11_DINNER ATTACK

637 110 4
                                    

"Selamat malam."

Jihyun tersenyum begitu melihat seseorang yang ia tunggu sudah berdiri di ambang pintu. "Jungkook-ah, kemari, bantu aku membawa ini ke meja makan." Wanita itu melambaikan tangannya. Bermaksud memanggil Jungkook.

Pemuda itu agaknya berjalan cukup canggung, ia sudah lama tidak berjumpa dengan Jihyun. Namun, ia tetap menuruti perintah pemilik rumah yang ditempatinya. Membawa panci berisi sup daging dan meletakannya di atas meja.

"Apa Chanyeol-hyung belum sampai rumah," Jungkook membersihkan tenggorokannya. Ucapannya mendadak terhenti.

Jihyun menepuk pundak pemuda itu lembut. Senyum di wajahnya turut mengembang. "Kau dulu memanggilku 'bibi'."

"Apa Chanyeol-hyung belum sampai rumah, bibi?" lanjutnya dengan suara pelan di akhir. Wajahnya memerah begitu mendengar Jihyun terkekeh.

Pintu terbuka dengan cukup keras, menampilkan wajah penat Chanyeol dan juga Jennie. Gadis itu langsung memeluk Jihyun. Sementara Chanyeol memilih untuk langsung duduk di sofa tak jauh dari meja makan.

"Eomma, di mana Chaeng?" Jennie yang tengah menyendok nasi ke dalam mangkok bertanya. Ia hampir saja menjatuhkan mangkuknya ketika seseorang memeluk dari belakang.

"Aku di sini, unnie."

Jennie memukul pelan kepala Chaeyoung menggunakan centong nasi. "Ya! Kau mengagetkanku!"

Jungkook memilih bergabung dengan Chanyeol. Sempat bertemu pandang dengan Chaeyoung membuat ia agaknya kembali merasa canggung. Ternyata berusaha untuk melupakan masa lalu tidak semudah yang ia bayangkan dulu. Dan, Jungkook juga mulai paham, lupa tidak akan pernah mengikuti memori yang tercipta dulu.

"Chaeng-ie panggil ayahmu, Nak."

Gadis itu meletakkan sumpitnya pelan. Ia masih mengunyah kroket ketika mendengar perintah sang ibu. Chaeyoung menoleh ke arah Jennie, gadis itu hanya mengangkat bahu. "Unnie, ruangan ayah hanya di sana, kau saja yang memanggil," pintanya seraya menunjukkan wajah paling polos.

"Park Chaeyoung!" Jihyun memasang wajah sangar. Ia ingin tertawa melihat wajah pias putrinya itu.

Chaeyoung berjalan cepat begitu melewati dua orang yang duduk bersisian di sofa. Sang kakak yang sedang mengoceh entah apa itu, dan Jungkook yang mendengarkan penuh perhatian. Ia menarik napas panjang begitu sampai di tangga menuju ke ruangan ayahnya.

"Appa! Kau sudah ingin ke bawah?"

Haejin hanya mengangguk. "Kenapa? Kau mau memanggil appa?"

Diam-diam, Chaeyoung mengutuk sang ibu yang pasti sedang terbahak bersama Jennie. Lagipula seharusnya ia sadar, selama ini sang ayah akan selalu datang ke meja makan tepat pukul 7. Tidak kurang dan tidak lebih.

Makan malam kali ini tidak seperti yang diharapkan Chaeyoung. Di sana terlampau berisik, Chanyeol dan Jennie yang membicarakan hal random dengan kedua orangtuanya. Sementara Jungkook juga sesekali menimbrung begitu sang ayah atau ibunya bertanya.

"Chaeng, kenapa kau diam saja?" Haejin bertanya. Ia membuat semua orang di meja tersebut memperhatikan.

Chaeyoung mengambil telur goreng kembali. "Kalian yang tidak mengajakku berbicara," timpalnya enggan. Namun, lagi-lagi tidak seperti harapannya, semua orang di sana hanya mengangguk paham. Kenapa keluargaku sekarang begitu menyebalkan? Rutuknya dalam hati.

Gadis itu kembali merutuk ketika kesialan kedua kembali datang. Sang ibu dengan ekspresi begitu polos, memberinya perintah untuk merapikan meja makan. Bukan! Bukan karena ia tidak suka diperintah, tetapi karena partner 'membersihkan meja makan'-nya yang menjadi masalah.

