Bagian 16

6.4K 829 52
                                    

Detik demi detik, menit demi menit, namun bel pulang sekolah tak kunjung juga berbunyi, membuat para murid kelas XII MIPA 3 merasa jengah dan muak dengan pelajaran fisika yang tentunya sangat sangat sulit. Papan tulis tampak penuh dengan coretan berbagai rumus yang diberikan guru, jika ada kantong doraemon Raya pasti akan meminta untuk mempercepat waktu agar ia bisa segera pulang ke rumahnya. Ya, setidaknya mendengar ceramahan Alif lebih baik dibanding dengan membaca rumus-rumus aneh yang ada di pelajaran fisika.

Kedua matanya berair menahan kantuk, ketika kepalanya hendak terjatuh ia langsung menggeleng menghalau rasa kantuk tersebut. Meskipun tidak mengerti, tapi Raya harus tetap menghargai guru yang tengah menjelaskan, perihal mengerti atau tidak itu urusan nanti. Berbeda dengan Biru yang sudah menjelajahi mimpinya, perempuan itu nampak cerdik dengan mendirikan buku paket fisika milik Raya di depan wajahnya, benar-benar murid teladan.

Satu jam berlalu...

Keempat siswi tersebut tampak tengah berbincang ria di sepanjang koridor, membicarakan banyak hal. Seperti Biru yang dimarahi oleh penjaga perpus tadi, Biru yang jarang membawa buku paket karena alasan berat, Biru yang jarang membawa mukena dengan alasan yang sama juga, ah sepertinya Biru sangat julidable saat ini hahaha.

"Lagian orang ngantuk masa dipaksa terus buat buka mata, gak baik tau!" Bela Biru ketika Anna memojokannya karena ia terus tidur di sepanjang pelajaran, mungkin hanya jam pelajaran pertama Biru tidak tidur, selebihnya .., perempuan itu sangat rajin berlayar ke alam mimpi.

"Tidur pas guru ngejelasin juga gak baik merah!" Balas Anna sengit.

"Ya udah sih, kayak gak pernah tidur di jam pelajaran lo frozen," ketus Biru seraya menginjak kaki Anna kesal, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Dasar temen gaada akhlak!"

"Bodo!"

"Sumpah! Gue lagi pusing mikirin rumus fisika tadi, dan lo berdua malah ribut terus, erghhh! Pecah nih kepala gue," sela Salma seraya memegang kepalanya dengan ekspresi frustasi.

"Rumus lo pikirin, buat apa?" Celetuk Raya dan dibalas dengan toyoran Salma pada kepalanya.

"Biar pinter lah dodol, gue kan mau jadi anak sukses kelak!"

"Ampe rumah juga jatohnya nonton drakor lo," celetuk Anna dan tidak dibantah oleh Salma.

"Ray!"

Langkah keempatnya terhenti ketika Reynald berlari menghampiri mereka dari arah depan. Biru menampakkan wajah sengitnya melihat cowok tersebut. Jangan lupakan kelakuannya yang sudah keterlaluan pada Raya, Biru tidak memaafkan itu! Sama sekali tidak!

"Ngapain lo?!" Ketus Biru.

Reynald menaikkan sebelah alisnya menatap Biru. "Gue ada perlu sama Raya."

"Gak! Gak gue izinin," ucap Anna menghadang Reynald.

Cowok itu berdecak dan mengacak rambutnya. "Gue cuma mau ngelurusin yang tadi doang sumpah."

"Ya udah di sini aja!" Suruh Salma dengan tatapan tak sukanya pada Reynald.

"Lo pada kenapa si sensi bener sama gue?" Heran Reynald.

"Mikir! Lo habis apain sahabat gue tadi, hah?!" Biru menaikkan dagunya dengan kedua mata memelotot. Raya menahan bahu sahabatnya tersebut dan menatapnya dengan arti 'udah gapapa'.

"Ada apa?" Tanya Raya berusaha kalem.

"Bisa ngomong berdua aja?"

Biru mengambil pot bunga yang ada di sana. "Lo di kasih hati malah minta jantung, mau gue timpuk pake pot?!" Salma langsung menarik Biru, anak itu memang suka kelewatan jika sudah marah.

Ana Uhibbuka Fillah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang