Masa Lalu

35 3 0
                                    

Saat kamu pergi, tidak ada lagi kata 'baik-baik saja' di dalam hidupku.

***

Flashback

Sore itu Lia tersenyum senang manatap layar ponselnya dengan tatapan berbinar, ia tampak sesekali melompat kegirangan.

"Aku akan segera menemui." ujar Lia penuh semangat. Senyum di wajahnya tampak begitu indah. Seindah langit senja kala itu.

Lia sudah berjanji untuk bertemu Arka di sebuah jembatan dekat kampus, tak berapa lama, orang yang ia tunggu akhirnya datang. Lia langsung menyambut Arka dengan senyum terbaiknya.

"Hai sayang," sapa Lia, ia langsung mengandeng tangan Arka.

Arka hanya diam, ia menatap dalam manik mata Lia. "Ada apa?" tanyanya ketus. Kemudian menepis tangan Lia begitu saja.

Lia yang menyadari perubahan raut wajah Arka, merasa aneh sekaligus menyergit bingung, padahal kemarin, sikap Arka baik-baik saja padanya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa terjadi sesuatu?" tanya Lia bingung.

Arka merotasikan matanya malas. "Kamu ingin tahu? Kalau begitu, beritahu aku, kamu kemarin pergi bersama siapa dan kemana?"

"Aku kemarin sibuk melakukan sesuatu," bohong Lia, ia tidak ingin kejutan yang disiapkan ketahuan begitu saja.

"Ah, apakah hal tersebut penting?" tanya Arka pada Lia.

Sebuah anggukan dari Lia benar-benar membuat Arka marah sekaligus merasa dikhianati, ia mengambil ponsel dari celananya dan menunjukkan sebuah gambar kepada Lia.

"Jadi maksudmu, menghabiskan waktu bersama pria lain di belakangku itu penting." tuduh Arka, wajahnya kini merah padam menahan emosi. "Seharusnya, kamu memberitahu semuanya, mungkin aku akan langsung mengakhiri hubungan kita dan tidak akan mempersulitmu seperti ini."

"Arka dengar dulu penjelasanku." pinta Lia. Namun, Arka ia tetap tidak mau tahu, seluruh bukti perselingkuhan Lia kin terpampang nyata dihadapannya.

"Berhenti mengelak, kamu pikir aku pria bodoh yang mudah dimanfaatkan." bantah Arka sarkastis.

"Ku mohon dengar dulu penjelasanku, kamu percaya padaku kan." ucap Lia berusaha untuk membuat Arka percaya padanya. Ia kembali menggenggam erat tangan Arka.

Arka tersenyum sinis, ia memang sangat mencintai Lia, bukan hanya itu, ia begitu percaya terhadap perempuan dihadapannya saat ini. Tapi sekarang, Arka tidak tahu, ia merasa tidak bisa lagi menutup mata dengan perbuatan Lia.

"Wanita murahan sepertimu memang tidak pantas mendapatkan kepercayaan siapapun." Hardik Arka.

Setelah mendengarkan hal tersebut keluar dari mulut orang yang ia cintai, Lia merasa hancur, genggaman tangannya mulai merenggang, hatinya terasa begitu nyeri dan gilu.

Suasana senja yang tadinya indah berubah menjadi gelap, hujan turun membasahi keduanya.

"Hentikan semua sandiwaramu, aku dan kamu. Mulai hari ini semua hubungan kita berakhir," tegas Arka.

Sesudah mengucapkan hal tersebut, Arka berlalu pergi meninggalkan Lia yang masih mematung di tengah hujan, tubuhnya langsung terduduk, ia merasa kakinya gemetar dan tidak sanggup menahan bobot tubuhnya, Lia menangis terisak. Ia mengeluarkan kado yang telah di sembunyikannya tadi.

Lia hanya bisa menatap kado tersebut dengan tatapan nanar, ia terus menangis, mengeluarkan segala kesedihan yang ada di hatinya.

Seharusnya, hari ini adalah sebuah momen indah antara dirinya dan Arka, ia telah berusaha semaksimal mungkin menyiapkan hadiah ulangtahun Arka, bahkan mengajak Radit, sahabat terbaik Arka untuk membantunya memilih hadiah.

Namun, semua hanya bayangan ilusi di pikiran Lia, kenyataannya, Arka malah menuduhnya selingkuh dan mengakhiri hubungan mereka.

"Kenapa rasanya sakit sekali," guman Lia, ia memukul pelan dadanya, berusaha menetralisir rasa sakit di hatinya yang pada akhirnya berujung sia-sia.

***

Diana melihat keluar jendela, hujan turun begitu lebat tetapi, dirinya sangat ingin makan mie instan, namun persediaannya telah habis.

Ia mengambil payung lalu, pergi ke minimarket terdekat. Hujan yang begitu deras tidak mampu menyulutkan niat Diana untuk pergi membeli makanan.

Diana ingat, Lia pasti sedang merasa bahagia sekarang, ia pasti tengah merayakan ulang tahun Arka berdua secara romantis, menayangkannya saja membuat Diana begitu iri. Jiwa jomblonya seketika meronta-ronta tak terima.

"Kayaknya aku harus nyari pacar biar gak kesepian," pikir Diana sambil tertawa lucu.

Garis lengkung yang sedari tadi Diana tunjukan, perlahan memudar, ia segera berlari ketika melihat Lia terduduk di tengah jembatan sembari menangis pilu.

"Lia, kamu kenapa?" Diana tampak begitu kaget sekaligus khawatir melihat keadaan Lia yang begitu menyedihkan.

Diana langsung memeluk Lia, tidak perduli tubuhnya kini ikut basah. "Semua baik-baik saja kan." ujarnya memastikan.

Lia yang sudah berderai air mata hanya mampu terisak sendu. "Aku dan Arka semuanya telah berakhir." jelas Lia di sela-sela tangisnya.

Flashback end.

***
Arka terdiam, ia menyandarkan tubuhnya di dekat pintu, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ia kini tengah sibuk memperhatikan Lia yang sedang memasak makanan untuknya.

"Kamu ingin tetap berdiri disana atau ikut makan?" Lia menoleh ke arah Arka sesaat, ia kemudian menyusun semua makanan yang telah ia masak di atas meja.

Arka segera melangkahkan kakinya menuju meja makan, ia tidak mau Lia berubah pikiran dan mengusirnya dari sini.

"Bagaimana lukamu, apa masih sakit?" tanya Lia khawatir.

Arka segera menggeleng. "Tenang saja, lukanya tidak lagi terasa perih."

"Syukurlah," ucap Lia menghembuskan napas lega.

Diam-diam, Arka terus memandangi Lia yang tengah sibuk mengunyah makanan, baginya, apapun yang dilakukan Lia selalu terkesan manis dan imut.

Tak sengaja, Lia juga menatap ke arahnya yang membuat Arka salah tingkah, ia bahkan sampai tersedak karena terkejut mendapati Lia menatap bingung ke arahnya.

"Uhuk, uhuk," Arka terbatuk-batuk, tenggorokan dan hidungnya bahkan terasa amat perih.

"Ini minumlah." Lia menyerahkan segelas air sembari menepuk punggung Arka pelan. "Lain kali makan perlahan, tidak ada yang mau merebut makananmu."

"Aku bukannya takut makananku direbut tetapi, aku lebih takut seseorang merebutmu dariku." guman Arka amat pelan.

"Kamu mengatakan sesuatu?" tanya Lia yang tidak begitu jelas mendengar apa yang baru saja Arka ucakan.

"Ah tidak, aku hanya bilang makanan ini enak sekali." dalih Arka, ia tampak sedikit gugup ketika menjawab.

Lia kemudian bangkit pergi menuju wasafel. Ia telah selesai menghabiskan makanannya.

"Biar aku saja yang mencuci piring," tawar Arka segera menyusul langkah Arka.

Lia berbalik sambil tersenyum mengejek. "Kamu bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakan spon ataupun sabun."

Arka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, perkataan Lia memang ada benarnya, ia belum pernah berurusan dengan dapur apalagi mencuci piring. "Kalau begitu kamu yang harus mengajarkannya."

"Baiklah, jika itu mau mu." ujar Lia setuju.

***
Akhirnya selesai juga, setelah seharian author nyari ide dan terlintas untuk bikin kisah masa lalu mereka.

Terima kasih untuk pembaca setia MISS GAGAL MOVE ON yang selalu menunggu cerita Lia dan Arka.

Happy Reading.




Miss Gagal Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang