannya sebagai pelayan. Tiap malam dia harus membuka kedainya itu(milik Paman Wallbert), menyiapkan bahan, memasak, meracik minuman, mengantarkan minuma, berbincang dengan pelanggan, menjual informasi.

Dia melakukan semuanya itu, namun bukan berarti Dankin sendirian, dia masih dibantu oleh 2 pelayan, sementara Paman Wallbert sudah lama tidak menampakkan batang hidungnya,. Dia hanya datang sewaktu Evero meminta upah saja.

Paman Wallbert masih sibuk mengurus kedai lainnya. Setidaknya itulah alasan yang diucapkan Paman Wallbert kepada Dankin.

"Aih lelah sekali menjalani pekerjaan seperti ini, sementara si Evero sialan itu enak-enakan di hutan"

"Tapi kan, upah bos paling besar diantara kami" Pelayan bernama Siegred menimpali perkataan Dankin sambil mengelap meja meja yang sebentar lagi akan dipenuhi oleh pelanggan.

"Bicara sih gampang Gred, atau kamu bertukar posisi denganku?"

"Tidak mau bos, merepotkan" Siegred langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Tapi kalau dipikir pikir lagi,  memang upahku besar sih, cukup untuk menghidup banyak orang dalam beberapa hari"

"Emang bos punya keluarga banyak?"

Dankin langsung tersadar ucapannya telah membuat Siegred bingung. Otaknya berputar crpat memikirkan alasan yang logis.

"Maksudku itu perandaian saja Gred"

"Oh" Siegred menganggukkan kepalanya

"Oiya bos, keluarga bos masih ada"

Dankin menggelengkan krpalanya prlan. Siegred merasa bersalah telah membangkitkan memori kelam pada bosnya itu.

"Bukan masalah, itu terjadi sudah sangat lama"

Dankin & EveroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang