BONUS CHAPTER 1_DATING WITH MR. POPULAR

564 69 2
                                    

Busan sudah lama ditinggalkan. Kurang lebih hampir setengah tahun selepas keduanya berpamitan dengan nenek dan kakek Chaeyoung. Dua orang itu kini kembali berada di Seoul. Kompak sibuk dengan pekerjaan. Juga, tentu saja tidak akan terpisah dengan kekacauan di pagi hari. Seperti sekarang ini.

Chaeyoung mengumpat tertahan selepas menerima ciuman maut Lisa. Ia mengusap bekas memerah di pipinya dengan geram. Sebelum berteriak dan hampir meraih rambut gadis itu, tetapi berhasil ditahan oleh tangan Taehyung. Ah! Siapapun tolong biarkan rumah ini memiliki gerbang anti Lisa-Taehyung!

"Berhentilah berwajah masam, kau menakutkan."

Jungkook mengacak-acak gemas rambut gadis itu. "Wah, pipimu benar-benar merah, Chaeng!"

"Jungkook-ah! Chaeyoung-ah!"

Gadis itu hanya mendengus begitu mendengar teriakan Jihyun. Sepanjang perjalanan menuju ke dapur, ia bercerocos panjang mengenai kebiasaan buruk Lisa terhadap pipinya. Sementara Jungkook hanya menimpali dengan tawa renyah. Ya, lagipula setiap pagi, gadis itu akan menceritakan hal serupa.

Meja makan keluarga Park dipenuhi oleh beragam percakapan selama kurang lebih 45 menit ke depan. Sebelum semuanya lantas meninggalkan tempat itu dan hanya menyisakan Chaeyoung serta Jungkook. Dua orang yang kini bertugas untuk membersihkan ruangan dan juga peralatan makan.

"Bibi juga akan pergi?" tanya Jungkook tanpa mengalihkan perhatian dari piring-piring kotor dan keran wastafel yang mengalir.

"Eomma pergi ke rumah Jisoo-unnie," Chaeyoung menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum memeluk Jungkook dari belakang. "Apa kau juga akan pergi ke suatu tempat hari ini?"

"Bukankah kau tidak punya jadwal seminggu ke depan?" sambung Chaeyoung.

Jungkook menyelesaikan piring terakhir sebelum lantas mematikan keran. Ia berbalik setelah melepas tangan Chaeyoung yang melingkar di perutnya. Mengamati mata penuh tanya yang menunggu jawaban darinya. Sudut matanya bergerak, memerhatikan meja marmer di belakang Chaeyoung.

"Sebenarnya, aku punya janji dengan seseorang."

"Benarkah?" Suara Chaeyoung terdengar rendah.

Jungkook mengangguk. "Namanya Park Chaeyoung, dan kami berjanji akan menonton Minari."

"Kau tidak pernah bilang begitu."

"Aku bilang sekarang, bagaimana?"

Chaeyoung memasang ekpresi berpikir. Ia membalas tatapan penuh permintaan jawab dari Jungkook. Sengaja mengunci mulutnya lebih lama. Agak menyenangkan melihat sepasang mata besar pemuda di hadapannya ini kian lebar, terutama dengan kedua alis kompak terangkat.

"Baiklah," gumam Chaeyoung sambil lalu. Ia melepas kedua tangan Jungkook dan meninggalkan ruangan itu.

Gadis itu memilih berlalu. Cepat membelakangi Jungkook sebelum segurat senyum dari bibirnya terbit. Bersama kekehan tertahan ketika pemuda di belakangnya mulai berteriak. Semacam "benarkah", "lebih baik kau tidak berubah pikiran", dan sebagainya.

"Kutunggu 15 menit lagi!" teriak Jungkook. Wajahnya terpatri sebuah senyum lebar. "Tidak perlu dandan, kau sudah cantik!" sambungnya.

Dan, benar saja, tak butuh waktu 15 menit sebelum deru mobil Jungkook keluar dari kompleks perumahan. Jungkook memutar lagu terbaru yang khusus ia ciptakan bagi Chaeyoung. Sesekali terdengar suara merdu gadis itu mengiringi melodi yang juga dibawakan Jungkook.

Chaeyoung menoleh. Mengamati siluet Jungkook dari samping. Pemuda itu masih membawakan Still With You, lagu yang diciptakan untuknya. Beberapa bulan lalu setelah "upaya perbaikan skandal" mantan kekasih dilakukan. J&J Labels mendapatkan banyak keuntungan berkat lagu itu. Namun, bagi Chaeyoung, Still With You lebih dari segalanya.

"Apa aku setampan itu?" celetuk Jungkook. Ia meraih tangan Chaeyoung. Tepat setelah memberhentikan mobil yang dikendarainya di baseman sebuah gedung pusat perbelanjaan.

Genggaman tangan mereka masih berefek sama. Jungkook selalu merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Sekaligus ketenangan asing yang diam-diam mampu membuatnya menginginkan rasa itu lagi dan lagi. Bergelut bersama prasangka bertahun-tahun. Jungkook paham, tak ada obat yang lebih baik dari genggaman tangan Chaeyoung.

Jungkook membawa tangan Chaeyoung mendekat. Meletakkan jemari lentik itu di pipinya. Merasakan aroma sakura sekaligus rasa hangat darinya. Jungkook memejamkan mata. Merasakan keping-keping kenangan yang mereka bangun. Sejak lama, genggaman tangan Chaeyoung selalu sama. Selalu sama.

"Kau tahu, aku mencintaimu, kan?" Jungkook bergumam. Matanya masih terpejam.

"Aku tahu."

"Kau tahu, aku tidak ingin melepaskanmu lagi, kan?"

"Aku tahu."

"Kau tahu, aku ingin menciummu, kan?"

"Aku tidak tahu."

"Chaeyoung-ah!" Jungkook terpekik. Ia melepas tangan Chaeyoung. Berpura memasang wajah kesal sementara gadis di sampingnya terkikik geli.

Diamatinya raut wajah Jungkook. Chaeyoung tahu pemuda di sampingnya ini hanya sedang berpura-pura merajuk. Ia terlalu lama memahami Jungkook. Sedari mereka kecil, remaja, bahkan mungkin setelah keduanya resmi menyandang usia kepala tiga, empat, lima, dan seterusnya nanti.

Dengan gerakan cepat. Chaeyoung mencondongkan tubuh. Mengecup lembut pipi Jungkook. Hanya sekian detik sebelum dilihatnya kedua telinga Jungkook memerah. Berubah dengan tawa renyah darinya yang memenuhi mobil. Sementara Jungkook sibuk menyembunyikan wajah malu.

"Cepatlah! Filmnya akan segera dimulai," ujar Chaeyoung. Ia meraih topi hitam di dalam dashboard mobil.

Jungkook menghentikan tangan Chaeyoung. Membuat gadis itu tak sempat memakai topi hitam yang jadi perlengkapan wajib mereka setiap berdua di tempat umum. "Jangan dipakai," ujarnya.

"Kenapa?"

Jungkook meraih topi hitam itu. Memasukannya kembali ke tempat semula. "Kita pasangan normal, untuk apa memakai penyamaran."

Namun, Jungkook tidak pernah menyangka kalimat terakhir yang diucapkannya di parkiran memberikan efek sebegini rupa. Jungkook mengatur napasnya satu-satunya. Genggaman tangannya dan Chaeyoung mulai terasa basah oleh keringat. Padahal, keduanya masih belum berhasil memasuki gedung bioskop. Baru berhenti untuk membeli kudapan dan tiket.

"Kita bukan pasangan normal, Jungkook," gumam Chaeyoung. Gadis itu memerhatikan ke sekeliling. Jepretan kamera beradu dengan teriakan penggemar "si penyanyi andalan J&J Labels" ini. Ah, diam-diam gadis itu merindukan topi hitam di dashbord mobil Jungkook.

"Maafkan aku," bisik Jungkook.

"Lain kali biarkan aku tetap memakai topi," timpal Chaeyoung seraya sibuk menggeser tubuh. Menggunakan Jungkook sebagai tameng dari kamera papparazi yang juga berada di tempat itu.

=The Guy Next Door=

[END] THE GUY NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang