Episode 07

10.5K 777 92
                                    

Baekhyun duduk di samping brankar Taehyung. Sedangkan Chanyeol berdiri di samping Baekhyun, sesekali ia akan mengusap lembut bahu sempit Baekhyun.

"Taehyung, anak Ibu hiks. Cepatlah sadar, Nak. Ibu tak kuat melihatmu seperti ini hiks, pasti sakit sekali ya, sayang?? Maafkan Ibu yang tak bisa menjagamu."

Baekhyun berucap sambil menggegam tangan Taehyung, sesekali ia akan mengecup punggung tangan putra manisnya.

Chanyeol memeluk Baekhyun dari samping.

"Tenanglah, sayang. Taehyung pasti akan segera sadar, dia tidak akan senang melihat Ibunya menangis seperti ini. Jadi jangan menangis lagi, oke?" kata Chanyeol mengecup pucuk kepala Baekhyun.

Baekhyun hanya mengangguk sebagai balasan. Chanyeol tersenyum miris, hatinya sebenarnya juga sakit melihat putra semata wayangnya terbaring lemas di ranjang rumah sakit tersebut. Namun, Chanyeol menahan sekuat tenaga tangisannya.

"Mari kita keluar. Sekarang waktunya keluarga Jeon melihat anak kita. Kita harus mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah membayar biaya rumah sakit Taehyung."

"Ya, kau benar, Chan. Kita belum berterima kasih kepada mereka karena telah berbaik hati membayar biaya operasi dan perawatan anak kita."

Baekhyun mengelus surai halum sang putra, lantas ia berdiri dari duduknya dan mengecup singkat dahi sang putra yang tertutupi oleh perban.

Chanyeol juga melakukan hal yang sama seraya bergumam lirih. "Cepatlah sadar putra kesayangan Ayah."

Setelah Chanyeol dan Baekhyun keluar dari ruang rawat Taehyung, kini giliran Sehun dan Luhan yang masuk untuk menjenguk pria manis itu.

***

Jungkook dan Eunha ada di taman belakang Rumah Sakit. Jungkook memandang orang-orang yang berlalu lalang di sekitar taman. Sedangkan Eunha tengah memikirkan sesuatu.

"Jungkook," panggil Eunha.

"Ya?"

"Apa kau mencintaiku?"

"Tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak. Aku hanya bertanya saja, karena saat Taehyung kecelakaan, kau berkata bahwa kau masih mencintai Taehyung."

Perkataan Eunha membuat Jungkook terdiam mematung, lalu tak lama kemudian ia merilekskan tubuhnya.

"Itu hanya ucapan spontan yang keluar dari bibirku. Aku hanya tidak ingin mereka menyalahkan kita, jika nanti ada orang yang melihat kita mengejar Taehyung yang menangis lalu kecelakaan. Kita juga yang akan disalahkan, bukan? Maka dari itu aku berakting agar tak ada yang curiga."

Eunha menatap Jungkook penuh selidik seakan tak percaya dengan ucapan yang Jungkook katakan.

"Benarkah? Apa kau tak bohong?"

"Tidak, aayang. Untuk apa aku membohongi orang yang kucintai."

Kata yang Jungkook keluarkan mampu membuat pipi Eunha merona samar. Perempuan itu memukul kecil bahu Jungkook lalu menutup wajah yang memerah malu. Jungkook terkekeh gemas melihat Eunha.

Tak ada percakapan lagi setelah itu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya,

"Eunha."

Eunha lantas menoleh cepat ke arah Jungkook, dan tersenyum manis kepadanya.

"Ya, Jung?"

Jungkook terdiam lagi, Eunha mengeryit bingung. Tapi ia tetap menunggu Jungkook untuk bicara.

"Bagaimana jika Taehyung sadar lalu ia membongkar semuanya? Kurasa Taehyung sudah mendengar semua pembicaraan kita saat itu. Dan aku tak mau jika orang tuaku mengetahui hal ini. Mereka pasti akan marah besar kepadaku, dan harta warisannya tak akan berpindah ke tanganku."

Jungkook menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar. Eunha terdiam sejenak memikirkan kata-kata Jungkook yang ada benarnya.

Jika Jungkook miskin dirinya juga akan ikut miskin, bukan? Jadi Eunha harus berbuat sesuatu agar harta warisan itu jatuh ke tangan Jungkook tanpa harus Taehyung yang menjadi penentunya.

"Kau tenanglah, Kook. Aku akan selalu berada di sisimu, jadi kamu jangan khawatir ya? Kita pikirkan itu nanti."

Jungkook mengagguk dan menarik Eunha ke dalam pelukannya.

"Terima kasih, sayang. Aku mencintaimu," ucap Jungkook mengecup puncuk kepala Eunha.

"Aku juga mencintaimu," balas Eunha.

"Bagaimana jika kita bermain sebentar? Aku merindukanmu, Kook," tawar Eunha yang tentunya tak akan ditolak oleh pria itu.

Jungkook sedikit melonggarkan pelukan mereka, lalu ia mengecup singkat bibir Eunha.

"Ayo, aku juga sangat merindukanmu."

Mereka berdiri lalu berjalan meninggalkan taman Rumah Sakit. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi dan mendengar percakapan mereka sedari awal. Namja itu memakai hoodie hitam dengan tatapan tajam dan wajah datar.

"Tunggu permainannya, Jeon Jungkook." ucapnya dengan penekanan diakhir kalimat, jangan lupakan seringai yang menakutkan itu.

Pria tadi juga ikut meninggalkan taman Rumah Sakit tanpa menghilangkan seringai di sudut bibir tipisnya.

Tbc.

RETALIATION (Kookv) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang