fell

259 43 2
                                    


































Yena menjatuhkan diri ke kasurnya setelah ia selesai mandi. Ia melihat langit-langit kamarnya dan terus berpikir keras. Sesekali mengecek ponselnya apa ada pesan dari Yuri.

Yena mengacak-acak rambutnya dengan tangannya. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Ia pun mencoba menenangkan diri dengan menutup kedua matanya. Tapi ia malah jatuh mengingat perkataan Yuri padanya.
















Flashback




Yena dan Yuri berjalan berdampingan di sebuah gang. Karena halte bus dengan rumah Yuri cukup jauh, Yena akhirnya memutuskan utnuk mengantar Yuri sampai ke rumahnya. Tapi sekarang, kecanggungan malah meliputi keduanya.


Setelah sibuk mengumpulkan keberanian, Yena pun akhirnya mengucapkan sesuatu.



"Terima kasih untuk hari ini" Ucap Yena pada Yuri tapi tak Yuri jawab.

Menyadari itu, Yena pun berucap kembali.
"Hari ini benar-benar hebat, Terima kasih sudah mengajakku ke sana"



Tapi tetap saja tak ada jawaban atau apapun dari Yuri. Yena mulai khawatir dan melihat ke arah Yuri.



"Yuri-ya, apa kau tak apa? Kau kenapa?"

"Apa karena perbuatanku saat pertunjukan band tadi ? " Tanya Yena



Akhirnya mereka sampai di depan rumah Yuri, mereka pun menghentikan langkah kaki mereka dan menghadap satu sama lain. Yuri masih menunduk tanpa melihat Yena.



"Yena, sebenarnya kau anggap aku ini apa? " Tanya Yuri lalu mengangkat kepalanya, menatap mata Yena dalam.



Yena tertegun mendengar pertanyaan dari Yuri barusan. Ia meneguk salivanya dan mencoba menatap ke arah lain bukan mata Yuri.


"Kenapa tiba-tiba? " Tanya Yena

"Tatap mataku dan jawab pertanyaan ku" Ucap Yuri tanpa basa-basi.

"Kau temanku, yang ku anggap seperti seorang adik"

"Apa ada seorang kakak yang mencium bibir adiknya sendiri? "

"Bukan seperti itu-"

"Kumohon jangan membuatku bimbang Yena" Potong Yuri.

"Jika kau ingin kembali ke hubungan kita yang dulu, langsung katakan. Jangan mempermainkanku seperti ini" Lanjutnya

"Sekarang ku tanya, apa enak diperlakukan seperti itu? " Tanya Yena membuat Yuri terdiam seketika.

"Aku tanya, Apa enak perasaanmu dipermainkan oleh seseorang? Terlebih oleh orang yang kau sukai" Lanjut Yena

"... " Yuri hanya diam menatap Yena

"Aku bukan mempermainkanmu, memang perasaanku padamu tak pernah berubah"

"Kalau begitu, bisakah kau lupakan aku? Ayo memulai hidup baru. Kau, silahkan fokus pada pekerjaanmu tanpa memedulikanku. Dan aku juga akan fokus pada kesibukanku sendiri tanpa memedulikanmu. Kau boleh membenci ku, tapi jangan pernah menemuiku lagi. " Ucap Yuri panjang lebar dengan air mata yang sudah terbendung di kelopak matanya.

IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang