honestly

263 51 0
                                    







































Yujin menutup matanya saat ia mendengar pintu dibuka seseorang. Ia selalu berpura-pura sudah tertidur saat Wonyoung datang menjenguknya. Bahkan ia sampai hafal diwaktu kapan Wonyoung datang menjenguknya.



Wonyoung duduk di kursi yang disediakan di samping ranjang Yujin. Dia menghela napas saat melihat Yujin yang masih berbaring tanpa ada kemajuan setiap dia menjenguknya. Tangan jenjangnya menggenggam tangan Yujin dengan lembut.



"Kau, kapan kau pulih? " Tanya Wonyoung.

"Besok lusa aku akan mulai tinggal di dorm tau? Pasti kita akan sulit bertemu"

"Pulihlah sebelum aku mulai tinggal di sana"

"Ish kau menyebalkan, kenapa kau selalu ada dipikiranku akhir-akhir ini. Membuatku selalu ingin menjengukmu dan menatap wajahmu yang jelek"

"Tak bisa ku elak lagi, aku merindukanmu. Itu sangat terdengar aneh untukku, tapi bagaimanapun kalimat itu benar adanya"


'Aku juga merindukanmu, Wonyoung' ucap Yujin dalam hati


"Cepatlah bangun, kau membuatku dihantui oleh rasa bersalah"

"Ah ibu sudah menungguku di bawah. Aku pamit, Yujinie"


Wonyoung melepas genggaman tangan mereka lalu memasukkan tangan Yujin ke dalam selimutnya. Membenarkan selimut Yujin, lalu pergi dari situ.



Setelah mendengar suara pintu tertutup, Yujin membuka matanya. Ia mengacak-acak rambutnya karena merasa bingung dengan perasaan Wonyoung. Di satu sisi, ia melihat Wonyoung sangat acuh padanya. Tapi barusan ia mengatakan hal lain.

































Keesokan harinya juga sama, Wonyoung datang ke rumah sakit hanya untuk menjenguk Yujin dan mengucapkan selamat tinggal karena itu jengukan terakhirnya.




Ia membuka pintu kamar Yujin dengan santai. Tapi saat ia melihat ke arah ranjang, Yujin sudah tak berbaring disitu. Ia pun berlari ke arah situ dan memastikan apa Yujin benar-benar tak ada atau hanya jatuh.




Bunyi pintu tertutup terdengar, Wonyoung pun berbalik perlahan menutupi rasa gugupnya. Ia meneguk salivanya saat melihat Yujin yang sudah berdiri di ambang pintu dan menatapnya.



Yujin sendiri sudah berdiri diam menatap Wonyoung. Matanya sudah berkaca-kaca karena sedari tadi air matanya ia tahan.



"Yujin?"



Yujin berjalan mendekat ke arahnya dan menarik badan Wonyoung ke tembok. Ia mengunci pergerakan Wonyoung agar mata Wonyoung menatap ke arahnya.


"Jadi benar Kau selalu menjengukku di jam segini ? "

"Bagaimana kau tau-"

"Kenapa kau selalu membohongiku dan juga perasaanmu sendiri, Wonyoung ? " Potong Yujin



Kedua tangan Yujin yang tadi berada di bahu Wonyoung, kini beralih ke rahang Wonyoung. Ia memajukan kepalanya dan mencium bibir Wonyoung. Wonyoung menutup mata dan menahan napas saat bibir mereka bertemu.



Bibir Yujin bergerak untuk melumat bibir Wonyoung dengan lembut. Air mata Yujin menetes begitu saja saat bibir mereka masih bertaut.



Wonyoung menepuk dada Yujin karena ia kehabisan napasnya. Yujin pun memundurkan kepalanya lalu membuka matanya secara perlahan. Mata mereka bertemu dan mereka pun bertatapan lama.



IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang