Masih Berharap

38 2 0
                                    

Ku pikir dengan melihatmu bahagia maka, aku akan bahagia. Ternyata itu tidaklah cukup! Selama senyum itu belum tertuju untukku. Aku tak akan pernah bahagia.

*Diana*

***

Diana keluar dari ruangan kantor ibunya, ia lagi-lagi di kritik tentang impiannya yang tidak mungkin.

Menjadi penulis, apa salahnya kalau Diana memimpikannya. Ia ingin menjadi seorang penulis yang sukses dan di sukai banyak orang. Ya, Diana tau, hal tersebut sangat bertentangan dengan kedua pekerjaan orang tuanya. Ibunya berbisnis di bidang fashion dan ayahnya seorang CEO perusahaan. Namun, apa masalah jika Diana mengambil jalur yang berbeda?  Apakah itu sebuah kesalahan? Apakah seorang anak tidak pantas memilih mimpi mereka?.

Sederet pertanyaan terus muncul di benak Diana, ia benar-benar merasa sangat tertekan.

Suara dering ponsel membuat acara melamunnya terganggu. Diana langsung tersenyum sumringah, ketika melihat nama Rian tertera di layar ponselnya.

"Ya, ada apa?" tanya Diana bersemangat kembali. Wajahnya kembali ceria seperti sediakala.

"Baik, aku akan segera ke sana," sahut Diana, mengakhiri percakapan mereka.

***

Diana masuk ke sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kantor ibunya bekerja. Oleh sebab itu, tak butuh waktu lama untuk sampai di cafe tersebut.

Diana langsung mengedarkan pandangannya, ia mencari siluet seseorang yang sangat dirindukannya. Setelah menemukan objek tersebut, ia langsung duduk di hadapan pujaan hatinya.

"Kamu tidak sedang sibuk kan?" tanya Rian merasa tidak enak.

Diana langsung menggeleng cepat. "Enggak kok."

Sementara Rian, yang melihat tingkah kikuk Diana tertawa pelan. Ia kemudian memanggil seorang pelayan dan memesan makanan untuk mereka berdua.

"Ini." Rian menyerah selembar tiket nonton pada Diana.

Diana sangat senang dan gembira menerima tiket tersebut, ia berpikir Rian pasti mulai mencoba membuka hati untuknya. Namun, khayalan Diana langsung sirna ketika Rian mulai menyebutkan nama Lia.

"Tolong, berikan tiket itu pada Lia, buat seolah-olah pertemuan kami di bioskop hanya kebetulan." Penjelasan dari Rian sontak membuat Diana terdiam.

Lagi-lagi ia harus di tampar kenyataan, bahwa orang yang sedang duduk di hadapannya itu tidak mencintainya, bahkan melirik pun tidak sama sekali.

Diana mulai menertawakan kebodohan dirinya, padahal baru kemarin, ia mendengar Rian yang secara gamblang, mengaku telah jatuh cinta pada sahabatnya Lia. Aneh, Diana malah berharap semua hal tersebut tidak nyata.

Sambil tersenyum, Diana menerima tiket tersebut. "Aku akan memberikan tiket ini pada Lia dan menyuruhnya datang ke bioskop."

"Terima kasih," ujar Rian senang, Diana bisa melihat dengan jelas senyum bahagia yang tercetak di wajah Rian. Benar-benar sangat mempesona. Sayangnya, senyuman tersebut tidak tertuju untuknya.

"Mengapa melihatmu tersenyum untuk orang lain membuat hatiku terasa sakit," ujar Diana dalam hati.

Tak lama, pesanan mereka pun datang. Diana terus memperhatikan Rian, matanya seolah tak ingin berpindah dari objek yang sedang duduk di hadapannya itu.

"Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Rian bingung.

Sontak pertanyaan tersebut, langsung membuat Diana kembali salah tingkah, ia kedapatan sedang memperhatikan Rian. Wajahnya bahkan ikut memerah akibat malu.

Miss Gagal Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang