Raya tampak sibuk berjalan dengan tumpukan kertas di tangannya, padahal ini masih pagi tapi dirinya sudah disibukkan dengan banyaknya hasil copy-an untuk tugas kelasannya nanti. Mending ada yang bantu, lah ini? Sendirian. Kalau kalian tanya ke mana Anna, Salma, dan Biru jawabannya adalah mereka masih berada di rumahnya dan belum berangkat. Memang tukang ngaret.
Padahal bisa saja ia meminta Alif untuk membantunya, tapi gengsi lah harusnya kan Alif yang punya inisiatif tersendiri. Koridor sekolah juga masih nampak sepi, jika ada predikat sebagai murid teladan mungkin Raya lah juaranya. Saat hendak masuk kelas ada seseorang yang memanggilnya dari belakang, ternyata Reynald.
"Ada apa Rey?" Tanya Raya ketika cowok tersebut sudah berdiri di hadapannya.
"Gue boleh minta tolong gak?" Reynald terlihat gusar.
"Tolong apa dulu?"
"Pokoknya lo harus tolongin gue ya? Please.," Ucap Reynald dengan nada memohon. Raya pun mengangguk walau agak ragu, Reynald menarik tangannya begitu saja membuat Raya yang tak siap hampir saja terjungkal.
"Rey mau ke mana sih? Aduh, mana ribet lagi ini fotokopian," gerutu Raya sembari membenarkan letak fotokopiannya, agak kagok memang karena hanya menggunakan satu tangan sementara tangan yang lain digenggam oleh Reynald.
"Pokoknya lo ikut gue dulu, sorry gue pegang tangan lo, urgent soalnya."
Raya mendengus. Hingga akhirnya Reynald membawa dirinya pada taman belakang sekolah, di sana begitu ramai murid yang mengelilingi sesuatu di dalamnya. Entahlah Raya tidak tahu. Pantas saja koridor sepi, manusia nya pada kumpul di sini toh, lantas apa hubungannya dengan Reynald?
Raya ditarik menuju ke tengah-tengah dan berdiri di samping Reynald menghadap sosok perempuan dengan penampilan modis dan sedikit sexy. Cantik. Tapi sayang, tubuhnya dijadikan tontonan banyak orang. Raya yang sadar jadi pusat perhatian berusaha melepas genggaman Reynald di tangannya, namun naas cowok itu malah semakin mengeratkannya.
"Ini pacar gue, masih gak percaya juga?"
Raya terkejut mendengar penuturan Reynald, ia menatap ke arahnya dengan tatapan bertanya, tapi cowok itu mengkode agar ia tetap mengikuti apa yang diperintahkannya. Raya menghela napas pasrah, sejujurnya ia merasa bersalah karena telah berpegangan tangan bersama Reynald, padahal selama mereka jalan bersama Raya tidak pernah melakukan sedikit pun kontak fisik, karena Alif juga sangat menentang itu, dan Raya menghargainya sebagai seorang suami.
"Ini pacar lo? Masih cantikan gue kemana-mana kali." Perempuan itu menatap Raya dari atas sampai bawah dengan tatapan remeh.
"Intinya dia lebih baik dibanding lo!" Balas Reynald membuat perempuan tersebut menggeram kesal.
"Kenapa sih lo selalu nolak gue?! Gue bakal kasih apapun yang lo mau Rey, tapi kenapa lo malah pilih cewek cupu ini?!" Raya meneguk ludahnya ketika ia ditunjuk oleh perempuan itu.
"Denger ya Angel, gue gak butuh yang lo maksud 'apapun' itu, tapi gue cuma butuh Raya, karena rasa suka gue cuma buat dia," ucap Reynald lalu tangannya berpindah tempat pada bahu Raya.
"Munafik! Gue tau lo cuma manfaatin Raya kan biar punya alasan buat nolak gue? basi tau gak!" Teriak Angel tanpa rasa malu, padahal seluruh pasang mata mengarah padanya, bahkan ada yang terang-terangan mengabadikannya lewat ponsel masing-masing.
"Raya emang pacar gue bodoh."
Angel berdecih. "Mana ada pacar yang masang muka terpaksa kayak gitu."
Reynald menatap Raya yang juga menatapnya. Lalu, cowok itu kembali menatap Angel. "Oke, gue buktiin kalau lo gak percaya."
Cup!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah [END]
De Todo"Jadi perempuan itu harus bisa jaga sikap dan prilaku." "Bodoamat." "Ray..." "Apa sih?!" "Lo itu tanggung jawab gue sekarang." "Ya, terus gue peduli?" "Udah tugas gue buat bimbing lo. Lo istri gue, dan gue suami lo. Dosa lo gue yang tanggung. Gue cu...