Raya memutar balikkan badannya menghadap cermin, melihat bagaimana penampilannya sekarang. Gamis berwarna milo disertai hijab pashmina dengan warna senada, membuatnya terlihat manis hari ini. Tapi dirinya merasa tidak percaya diri, hari ini Alif meminta Raya untuk bertemu Azizah beserta Umi nya. Entah harus senang atau bagaimana, karena Alif bilang dia akan meluruskan semuanya secara baik-baik.
"Udah siap?"
Alif keluar dari kamar mandi seraya menggosokan kepalanya yang basah oleh handuk kecil. Raya mengangguk. Alif menatap perempuan di hadapannya dengan aneh. "Lo dandan?"
"Hah? Enggak kok."
Alif berjalan mendekatinya. "Nah kan, itu ada merah-merah di pipi sama bibir lo, hapus. Pakai kayak biasa aja."
Raya cemberut. "Sekali-kali doang Lif."
"Nggak. Lo berias diri itu cuma boleh di hadapan gue, selain itu pakai liptint aja tipis."
Raya berdecak kesal. Niatnya ingin terlihat cantik di hadapan Azizah, tapi Alif malah salah sangka, Raya mana kepikiran ke yang lain. Tapi, bagaimana pun juga ia tetap menuruti perintah Alif. Tangannya bergerak membersihkan make up tersebut dari wajahnya menggunakan micellar water, setelah selesai ia memakai pelembabnya kembali, lalu bedak tabur tipis, dan terakhir liptint, itu pun hanya beberapa titik.
Alif yang menunggu Raya di pinggiran kasur tersenyum melihat wajah istrinya tersebut. "Gitu kan lebih enak." Raya berdehem menanggapinya.
Alif berdiri, lalu mencubit pipi istrinya gemas. "Gak usah cemberut, lo masih cantik kok walau tanpa make up."
"Gombalan lo gak mempan sama sekali."
"Siapa juga yang gombal, emang realitanya gitu."
"Mana ada, lo muji juga pasti ada maunya."
Alif nyengir. Tangannya menyodorkan handuk kecil kepada Raya. "Gosokin."
Raya berdecak. "Kan. Kelakuan manis lo tuh selalu ada alasan. Males gue."
"Nggak sering kali Ray. Sesekali doang."
Raya menerimanya dengan setengah hati, ia mendekat ke arah Alif yang masih dalam posisi duduknya, tangan kecilnya bergerak lincah di atas kepala Alif yang tampak sudah agak kering. Tangan Alif memegang pinggang Raya secara tiba-tiba, ia tersentak. "Lif ..."
"Santai, kayak yang baru gue pegang aja lo."
Raya mendengus dan kembali melanjutkan aktivitasnya, walau jantungnya berdetak tak karuan karena posisi mereka yang terbilang sedikit intim.
Setelah dirasa cukup, Raya menjauhkan dirinya dari Alif. "Cepetan lo siap-siap, gue tunggu di depan."
Melihat tubuh gugup yang perlahan hilang dibalik pintu itu, Alif tertawa renyah. "Ray, Ray, untung masih SMA. Kalau nggak, udah punya anak kali kita."
*****
Raya menatap rumah mewah yang nampak klasik di hadapannya, dengan cat berwarna abu, rumah ini terlihat tak ada bedanya dengan rumah lain yang berjejer di samping kanan dan kirinya. Setelah turun dari motor Alif, Raya benar-benar merasa gugup.
Sekarang sudah lewat 10 hari dimana Abi Azizah meninggal, pantas saja rumahnya terlihat sepi. Namun, walau begitu, Raya tetap merasa takut untuk bertemu mereka, bagaimana jika keduanya tidak setuju dengan keputusan Alif?
"Ayo."
Alif menarik tangannya menuju pintu. Laki-laki itu memencet bel seraya mengucapkan salam, lalu keluarlah sosok Azizah. "Wa'alaimumussalam. Eh, ada Alif sama Raya, ayo masuk dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah [END]
Random"Jadi perempuan itu harus bisa jaga sikap dan prilaku." "Bodoamat." "Ray..." "Apa sih?!" "Lo itu tanggung jawab gue sekarang." "Ya, terus gue peduli?" "Udah tugas gue buat bimbing lo. Lo istri gue, dan gue suami lo. Dosa lo gue yang tanggung. Gue cu...