Aku masih saja tersenyum-senyum mengingat hari itu, hari dimana aku melihat senyum Taeyoung langsung tanpa harus mengumpat-umpat.Sudah seminggu sejak saat itu dan sudah seminggu usahaku untuk berteman dengannya selalu ia tolak. Dengan berbagai alasan.
Aku tidak ingin berteman dengan siapapun.
Aku tidak butuh teman.
Aku malas untuk berteman.
Aku tidak ada waktu untuk bermain-main.
Berhenti mendekatiku.
Menjauhlah dariku.
Dasar pengusik.
Bahkan saat ia berkata yang tidak-tidak tentangku, aku sudah mulai menerimanya dengan lapang dada tak seperti saat pertama kali nya. Pertama kali ia mengataiku, aku sangat kesal mungkin karena aku belum mengenal Taeyoung lebih dalam.
Ngomong-ngomong Taeyoung tidak seperti yang kuduga sebelumnya. Aku kira Taeyoung itu dingin tapi dibalik sikapnya yang dingin ternyata ia memiliki sikap hangat juga. Seperti tokoh dalam film dan novel, ya ia tsundere.
Saat pertama kali aku melihat sisi kehangatan dari Taeyoung itu saat aku terjatuh dikarenakan seorang ahjuma yang terburu-buru lalu dengan sigap Taeyoung mengulurkan Tangannya dan langsung menarikku, ia mengenggam tanganku erat. Tanganku yang dingin seketika menjadi hangat karena gengaman seorang bernama Kim Taeyoung.
Huh, aku tidak percaya ia melakukan itu kepadaku. Aku kira Taeyoung tak peduli denganku, mau aku jatuh atau apapun namun dugaanku salah ternyata ia peduli denganku, ah sudahlah tidak usah berlebihan. Dia hanya menolongku, dia bukan malaikat pelindungku.
"hei cha!" panggil Alex menghampiriku.
"hai lex"
"kau sudah selesai?" tanya Alex.
Oh iya sekarang aku sedang berada di kelas tambahan yang aku ikuti, kelas bahasa asing. Alex mengajakku untuk mengikuti kelas ini karena katanya aku kelihatan seperti menguasai banyak bahasa asing sehingga akan menyenangkan jika kami mengikuti kelas yang sama, dan katanya jika aku mengikuti kelas ini kemungkinan besar kemampuanku berbicara bahasa asingku bertambah. Yasudahlah tidak apa-apa lagi pula setiap siswa dikorea kan harus mengikuti kelas tambahan apalagi aku kelas sebelas.
"iya aku sudah selesai, ayo!" aku merapihkan alat tulisku dan memasukkannya ke dalam ransel.
🌆🌇
Kami sedang menunggu bus di halte dekat sini. Ahir-ahir ini aku sering menaiki bus karena aku tidak ingin terus-menerus mengandalkan ka Allen, itu merepotkannya, kasihan dia.
Alex sudah mulai diam, tadinya ia banyak berbicara, mungkin karena ia lelah ahirnya ia memilih untuk diam.
"lex kau menaiki bus nomer berapa?" tanyaku.
"nomer 9" jawabnya sambil menguap. Benarkan dugaaanku, ia pasti lelah dan mengantuk.
"ouh, sebentar lagi akan lewat, nah itu dia" tunjukku pada sebuah bus biru bernomer 9 yang baru saja datang dan berhenti tepat didepan kami. Alex bangkit lalu ia menoleh kepadaku.
"cha kau tidak apa-apa jika aku duluan, ini sudah malam" Ia menyodorkan ponselnya kearahku, dilayar ponselnya menunjukan pukul 9.30.
"aku tidak apa-apa, kau pasti lelah kau pulang duluan saja lagi pula belum terlalu malam juga kok"
"okey, kau sungguh tidak apa-apa?berhati-hati lah, aku duluan, bye" Alex melambaikan tangannya kepadaku, aku pun membalasnya. Sampai ahirnya ia masuk kedalam bus.
Huh kini aku sendirian, sepi tidak ada orang yang berlalu-lalang. Aku heran mengapa malam ini kelihatannya sepi sekali padahal kemarin-kemarin ramai.
Seorang pria sekiranya lima tahun lebih tua dariku melangkahkan kakinya kearahku dengan langkah terombang-ambing sepertinya ia mabuk, salah satu tangannya saja mengengam botol panjang berwarna hijau.
penampilannya cukup mengerikan, terdapat tato dilehernya, rambutnya yang acak-acakan, telinganya ditindik dan memakai anting berkarat serta tubuhnya yang kekar ditambah ia mengunakan jaket dan pakaian serba hitam, jangan lupa aroma alkohol yang menyengat dari tubuhnya.
Merasa diperhatikan, ia melirik kearahku. Aku meneguk salivaku mengapa ia melihatku dengan tatapan seperti ini, ah ini menakutkan. Dengan segera aku mengalihkan pandanganku, Hingga ahirnya ia duduk disebelahku dan menarik paksa tanganku.
"YAK!" teriakku. Aku terkejut, aku pun segera berdiri berupaya melepaskan cengkramannya dan melarikan diri namun itu sangat sulit, cengkramannya sunguh kuat hingga membuat tanganku memerah setiap kali aku berusaha memberontak.
"YAK!" teriakku kembali.
Pria itu tersenyum layaknya seperti orang mabuk.
"hai cantik" godanya kepadaku.
Aku takut. Seseorang tolong aku. Ingin rasanya aku berlari sekencang mungkin namun kaki ku lemas sangat sulit untukku berlari.
"kau mau kemana?" ia hampir menyentuh wajahku dengan salah satu tangannya yang memengang botol soju namun dengan sigap aku menjauhkan wajahku. Sial aroma soju itu sangat membuatku pusing.
"lepaskan tanganku!" ujarku garang. Padahal sebenarnya aku sangat takut, jantungku berdebar kencang, mataku memerah menahan tangisan.
"ayo minum bersamaku" katanya menunjukan botol berwarna hijau didepanku.
"tidak, sekarang lepaskan tanganku atau aku teriak?!"
Pria mabuk itu menoleh kekanan dan kekiri lagi ia tersenyum meremehkan.
"tidak ada orang disini cantik"
"TOLONG!"
Tolong seseorang tolong aku, aku sangat takut. Aku harap seseorang menolongku, dan bus segera datang.
Pria itu mendekat kearahku, sungguh aroma alkohol itu benar-benar membuatku pusing.
"kau ingin apa hah?!" Aku memundur.
"aku hanya ingin minum bersamamu" ujarnya menunjukkan kembali botol hijau itu.
"tidak, aku tidak mau" kataku sambil menahan air mata. Aku takut.
"ayolah!"
Aku menggeleng. Salah satu tanganku menjauhkan botol itu namun sialnya kedua tanganku ia genggam.
"TOLONG!"
Sekarang ia mendekatkan wajahnya kearahku. Aku takut. Aku tidak mau dilecehkan seperti ini. Aku tidak ingin. Masa depanku masih panjang.
Brukk
Tbc.....
Tinggalkan jejak jangan lupa. A.k.a vomment😊
Halte nya sepi sksksk
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja | Kim Taeyoung Cravity[✓]
Fanfiction❝Kamu tahu? Senja tidak akan pernah mengkhianati janjinya, ia akan kembali karena apa? Karena kehadirannya akan selalu dinanti ❞