7. Dingin

228 41 4
                                    

Eomma dan appa baru saja pulang. Aku sangat gembira akhirnya mereka pulang juga. Appa sedang menonton tv dengan ka Allen dan eomma sedang kupeluk erat-erat.

"cha, eomma akan memberikan ini untuk keluarga Kim didepan, kau mau ikut?" ujar eomma melepaskan pelukanku, ia menunjukan buah tangan yang dibawa tadi.

Keluarga Kim didepan berarti keluarga Taeyoung. Ah aku ingin melihat Taeyoung tentu saja aku ingin ikut.

"boleh" dengan penuh antusias, aku pun langsung bangkit.

"yasudah ayo, nanti keburu malam"

Aku melirik ke arah ka Allen tapi ia diam saja tak berkutik sama sekali seperti pura-pura tak tahu.

"oppa, kau ingin ikut?"

Ka Allen menoleh kearahku ia menggelengkan kepalanya. Baiklah jika ia tidak mau ikut. Tidak apa-apa.

🌇🌆

Aku memasuki rumah keluarga Kim dengan ragu-ragu. Nyonya Kim menyuruh kami untuk duduk di ruang tamu. Aku melihat seisi ruangan tamu ini, hingga sorot mataku tertuju pada sebuah bingkai berukuran besar terpasang kokoh di dinding berwarna putih itu.

Didalam bingkai tersebut terdapat foto keluarga; -kedua orang tua Taeyoung, nyonya dan tuan Kim mereka menunduk menyamakan tinggi mereka dengan kedua anaknya dan sebelah tangan mereka mendekap bermaksud memeluk keduanya, -anak perempuan, yang aku yakini noona Taeyoung ia menyentuh puncak kepala Taeyoung dengan gemas sedangkan laki-laki dengan senyuman manis berlesung pipit ya Taeyoung maksudnya ia tersenyum lebar matanya bahkan menyipit, ia juga menampakan gigi serinya yang ompong tak lupa ia menusuk pipinya dengan telunjuk tangannya ia menunjukan bahwa dipipinya terdapat lesung pipit. Aku tersenyum kecil melihatnya, sungguh lucu sekali Taeyoung kecil, aku gemas dibuatnya.

Nyonya Kim sedang asik bercengkrama ria dengan eomma. Aku pikir waktu pertama kali aku melihatnya ia adalah orang yang kasar namun nyata nya tidak, terlihat sekali dari cara ia berbicara sangat ramah.

"Putri mu cantik ya sama seperti ibunya" puji nyonya Kim. Aku tersenyum kaku.

"Kau bisa saja" eomma mendorong pelan lengan nyonya Kim.

"siapa namamu?" Tanya nyonya Kim kepadaku.

"Vallecha Ma"

"nama yang indah"

"Terima kasih"

"Dia baru pindah kesini beberapa hari yang lalu saat aku berada di luar kota"

"a seperti itu, Tapi tunggu sepertinya aku pernah melihatmu.." Nyonya Kim melihat kearahku."kau yang waktu itu, aku pernah mengklaksonmu, kau ingat?"

Aku mengingat kembali. Ah iya aku pernah bertemu dengannya saat aku memotret senja, ia mengklakson ku karena aku menghalangi jalannya. Namun itu bukan pertama kalinya aku melihatnya.

"aku ingat, maaf kemarin aku menghalangi jalanmu" ucapku.

"wah kalian pernah bertemu sebelumnya? Ada apa sampai kau menghalangi jalannya?" Eomma bertanya apa yang sebenarnya terjadi aku pun berusaha menjelaskannya. Eomma ku memang selalu ingin tahu.

"eomma tahu? aku menyukai suasana senja disini dan aku memotretnya, sampai aku tak mengira jika aku berada di tengah jalan alhasil nyonya Kim mengklaksonku" jelasku.

Eomma mengangguk mengerti."Kau ini"omel Eomma singkat.

"Tidak apa-apa, oh ya Echa kau suka senja? Putraku juga menyukainya" ujar Nyonya Kim.

Aku tahu Taeyoung menyukai senja, ia bahkan menjadi pengagum senja itu dan aku pengagum senyumannya saat ia melihat senja.

"iya, benarkah Taeyoung juga menyukai senja?" kataku pura-pura tak tahu.

Senja | Kim Taeyoung Cravity[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang