Apa Itu Rasa Sakit?

41 3 0
                                    

Untuk membuat orang yang kucintai bahagia, aku tidak harus ikut bahagia bukan?

~Diana~

Diana segera ke rumah sakit begitu mengetahui bahwa Lia dan Arka di serang preman.

Diana langsung berlari memeluk Lia yang ketakutan di ruang tunggu. "Lia tenanglah, Arka akan baik-baik saja."

"Diana aku takut, aku takut kejadian itu terulang lagi," tutur Lia sambil terus terisak, tubuhnya masih bergetar ketakutan. "Aku ini pembawa sial Diana, aku ini pembunuh!"

Diana melepas pelukan mereka kasar. "Cukup Lia! Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, kejadian itu bukan karena ulahmu, semua hanya takdir dan kamu tidak bisa menghindar."

Diana memegang erat kedua tangan Lia. Ia mencoba untuk terus meyakinkan Lia bahwa apa yang terjadi memang telah di takdir kan tuhan. "Mulai hari ini, berhenti menyalahkan diri sendiri."

Dokter dan perawat yang keluar dari ruangan langsung mengalihkan perhatian mereka.

"Gimana dok, keadaan Arka?" tanya Lia cepat.

Dokter tersenyum ramah, "Tenang Mbak, pak Arka baik-baik saja, lukanya juga tidak terlalu dalam."

"Baik dok, terima kasih," balas Diana.

Setelah itu, keduanya langsung masuk menemui Arka.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Lia masih dengan ekspresi panik, seperti tadi, bahkan wajahnya ikut memerah karena habis menangis.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Seolah-olah kondisiku sangat kritis." Arka menatap khawatir Lia. "Aww, kenapa mencubitku?" tanyanya pada Diana yang tiba-tiba mencubit dirinya.

"Dasar tidak peka," ejek Diana kemudian meninggalkan mereka berdua.

Suara tangis Lia kembali pecah seketika, ia kembali menangis tersedu-sedu.

Arka juga sedikit terkejut dengan sikap Lia. Ia menarik gadis itu kedalam pelukannya. "Sudah jangan menangis, aku baik-baik saja."

"Bagaimana aku tidak menangis, kupikir, kamu tidak akan bangun lagi." Jelas Lia begitu saja.

Tangan Arka menepuk punggung Lia perlahan, ia tidak tahu bahwa masalah sekecil membuat Lia menjadi sangat ketakutan.

* * *😀

Diana yang keluar dari ruangan Arka menghembuskan napas lega, setidaknya kondisi Arka tidak separah yang di bayangkan Lia. Jadi, ia bisa ikut tenang dan berharap Lia tidak kembali ke dalam trauma masa lalunya.

"Diana!" Sebuah panggilan membuat Diana yang berbalik ke arah sumber suara.

Di sana telah berdiri Rian, lengkap dengan cahaya cinta yang muncul di sekeliling pujaan hati itu, seperti drama yang biasa ia tonton.

"Lia mana?" tanya Rian saat sudah berdiri di dekatnya.

Senyum cerah Diana sedikit memudar, ia tampak kecewa dengan pertanyaan Rian. "Lia ada di dalam bersama Arka, sepertinya ada hal penting yang sedang mereka bicarakan."

Rian hanya ber o ria menanggapi penjelasan Diana.

"Bagaimana kalau kita cari makan dulu, sembari menunggu mereka selesai bicara." Sebenarnya Diana sudah sarapan tadi, tapi entahlah. Perutnya mulai berdemo untuk meminta jatah.

Rian memilih setuju, ia mengikuti Diana untuk pergi ke restoran yang ada di dekat rumah sakit.

Keduanya memesan seporsi nasi goreng dan teh manis. Diana maupun Rian tidak saling mengeluarkan suara dan fokus dengan makanan masing-masing.

Miss Gagal Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang