NINETEEN

73 17 10
                                    

Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesalahan atau typo, mohon dimaafkan.

*

"Kau serius ingin pulang sekarang? Tidak tidur sebentar saja. Lelah bukan setelah balik dari jalan-jalan tadi?" tanya Mackenyu melihat Eunji yang sedang mengemas barangnya. "Bagaimana dengan Yeol? Uhm, maksudku si Chanyeol."

Eunji terkekeh mendengarnya. "Temanku sedang dalam perjalanan ke sini. Tidak kusangka kalau bakal menjemputku di larut malam begini." jawab Eunji menggelengkan kepala setelah melihat waktu di jam tangannya. "Dan aku juga akan memberikan sesuatu untuk Chanyeol."

"Apa itu?" Mackenyu berlutut di depannya ikut duduk dekatnya.

"Rahasia." jawab Eunji tersenyum lebar.

"Aku terkesan ikut campur ya?"

Eunji menggeleng. "Aku cuman tidak mau merusak momennya."

"Oh. Berarti ini sesuatu yang spesial untuk Yeol. Ah, maksudku Chanyeol." ucap Mackenyu.

"Bisa dibilang begitu." Eunji tertawa sebelum dia berdiri. "Panggil saja dengan biasanya. Kau tidak perlu membenarkan. Lagi pula Yeol itu bagian dari nama Chan-Yeol." Dia melangkah mengambil kalungnya di laci.

"Aku hanya ingin menyesuaikan keadaan yang seharusnya. Kedengarannya memang aneh, tapi aku menyukai Yeol." ucap Mackenyu. "Aku menganggapnya sudah seperti keluargaku sendiri atau kakak tertuaku. Dia mungkin kaku dan tidak banyak ngomong, tapi aslinya dia orangnya sangat perhatian. Aku juga ingin bergaya keren sepertinya. Sejak pertama kali bertemu, dia benar-benar terlihat seperti mayat. Wajahnya pucat saat dibawakan ke rumah sakit oleh Halmeoni. Tapi semua berubah di kemudian hari. Aku tidak ingat pernah mengobatinya apa hingga menjadikannya seperti ini. Tenang dan keren." Mackenyu mengagumkan sosok Chanyeol dengan sangat asik.

"Begitu, kah?" tanya Eunji duduk untuk mengenakan kalungnya ke lehernya sendiri.

Mackenyu mengangguk. "Kalau aku tahu dia adalah dokter, dari awal aku sudah meminta tanda tangannya. Dia merupakan dokter terkenal di negara ini dan aku sebagai penggemarnya malah tidak mengenalnya. Rambutnya masalahnya, jika saja tidak dipanjangkan. Mungkin aku sudah menyadarinya."

"Kau bisa meminta tanda tangannya nanti." Eunji menggeraikan rambutnya setelah selesai mengenakan kalungnya dan kembali memeriksa pakaiannya. Takut ada yang kelupaan.

"Dia sudah bukan lagi seorang dokter sayangnya. Dan dikatakan langsung dari berita kalau dirinya telah dikonfirmasi mengundurkan diri dari segala kegiatannya. Aku menyaksikan di televisi mengenainya. Dia sendiri yang mengajukan ingin berhenti." lanjut Mackenyu bersandar pada dinding. "Kemudian dia menghilang dan muncul dengan misterinya ke sini. Setelah mendengar semua ceritamu waktu itu, aku mengatakan pada diriku bahwa jangan sampai aku kabur begitu saja tanpa meninggalkan kepastian atau jawaban pada orang lain. Rasanya menyedihkan. Membuatku tidak nyaman kalau menjadi dirinya. Bagaimana bisa dia masih bertahan setelah mengalami semua ini?" Mackenyu menggeleng. Dengan membayangkannya saja dia tidak tahan kalau ada di posisi Chanyeol.

"Itulah hebatnya. Walau tidak kebayang betapa sakitnya, syukurlah dia mampu menahannya sampai sekarang." balas Eunji membuat Mackenyu menoleh. "Dia adalah spesial dan tidak tergantikan bagiku."

Mackenyu tersenyum lebar. "Tidak heran mengapa kamu memilihnya." Eunji tertawa dibuatnya.

Eunji menghembuskan napasnya dan tersenyum. Sebelum ingin membalasnya, terdengar dari sebelah orang berteriak sangat keras membuat Eunji dan Mackenyu kaget.

"Chanyeol!" Eunji menebaknya. Suaranya tampak seperti orang yang merintih kesakitan.

Keduanya bangun dan melangkah cepat ke kamarnya Chanyeol, asal suara itu berada. Begitu memasukinya tangan Chanyeol meremas bagian dadanya kasar dan kuat. Napasnya juga tersengal-sengal, pandangannya tidak menentu.

Our Fallen Memories - SEASON 3 [CHANJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang