"Pak, bisa deskripsi sedikit tentang perempuan tersebut," pinta Lia, matanya terus sibuk memperhatikan boneka-boneka di sekelilingnya, ia sebenarnya bingung ingin memilih hadiah apa, meskipun ia juga seorang perempuan, biasa selera setiap orang berbeda kerena itu ia perlu tahu apa yang di sukai perempuan tersebut.
"Perempuan mana?" Arka menoleh ke arah Lia bingung, setahunya dari tadi mereka hanya berdua.
Lia menepuk jidatnya pelan, ya sekalipun otak Arka pintar namun, di beberapa keadaan dia menjadi sangat bodohkan. "Perempuan yang mau di kasih hadiahnya Pak," Lia mengakhiri ucapan dengan nada gemes.
Arka tampak berpikir. "Dia itu lumayan manis dan juga cantik tapi terkadang sedikit cerewet."
Wajah Lia kini menjadi sangat lesu, apalagi Arka, baru saja memuji perempuan lain di hadapannya. Bukankah pria di sampingnya itu begitu kejam, Lia bahkan belum bisa menata hatinya dengan baik. Sementara Arka ia dengan mudah berpindah hati. Rasanya sungguh menyakitkan. Lia hanya bisa diam dan berpura-pura tersenyum.
Bahkan setelah mengetahui semua ini, rasa cintanya tidak pernah mau hilang, ia selalu merindukan Arka selama ini. Bohong jika Lia tidak bahagia bisa bertemu dengan Arka lagi, tapi sebagian dari dirinya berusaha untuk tidak terhanyut ke dalam lubang yang sama. Ia takut luka yang belum sembuh itu, kembali terbuka lebar.
"Selain itu, apa hal yang dia suka lakukan?" tanya Lia lagi.
"Dia sepertinya menyukai boyband korea kalau tidak salah namanya BTS, aku pernah melihat poster mereka di kamarnya," jelas Arka seadanya.
"Apa? Jadi bapak pernah masuk ke kamarnya?"
Arka menggangguk tanpa ragu. "Aku juga pernah tidur di rumahnya."
Damn!
Rasanya sebuah pukulan telak kembali membuat hancur. Ia merasa sangat sedih sekaligus kecewa, matanya kini telah lembab, berusaha menahan air mata yang ingin jatuh.
"Dia itu adik yang menyebalkan." hardik Arka sedikit kesal. "Pernah saat aku tinggal di rumahnya, ia sudah menyetel musik keras di pagi hari dan sengaja mengganggu tidurku." Arka menjadi kesal setiap kali mengingat hal tersebut, bukan hanya itu. Manusia yang ia sebut sebagai adik juga beberapa kali mengerjai dirinya dan selalu membuatnya jengkel.
"Adik? Maksud bapak?" Lia masih tak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.
"Ya, dia adik sepupuku, eh tunggu dulu. Kenapa dari tadi kamu terus memanggilku pak, kita kan tidak sedang berada di kantor." ujar Arka bingung, ia menoleh ke arah Lia. "Kenapa matamu seperti memerah dan berair, apa ada sesuatu? Apa ada kamu sakit," tanya Arka khawatir, ia langsung menarik Lia untuk duduk di sebuah kursi yang terletak di toko tersebut.
Lia tertawa kikuk. "Ah tidak apa-apa, hanya beberapa debu yang masuk ke mataku, makanya jadi seperti ini." Bohong Lia.
"Tunggu di sini!" perintah Arka, ia segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja.
"Ada apa dengannya, kenapa berlari secepat itu," pikir Lia, ia beberapa peralatan make up untuk memperbaiki riasannya sembari menunggu Arka kembali.
"Suaminya ya mbak?" tanya si petugas toko.
Mendengar hal tersebut hampir saja membuat Lia menepuk bedak kedalam matanya. "Bukan."
Si petugas toko tersenyum samar, ia merasa tidak enak karena salah menebak. "Pacar ya mbak, soalnya dari tadi saya perhatikan, Mas nya perhatian banget, apalagi tatapan yang penuh cinta saat melihat ke arah mbak." Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan penjelasannya kembali. "Saya aja ni mbak yang baru menikah, enggak pernah di tatap seperti itu."
Lia sedikit bingung, ia hanya memamerkan senyum khasnya, tidak tahu harus membalas perkataan wanita di depannya itu. "Ah, bisa aja mbak ini, gak mungkin lah."
Di satu sisi Lia mulai merasa bahagia, ada cahaya yang kini mulai mengisi kekosongan hatinya, sementara di sisi yang lain, logikanya terus menolak. Tidak mungkin kan, Arka masih mencintainya, bahkan setelah dua tahun mereka tidak bertemu. Bolehkah Lia menaruh harapan, agar ia dan Arka bisa bersatu kembali.
"Kok gak mungkin sih mbak?" tanya si penjaga toko heran karena menurut sudut pandangnya, pria tadi pasti sangat mencintai perempuan yang sedang menjadi lawan bicaranya.
"Kami hanya teman mbak, tidak lebih," terang Lia singkat, meskipun hatinya merasa tidak terima kata teman tersemat di dalam hubungan mereka.
Si penjaga tampak kecewa dengan penjelasan Lia. "Eh, Masnya udah dateng, kalau begitu saya permisi dulu ya mbak."
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Arka saat sampai di dekat Lia.
Lia segera menggeleng. "Hanya omongan pada umumnya, biasa perempuan."
Arka hanya menanggapi ucapan Lia dengan ber o ria. Ia tampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari bungkus plastik. Obat tetes mata, kacamata dan air.
Lia menatap bingung Arka. "Untuk apa semua ini?"
"Tentu saja untukmu, sini aku teteskan obatnya biar matamu sembuh." Arka membuka tutup obat.
"Tidak perlu, lihat ini mataku baik-baik saja kan," Lia membuka kelopak matanya lebar, sembari melihat ke kiri dan kanan. Sementara Arka yang tadinya khawatir malah hampir tertawa melihat tingkah kocak Lia.
"Baiklah kalau begitu, pakai kacamata saja," Arka segera memasang benda tersebut kepada Lia agar kali ini ia tak bisa menolak.
Arka juga membuka jas miliknya untuk menutupi tubuh Lia. "Apa kamu kelelahan? Bagiamana kalau kita beli kadonya besok saja."
Lia segera menggeleng. "Tidak bisa, acaranya malam ini, tapi kamu malah membelinya besok."
"Tapi..." Lia memotong kalimat Arka, ia menarik tangan Arka menuju rak di sudut toko.
"Ini," tunjuk Lia. "Kita sudah menemukan hadiahnya." Lia tersenyum bangga memandangi kumpulan boneka yang terlihat sangat imut.
Arka mengikuti arah pandang Lia, di sana ia menemukan berbagai jenis boneka yang tampak unik. "Lalu apa hubungannya dengan boneka ini?" Ia mengambil sebuah boneka dengan kepala berbentuk love.
"Itu Tata," ucap Lia senang. Ia juga mengambil boneka jenis lain yang berbentuk mirip kuda. "Ini Mang."
Dahi Arka berkerut heran, bagaimana bisa semua boneka di hadapannya itu tiba-tiba memiliki nama. Ia membolak-balik benda tersebut beberapa kali. Tidak ada tulisan apapun.
"Ini merchandise BTS, setiap member membuat karakter boneka mereka masing-masing." Jelas Lia tanpa diminta. Ia bisa dengan jelas melihat raut bingung Arka.
"Sekarang beritahu padaku, nama member yang paling dia sukai." ucap Lia yang masih sibuk memilih milih boneka.
"Tidak tahu," kata Arka santai. "Beli saja semuanya. Kalau tidak suka dia bisa membuangnya."
Lia yang mendengar penuturan santai Arka hanya bisa melongo, bisa-bisa ia mengatakan hal seperti itu di depannya. Bagaimana seseorang menghamburkan uang semudah itu. Ya, Lia mengerti bahwa Arka adalah anak seorang pengusaha sukses, yang menepati urutan ketiga di negaranya, di tambah sekarang Arka sudah menjadi CEO di perusahaan tempat Lia bekerja. Namun, tidak ada salahnya kan untuk berhemat.
Sebenarnya Lia juga telah mengincar benda tersebut sejak lama, tapi ia merasa masih ada keperluan penting lain yang harus di beli. Baginya setiap uang yang di keluarkannya harus dengan perhitungan yang tepat.
"Mbak, tolong bungkus ketujuh boneka ini." pinta Arka cepat.
Setelah selesai keduanya melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pesta.
***
27 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Gagal Move On
RomanceSetelah dua tahun lamanya semenjak Lia putus dengan kekasihnya, Arka. Keduanya bahkan tidak pernah berhubungan lagi. Sialnya Lia tetap saja tidak mampu membuang Arka dari pikirannya. Hingga saat ini hanya lelaki itu yang terus menghantui setiap hari...