29. Ujian

121 33 8
                                    

Taeyoung benar-benar bekerja keras besok adalah ujian kenaikan kelas 12, ia masih setia dengan buku yang ia baca. Target nilainya ialah 100 disemua mata pelajaran, apakah bisa? Tentu Taeyoung bisa. Jika tidak, tahu sendiri akibatnya.

Berbeda sekali dengan Echa, ia sedari tadi sedang sibuk memainkan kamera baru yang diberikan oleh papanya, sebagai penyemangat. Seharunya papa Echa memberikannya nanti saja jika ujian sudah selesai bukannya sekarang.

"Cha belajar sana!" Seru Allen.

"Pa, papa seharusnya jangan kasih kameranya ke Echa dulu, biarin dia suruh belajar, besok ujian loh dia pa" Saran Allen. Tuan Ma hanya terkekeh kecil, benar juga kata Allen.

"liat pa, sibuknya sama kamera terus bukan sama buku"

"udahlah Len biarin aja, entar juga dia belajar sendiri" ucap Tuan Ma.

"kamu kayak gatau Echa aja, Echa itu anaknya ngga suka disuruh-suruh, gak apa-apa" bela Nyonya Ma.

"tapi kan Ma, dia udah mau kelas 12, disaat anak-anak yang lain belajar sungguh-sungguh, ngejar nilai, dia malah males-malesan kayak gini" tunjuknya pada Echa. Echa memutar kedua bola mayanya malas, sudah mulai rupanya pidato seorang Allen Ma.

"bahkan, orang-orang ngikutin banyak kelas, sedangkan Echa cuman satu"

"katanya mau lanjut kuliah disini, tau ga persaingan masuk universitas disini itu berat kalau kamu aja kayak gini gimana nanti? Gimana masa depan kamu?"

"coba liat Taeyoung, dia bener-bener udah nyiapin semuanya bahkan dia udah nyiapin gimana masa depannya nanti, sedangkan kamu-"

Echa memutar kedua bola matanya malas, "udah deh Leoni, Echa tau apa yang harus Echa lakuin jangan bawa-bawa Taeyoung!"

"bukannya bawa-bawa gitu, tapi cuman sebagai contoh supaya kamu termotivasi"

"Mama sama Papa aja nggak ngomelin Echa gitu!"

"ya karena Mama sama Papa selalu manjain kamu"

Echa membulatkan matanya, manja katanya. "oh gitu! Okey! waktu Echa nggak disini, apa Mama sama Papa manjain Echa gitu?! Mereka bahkan kalau Echa telpon jarang dijawab, Echa dateng kesini mereka pergi! Sekarang giliran papa beliin Echa hadiah, mama belain Echa, Leoni bilang Echa selalu dimanjain?! Ck!"

"Vallecha Ma!"

Echa segera berlari kekamarnya menutup rapat-rapat lalu mengunci pintu. Ia kesal.

Echa merebahkan dirinya, menatap langit-langit atap putih dengan tatapan sendu.

"hidup Echa emang gak tertata rapih kayak Youngtae"

Echa beralih pada meja belajarnya. Mengambil beberapa buku, ia tak berniat membacanya. Kini ia menuju balkon, menatap kamar disebrang sana. Kebetulan jendelanya dibiarkan terbuka hingga menampakan Taeyoung yang sedang berkutik dengan bukunya berduduk santai disofa kamarnya.

Echa menatap Taeyoung, pandangan tak begitu jelas tapi ia yakin itu Taeyoung. "orang-orang termasuk Leoni, mereka liat Youngtae itu enak banget bilang hidupnya tertata rapih jelas masa depannya, emang iya benar ucapan mereka, tapi apa Youngtae juga merasa seperti itu? Aku gak yakin, banyak hal yang Youngtae sembunyiin" lirih Echa.

Tanpa disangka Taeyoung tiba-tiba berdiri didekat balkon juga. Ia aneh biasanya ketika Echa melihat Taeyoung pasti ia langsung melambaikan tangannya sambil tersenyum cerah. Sekarang wajah Echa kusut bahkan Taeyoung yang sekarang melambaikan tangannya tak dibalas oleh Echa.

Taeyoung mengambil ponsel miliknya mengetikan sesuatu pada Echa.

Taeyoungtae
Kenapa?

Senja | Kim Taeyoung Cravity[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang