Episode 43

7.6K 550 9
                                    

"Maaf menunggu lama."

Pria cantik yang baru saja datang itu duduk di depan pria tampan yang menganggukan kepalanya.

"Jadi sekarang jelaskan maksud dari surat ini," kata pria tampan itu tanpa basa basi sembari memberikan Surat yang ia bawa di saku jasnya.

Pria yang baru saja datang itu tertawa kecil. "Kau tidak sabaran ternyata ya?" ejeknya.

Pria tampan itu semakin mendatarkan wajahnya. "Tidak usah berbasa-basi! Cepatlah! Saya tidak punya banyak waktu."

"Baiklah-baiklah, kau ini selain tidak sabaran ternyata pemarah juga," gerutunya.

Pria tampan itu menatap tajam padanya. Tapi si empu tak menghiraukan. Dia malah dengan santainya memanggil seorang pelayan dan memesan minuman untuknya.

"Saya di sini ingin membicarakan tentang Surat itu! Bukan untuk menemanimu makan berdua di sini!"

"Haha, sabarlah Tuan. Lagipula aku hanya memesan minuman, bukan makanan. Kau kira aku tidak capek apa?" kesalnya yang hanya ditanggapi dengan tatapan dingin.

"Ekhem, oke baiklah aku tidak akan berbasa-basi lagi denganmu. Surat ini adalah keterangan dari Rumah Sakit Seoul delapan tahun lalu."

"Aku tau. Lalu apa?" kata pria tampan itu, membuat orang yang menjelaskan memutar bola matanya kesal.

"Diamlah! Jangan memotong ucapanku!" ucapnya datar.

Pria tampan itu segera mengatupkan belah bibirnya rapat. Orang itu merogoh sakunya, lalu mengelurkan sebuah foto, dan menunjukkannya pada pria tampan di depannya ini.

"Kau kenal dia kan?" ucapnya.

Mata pria tampan itu menelisik foto tersebut. Matanya tiba-tiba membola. Dia dengan cepat menatap wajah yang tertutup oleh masker itu. Sedari tadi orang itu memang memakai masker. Jadi dia tidak tau wajah orang tersebut.

"Ada hubungan apa kau dengannya? Kenapa kau mengenalnya?" kata pria tampan itu.

Orang itu menarik sudut bibirnya menyeringai. "Itu tidak penting. Sekarang jawab pertanyaanku. Kau mengenalnya bukan?"

"Kalau kau tau kenapa kau bertanya?" ucapnya datar.

Orang itu tertawa remeh. "Aku hanya ingin mengetes ingatanmu saja. Siapa tau kau melupakannya? Eh, tapi ku rasa tidak akan. Karena sampai sekarang pun kau tidak bisa melupakannya."

Pria tampan itu menggeram marah. Matanya menatap tajam orang tersebut.

"Berhenti menatapku seperti itu, atau kau ingin matamu ku congkel?" ucapnya tenang.

Pria tampan itu memejamkan matanya. Bukan, dia tidak takut dengan orang ini. Tapi dia tidak ingin orang ini mati sebelum pertanyaannya terjawab.

"Jadi katakan, apa maksud ini semua?" tanyanya mencoba bersabar.

"Tenanglah dulu, aku akan menjawabnya setelah aku meminum minumanku. Kau tau tenggorokanku sangat haus," cerocosnya.

Tangan lentiknya perlahan membuka masker yang menutupi wajahnya. Setelah terbuka mulutnya dengan cepat meminum minuman yang ia pesan tadi.

Sedangkan pria tampan di depannya sempat terpana dengan kecantikan pria di depannya. Ia sempat berfikir bahwa di depannya ini seorang wanita.

"Aku tau aku cantik, jadi berhentilah menatapku dengan kagum," ucapnya tanpa menatap sang lawan bicara.

"Ck, sia-sia aku terpesona oleh wajahmu itu," gumamnya.

Orang itu hanya mengedikkan bahunya acuh. Lalu ia mengulurkan tangannya pada pria tampan tersebut.

"Sebelum kita membahas ini lebih lanjut, alangkah baiknya kita berkenalan terlebih dahulu bukan?" katanya.

"Perkenalkan namaku Park Taehyung."

Taehyung mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Pria tampan itu membalas jabatan tangan Taehyung yang terulur.

"Wang Jackson."

***

"Jungkook!! Buka pintunya!!! Kita perlu bicara!! Jungkook!!!"

Wanita yang berstatus sebagai Istri Jungkook itu menggedor pintu ruang kerja milik sang suami dengan kuat sembari berteriak keras.

"Berisik!!! Diamlah Eunha! Aku sedang tidak ingin diganggu! Sekarang pergilah!!"

Jungkook membalas dari dalam dengan suara yang sama kerasnya. Di dalam sana Jungkook berusaha mati-matian agar emosinya tidak meledak. Tapi Eunha membuat dia kesusahan menahan emosinya.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau keluar dan berbicara padaku, Jungkook!!! Kita perlu bicara!!!" Eunha masih tidak jera juga.

"Apa yang ingin dibicarakan lagi, Eunha?! Semua sudah selesai!! Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi! Aku sudah menyiapkan Surat perceraian kita!!!"

"TIDAK! Jungkook ku mohon, jangan ceraikan aku!! Bagaimana nasib anak kita saat tau bahwa kau dan aku bercerai?! Ka- kau tidak ingin dia sedih bukan? Jadi aku mohon, tolong batalkan Surat perpisahan kita!!"

Eunha memohon pada Jungkook. Wajahnya berubah panik saat Jungkook mengatakan Surat cerai.

"Dia tidak akan sedih!! Aku yang akan menjaminnya!"

"Jungkook aku mohon jangan!!"

"Jung!!"

"Jungkook!!"

Clek, clek, clek.

Eunha berteriak memanggil nama Jungkook dan berusaha membuka pintu ruangan tersebut.

Sedangkan di dalam sana Jungkook tidak lagi menghiraukan teriakan Eunha. Alat penyadap suara ia nyalakan. Jadi dia tenang sekarang.

Tadi pagi pria itu pulang ke Mansionnya setelah mengantarkan Taehyung pulang. Niatnya ia ingin melihat keadaan putrinya sekaligus membicarakan masalah perceraiannya dengan Eunha.

Tapi saat ia sampai di Mansion ini yang di dapat oleh Jungkook adalah teriakan penuh amarah milik Eunha. Saat Jungkook mencoba bicara dengan baik-baik dengan Eunha. Wanita itu malah membentaknya dengan makian kasar yang membuat amarahnya memuncak.

Boleh saja jika Eunha memaki untuknya. Tapi wanita itu malah membawa nama Taehyung serta menghinanya dengan segala caci maki. Itu yang membuat Jungkook marah dan berakhir mengurung diri di ruang kerjanya.

Jungkook tidak jadi melihat keadaan anaknya. Biarkan saja, dirinya sudah sangat lelah menghadapi masalahnya dan Eunha.

Tbc.

RETALIATION (Kookv) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang