Dari penjelasan yang didapat dari Dankin, Evero mengetahui bahwa dia sedang berada di Benua Merah tepatnya di Kerajaan Tresadior.
Evero tidak mengetahui seberapa luas daratan Benua Merah ini tapi setidaknya Evero menyimpulkan bahwa dia sedang tidak bermimpi.
Evero tidak tahu apa yang akan dilakukannya sekarang bahkan di dunianya yang disebut Bumi saja Evero sudah kehilangan tujuan hidupnya apalagi disini.
Namun setidaknya Evero yakin Tuhan menempatkannya disini karena sebuah alasan dan Evero akan menemukannya seiring berjalannya waktu. Evero menoleh pada Dankin yang sekarang sedang memasak ikan.
Evero sedikit mengetahui kisah anak muda bernama Dankin itu.
Evero menatap Dankin sambil memikirkan satu hal. Mereka berdua berasal keluarga yang sama yaitu dari keluarga berada. Hanya saja di waktu dan peradaban yang berbeda.Setidaknya Evero mengetahui bahwa mereka berdua pernah di keadaan yang baik. Walau kini mereka berdua bisa dikatakan berada di situasi yang tidak cukup baik tetapi Evero mensyukuri keadaannya sekarang.
Menurut Evero sepertinya Tuhan merencanakan sesuatu yang baik disini. Evero tidak tahu apakah dia dapat kembali ke bumi atau tidak. Jika memang dia tidak bisa kembali lagi maka menetap di Benua Merah tidak terlalu buruk. Dia juga jadi penasaran seperti apa kerajaan Tresadior yang diceritakan Dankin.
'Bukankah ini kesempatanku membuktikan dengan mata kepalaku sendiri seperti apa sejarah peradaban dan kerajaan' Evero tersenyum tipis memikirkan apa saja yang dapat dilakukannya disini.
"Evero!! Ikannya sudah matang" Dankin memberi sepotong daging ikan Kora yang sudah matang kepada Evero. Evero menatap daging itu sebentar lalu mengambil dan memakannya. Evero mengerutkan dahinya menatap Dankin yang juga melakukan hal yang sama.
"Apakah ikannya tidak enak?"
"Eh? Ikannya sungguh enak. Terimakasih kau sudah memasakkannya"
Mereka lalu segera menghabiskan makanan itu. Setelahnya mereka berdua berbincang hingga larut malam dan tidur.
*
Pagi harinya Evero terbangun lebih dulu dan duduk ditepi sungai Eusi yang jernih. Pemandangan seperti ini sangat jarang dia dapatkan dikota asalnya. Dulu orangtuanya lebih sering mengajaknya liburan keluar negeri dibanding menghabiskan waktu liburan di Indonesia. Padahal banyak orang luar negeri mengakui keindahan alam di Indonesia.
'Setidaknya berada disini cukup menyenangkan' pikir Evero menatap kembali pemandangan disekitarnya.
Alam yang sama sekali belum tersentuh pembangunan seperti di dunianya. Sungai yang jernih dengan banyak jenis ikan didalamnya. Pohon pohon yang rindang serta gunung yang terlihat dari kejauhan. Tepian sungai yang berisi pasir mirip seperti pantai dan bukan tanah seperti banyak sungai di dunianya hingga matahari yang sangat bersinar hangat di pagi hari. Semua itu dirangkum dengan satu kata yaitu "INDAH".Terakhir, pandanganya menuju Gubuk Jelek.
'Ah merusak pemandangannya saja' batin Evero sambil memasang muka yang sangat buruk.
'Tunggu dulu!!' Evero menatap gubuk itu lalu berpikir sebentar. Senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Sepertinya aku bisa melakukan sesuatu terhadap gubuk itu" Evero lalu mulai mulai mengambar sesuatu dipasir dan sesekali terlihat berpikir.
"Kau sedang mengambar apa?" Dankin baru saja bangun dari tidurnya lalu menemukan Evero sudah berada di tepian sungai. Dankin mendekati Evero lalu mengerutkan dahinya bingung melihat apa yang dikerjakan oleh teman barunya itu.
"Kau tahu dimana aku bisa mendapatkan kayu?" Evero tidak menjawab pertanyaan Dankin dan balik menanyakan hal lain.
"Didepan sana diseberang sungai ini ada hutan bernama Hutan Sora. Disana kau bisa mendapat apa yang kau inginkan" Dankin menunjuk kesatu arah sambil mengusap usap matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dankin & Evero
FantezieDANKIN Dankin seorang anak muda yang harus melepaskan statusnya sebagai Bangsawan Steria karena keluarganya dicap melakukan pengkhianatan pada Kerajaan Tresadior. EVERO Evero seorang anak SMA yang lelah dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh oran...