20_BROTHER AND HIS SISTER'S BOYFRIEND

495 94 0
                                    

Jennie keluar terlebih dahulu. Ia bernapas lega selepas keluar dari mobil yang dikendari kekasihnya dengan kecepatan tinggi. Seolah tidak peduli lagi, bahwa dirinya di kursi samping kemudi, dan dua orang lagi di kursi belakang. Siapa lagi jika bukan Jimin dan juga Jin, pimpinan J&J Labels itu memutuskan untuk turun tangan sendiri atas skandal Chaeyoung-Jungkook yang kembali mencuat. Ia berlari menaiki tangga menuju ke lantai dua. Tempat Chaeyoung mengabaikan 15 panggilan ponselnya. Sementara tiga lelaki itu juga mengikuti.

"Chae-" Jennie mendadak tercekat. Ia menutup kembali pintu berwarna putih itu. Sementara ketiga lelaki yang mengikutinya ikut berhenti dengan wajah penuh tanya. Terlebih setelah dirinya memberi instruksi untuk pergi dari tempat ini.

Entah apa yang harus dijelaskan Jennie selepas ini. Ia yang kini sudah berada di dapur rumah tersebut, seperti kegiatannya jika ke mari. Membuat empat cangkir teh dan mengambil beberapa kudapan tentu saja. Namun, senyum di wajah Jennie terbit juga.

"Ada apa?" sergah Chanyeol begitu mendapati Jennie kembali ke ruang tamu beserta empat cangkir teh dan beberapa kudapan. Wajahnya nampak panik. Tentu saja dirinya tidak ingin mendengar kabar lebih buruk dari Chaeyoung. Ekspresi pemuda itu berubah setelah melihat perubahan ekspresi Jennie.

Jimin datang dengan wajah panik. "Jungkook tidak ada!"

"Tapi, itu mobil Jungkook, kan?" timpal Chanyeol dengan wajah cemas. Ia mengernyit begitu mendengar Jennie tertawa. "Kau tahu sesuatu?"

Ucapan Jimin dan tawa Jennie berhasil menyambung kembali syaraf-syarat kesadaran Chanyeol. Kedua tangannya mengepal. Dengan napas memburu, dirinya kembali menuju ke lantai dua. Ia bahkan menaiki dua anak tangga sekaligus. Terima kasih karena kakinya panjang.

Dengan gerakan tak sabar, ia membuka pintu kamar sang adik. Kedua matanya terbelalak begitu mendapati pemandangan yang justru membuat Jennie tersenyum-senyum sendiri. Tak jauh di depannya, dua orang lagi juga sedang memasang ekspresi serupa.

"Oppa."

"Hyung."

Chanyeol maju dengan langkah lebar. Tepat selepas Chaeyoung dan Jungkook saling melepaskan diri. "Aku akan membunuh kalian berdua!"

Menggunakan insting bertahan hidup, Jungkook dan Chaeyoung kompak menghindar dari amukan Chanyeol. Keduanya berlari keluar ruangan tersebut terlebih dahulu. Tidak pernah memprediksi bahwa orang di belakang mereka bukanlah satu-satunya ancaman. Sebelum mereka mencapai anak tangga terakhir, Jin dan Jimin sudah memasang ekspresi serupa. Seperti siap menelan keduanya hidup-hidup.

Chaeyoung dan Jungkook berpandangan. Mereka seperti tersangka yang tertangkap basah. Ya, untuk permasalahan 'tertangkap basah' memang benar adanya. Namun, hei! 'Itu' sama sekali bukan kejahatan, kan? Keduanya lantas turun begitu mendengar derap kaki Chanyeol.

Jungkook berdeham. Membersihkan tenggorokannya beberapa kali. Ia kini duduk di sebelah Chaeyoung, gadis yang kini menunduk dalam. Di depannya, tiga pria lain tengah menatap mereka bergantian. Sementara Jennie duduk di sofa single di sebelah Chaeyoung. Wanita itu sudah diperintah Chanyeol untuk tutup mulut selepas tadi membela dirinya dan Chaeyoung.

"Hyung-"

"Diam!" Chanyeol terlebih dahulu menyela. Sebenarnya, dari pada Jimin dan Jin yang jelas mengikutinya karena urusan 'bisnis', ia lebih dikejutkan oleh hal lain. Tatapan Chanyeol terarah lurus kepada Chaeyoung. Adik bungsunya itu masih menunduk. "Katakan padaku," sambungnya. Sontak saja membuat semua orang kini kompak memperhatikan.

Jungkook menarik napas panjangnya. "Aku tahu, ini kesalahanku karena tidak mengetuk pintu kamar Chaeyoung terlebih dahulu. Aku tidak tahu dia sedang melakukan live di instagram. Aku akan-"

"Bukan itu," Chanyeol kembali menyergah. Dengan ekspresi yang masih agak kesal, ia menatap Jungkook dalam. "Sudah berapa lama kalian begitu?"

"Chan!" tegur Jin. Ia diam selepas sepupunya itu memberi isyarat tangan untuk diam.

"Oppa!" Chaeyoung bangkit dengan wajah memerah. Seperti Jin, ia juga menurut ketika Chanyeol mengisyaratkan kepadanya untuk duduk.

Pemuda itu menelan ludahnya dengan kasar. Jungkook hampir tidak bisa membedakan alasan mengapa ia dan Chaeyoung duduk di hadapan tiga pria itu. Entah ini karena alasan karier atau karena hubungan pribadinya dengan Chaeyoung. Ya, walaupun semua itu menjurus pada satu permasalahan.

Jungkook berdeham lagi. Kali ini, dirinya benar-benar bingung untuk menjawab. Sejenak ia melirik Chanyeol. Ah, orang itu sedang tidak terlihat sebagai produsernya. Melainkan sedang memasang muka sebagai 'Park Chanyeol sebagai kakak Park Chaeyoung'.

"Oppa, kenapa kau seperti itu? Bukankah itu masalah pribadiku dengan Jungkook? Kalian pasti ke sini karena masalah yang lain, kan?" Chaeyoung menjawab terlebih dahulu. Ia bersedekap dengan mata yang menatap ke arah sang kakak. Pemuda yang kini bersikap serupa dengannya.

Chanyeol mendengus. "Masalah pribadi katamu? Tentu saja tidak akan menjadi 'pribadi' lagi setelah aku melihat kalian berdua sibuk berciuman sampai tidak tidak ada satu pun yang menerima panggilanku!" ucapnya dengan menekan kata pribadi.

Giliran Chaeyoung yang gelagapan. Terlebih selepas melihat Jin dan Jimin yang mencoba menahan tawa. Belum ditambah Jennie yang cekikikan di sampingnya. Ah! Untuk pertama kali, dirinya tidak ingin mengakui Park Chanyeol sebagai seorang kakak.

"Hyung! Bagaimana mungkin kau mengatakannya di forum seperti ini!" timpal Jungkook seraya bangkit.

"Kenapa tidak? Ya! Sudah berapa lama kau mengencani adikku! Kalian sudah melakukan sesuatu yang tidak patut untuk dilihat, kan! Akan kubunuh kau!"

Ruangan itu kini disibukkan oleh masing-masing penghuninya yang saling berteriak. Jungkook dan Chaeyoung yang sama-sama membela diri. Chanyeol yang masih memaksa mereka untuk mengaku sudah-melakukan-sesuatu-yang-tidak-patut-untuk-dilihat. Jimin dan Jennie yang berusaha menenangkan Chanyeol. Dan, Jin yang memilih untuk menyeruput tehnya. Ia seperti terjebak di antara kebodohan dan setengah hati menyesal datang ke tempat ini. Namun, penyesalan Jin agak sedikit berkurang selepas mendengar deru mobil yang dikenalnya sampai di depan rumah.

"Apa yang kalian lakukan!"

Semua orang berhenti menatap kedatangan Park Haejin. Jungkook melepaskan diri dari tangan Chanyeol yang bersiap untuk menghajarnya. Sementara Chaeyoung diam-diam bernapas lega tidak harus melihat sang kakak dan kekasihnya -kalau boleh dibilang seperti itu- berkelahi. Terakhir, hanya Jimin dan Jennie yang membungkuk menyapa pria tersebut.

"Dasar kekanak-kanakan. Cepat duduk!"

Haejin duduk di sofa terpisah. Sejenak memperhatikan satu per satu 'kanak-kanak' di depannya itu. Terutama, tentu saja, putri bungsunya yang tengah menunduk. Juga bocah yang berpotensial membuat Chaeyoung tidak bisa lagi ia sebut sebagai 'putri kecil'. Ah, mengingatnya membuat Haejin ingin meledak saja. Walaupun tentu tidak masuk akal. Ia juga harus ingat bahwa Chaeyoung sudah bukan anak-anak lagi.

"Pengacara Goo menghubungiku tadi pagi," Haejin menyilang kakinya. "Jin-ah benar kau ingin menggunakan cara itu? Tidakkah terlalu berisiko?"

"Tidak, Paman. Noh Man-bok yang menyewa Reporter Byun untuk melakukan ini. Bukan begitu, Chaeyoung?"

Menyadari dirinya menjadi sumber perhatian. Chaeyoung hanya mengembuskan napas. Ia merasakan tangan Jennie menggenggam tangannya. Berusaha untuk menenangkan. Walaupun sempat terbata-bata, gadis itu akhirnya kembali membuka suara terkait pertemuannya dengan Noh Man-bok, petinggi Wings Agency tadi pagi.

- To Be Continued -

[END] THE GUY NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang