"Lo yang sabar ya." Raya mengusap lembut bahu Angel, perempuan itu tak henti-hentinya menangis di depan ruangan UGD. Walau Angel pernah berbuat tak enak kepada Raya, tapi ia sudah memaafkannya.
Kedua teman Angel, Naomi dan Berlinlah, yang telah memanggil polisi. Keduanya yang hendak berkunjung merasa khawatir mendengar kegaduhan yang diciptakan orang tua Angel, mereka yang tahu bagaimana sifat keduanya langsung pergi ke polsek depan apartemen, apalagi setelah mendengar Papa dari Angel meminta pistol, pikiran Naomi dan Berlin sudah kemana-mana.
"Gue yang buat dia kayak gini, harusnya Reynald gapapa! Dia tuh bego, bodoh, kenapa juga harus korbanin dirinya sendiri demi cewek macam gue!" Isak Angel semakin menjadi. Naomi, Berlin, Agas juga Alif hanya menatap miris kepadanya. Penampilan yang sudah acak-acakan dan banyak darah menempel di bajunya, membuat semuanya semakin iba kepada Angel.
"Itu artinya Reynald sayang sama lo, dia udah berhasil jadi laki-laki yang bertanggung jawab. Sekarang lebih baik lo do'ain dia supaya baik-baik aja."
Angel menggeleng. "Gue ini pendosa! Buat apa berdo'a? Allah aja gak sudi buat denger do'a gue."
"Semua manusia juga pendosa, nggak ada yang suci. Lagipula, Allah itu nggak seperti manusia, mau seburuk apapun elo, sedosa apapun elo, kalau memang punya niat baik, Allah pasti terima. Apalagi berdo'a, Allah paling suka dengan hamba-Nya yang bersedih lalu berdo'a kepada-Nya. Dia selalu ada buat lo Angel, Allah selalu sama lo, dia nggak akan pernah ninggalin lo kecuali elo yang ninggalin dia."
"Apa gue masih pantas dapat kebaikan-Nya setelah ninggalin Allah?" Lirih Angel.
"Pantas. Siapapun pantas mendapat kebaikan itu."
"Gue takut Reynald pergi ninggalin gue Ray, gue takut."
"Allah pasti akan ngasih yang terbaik buat lo Angel, apapun itu."
Angel memeluk erat Raya. "Makasih Ray, lo udah baik sama gue, padahal gue udah jahat banget sama lo."
Raya mengelus punggung Angel. "It's ok. Udah tugas gue buat saling mengingatkan, yang lalu biarlah berlalu, gue udah maafin lo kok." Merekapun melepaskan pelukannya. "Sekarang lo bersih-bersih dulu ya? Sekalian shalat."
Angel menurut. Keduanya berdiri, Raya menghampiri Alif. "Gue temenin Angel dulu ya."
Alif mengangguk. "Hati-hati."
"Nanti kalau operasinya udah selesai, hubungin gue."
Setelah mendapat persetujuan Alif, Raya segera mengajak Angel untuk bersih-bersih, kebetulan Naomi dan Berlin sudah menyiapkan pakaian untuk Angel.
*****
Raya menunggu di depan musholah rumah sakit, ia ingin memberi ruang untuk Angel agar lebih leluasa berdo'a. Mendengar isakan tangis perempuan itu membuat Raya ikut merasakan kesedihannya, walau ia belum pernah ada pada posisi tersebut. Bayangkan saja, diperlakukan tidak baik oleh orang yang seharusnya melindungi dia, siapa yang tidak merasa hancur?
Raya merasa bersyukur masih diberikan orang tua yang peduli kepadanya, sekarang dirinya juga mengerti kenapa mereka bersikeras menjodohkan ia dengan Alif. Karena Kinan dan Bagas hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Raya, dan Raya sendiri merasakan dampak baik itu ketika menikah dengan Alif.
Perihal Reynald, Raya hanya dapat berdo'a dan memohon kepada Allah agar laki-laki itu selamat. Mengingat mereka pernah menjadi teman yang cukup dekat, membuat Raya juga turut merasa kehilangan, sedih sekali rasanya. Reynald yang merindukan sang Ayah, dan Angel yang merindukan sosok baik orang tuanya harus dipertemukan dengan masalah baru, yaitu sebuah kehamilan.
Drtt... Drttt...
"Assalamualaikum."
"Wa'alaimumussalam. Angel mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah [END]
Acak"Jadi perempuan itu harus bisa jaga sikap dan prilaku." "Bodoamat." "Ray..." "Apa sih?!" "Lo itu tanggung jawab gue sekarang." "Ya, terus gue peduli?" "Udah tugas gue buat bimbing lo. Lo istri gue, dan gue suami lo. Dosa lo gue yang tanggung. Gue cu...