"Ya! Di mana aku harus meletakkan ini?"

"Jangan berbicara banmal denganku!" desis Chaeyoung.

Jungkook kembali meletakkan piring kotor yang sudah ia susun ke atas meja. "Apa kau selalu seperti ini?"

"Apa!"

"Menyebalkan?"

Ia melempar lap kain di tangannya ke atas meja. Beruntung Jungkook sudah merapikan semua barang di atas sana. "Tentu saja tidak. Aku hanya sedang mengingatkan, bahwa kau berada di rumahku. Itu artinya, aku punya kekuasaan lebih karena kau di sini hanya menumpang!"

"Kau membiacarakan kekuasaan dengan menggunakan celemek?" Jungkook tersenyum miring. "Kau lebih terlihat seperti pembantuku."

Wajah memerah Chaeyoung kembali nampak. Ia menatap bengis Jungkook yang berdiri di seberang meja. Seseorang yang kini berdiri dengan pakaian rapi dan tangan terlipat. Oh, jangan lupakan seringai menyebalkan yang sukses membuat dirinya meradang.

"Ya! Jeon Jungkook!" Chaeyoung mengambil lapnya kembali. Ia melempar benda itu ke arah Jungkook dan tepat mengenai wajah pemuda itu.

Belum cukup hanya dengan melempar lap kain yang tentu saja sudah kotor itu, Chaeyoung kembali berulah. Ia menghampiri Jungkook dan menjambak rambut pemuda itu. Mereka kembali terlihat saling adu kekuatan seperti di ruangan Jin beberapa hari yang lalu.

"Ya! Ya! Ya! Sakit!" Jungkook mengaduh. Ia masih berusaha melepaskan diri -atau dalam hal ini, kepalanya- dari cengkeraman tangan Chaeyoung.

Mereka masih sibuk saling beradu kekuatan, sementara empat orang lainnya hanya mampu mengembuskan napas pasrah. Chanyeol dan Jennie hanya saling melirik. Sementara Haejin mengurut pelipisnya yang mendadak pening.

"Apa di kantor Jin separah itu?" Jihyun bertanya lemas.

"Jisoo-unnie bilang mereka seperti anak kecil," Jennie menjawab. Ia lantas melanjutkan. "Tapi, sepertinya Jungkook-ssi hanya melindungi diri, dia tidak membalas Chaeng."

Haejin hanya mengangguk. "Tentu saja, dia anak yang baik."

"Jennie-ya, kau juga harus cari pria baik." Jihyun menyambung.

"Eomma!"

"Kenapa? Apa kau tersinggung?"

Chanyeol mendengus begitu melihat Jennie dan Haejin hanya tertawa. Sementara sang ibu masih saja menatapnya dengan alis menukik. "Eomma! Kau, kan, ibuku."

"Oh, benarkah? Lalu kenapa?"

"Apa aku bukan pria baik?" tanya Chanyeol dengan dramatis. Wajah cemasnya nampak begitu melihat ekspresi sang ibu yang masih saja dingin.

"Pria baik mana yang memilih tinggal di studionya dan tidak menghargai masakan ibunya sendiri."

Chanyeol membersihkan tenggorokannya. Ia berjalan mendekat ke arah Jihyun. Lantas memeluk sang ibu dari samping. "Ibuku yang cantik, apa Anda merindukan putramu?"

"Tentu saja tidak! Untuk apa merindukan putraku yang menyebalkan," timpal Jihyun. Namun, ia tetap balas memeluk Chanyeol. Mereka kembali mengobrol sebelum suara nyaring dari arah dapur kembali terdengar.

Prang!

Jennie yang pertama pergi memeriksa, diikuti oleh Chanyeol. "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya dengan mulut menganga. Pasalnya, keadaan meja makan dan dapur sudah tidak dapat dikatakan baik-baik saja.

"Park Chaeyoung!" Jihyun berteriak tak kalah keras. Ia memperhatikan tempat itu.

Jungkook dan Chaeyoung berhasil membuat ruangan tersebut berantakan. Sisa-sisa makan malam mereka berceceran di lantai. Pecahan piring berserakan di lantai. Sementara, dua orang itu nampak berantakan dengan rambut acak-acakan dan baju kotor.

Jihyun berdiri seraya berkacak pinggang. Wajah memerahnya kini nampak seram. "Kalian berdua, cepat bersihkan!"

- To Be Continued -

[END] THE GUY NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang