Bab 8
°°°°°°
Ini unggahan untuk hari ini.
Bab 7 tadi pagi unggahan kemarin.
Boleh dong saya dikasih vote?
Selamat membaca ria~Omaira tersenyum setelah membaca habis novel karyanya yang dipinjamkan oleh Gaelan. Ia bertumpu dagu di atas novel dengan badan telungkup di atas ranjang. Ia memiringkan kepala dan memejamkan mata karena lagi-lagi ia memikirkan Gaelan. Omaira menggigit bibirnya, rasa takut tiba-tiba menderanya.
“Sadar Omaira, Gaelan itu lagi ngincer Syifala. Kamu enggak ada artinya untuk Gaelan. Jangan pikirin itu cowok terus. Pergi, Gae. Tolong jangan bersemayam di kepala saya.” Omaira meracau pada diri sendiri.
Omaira membuka mata dan menatap lurus novel-novel koleksinya yang ia susun di atas meja kerja. Omaira turun dari ranjang dan menaruh novel yang baru ia baca di meja kerja. Ia keluar kamar dan pergi menuju dapur. Perutnya berdemo, meminta untuk diisi karena ia biarkan dalam kondisi kosong dari pagi hingga sore ini.
Omaira mengambil satu centong melentung nasi yang ada di penanak nasi. Ia duduk di meja makan dan membuka tudung saji. Matanya berbinar melihat udang rebon buatan mamanya. Ah, menyesal Omaira sok-sokan mau diet padahal menu ini salah satu kesukaannya. Omaira nyengir seketika, semua masakan mamanya merupakan kesukaannya. Mana ada masakan sang mama yang gagal di lidahnya. Pokoknya, mantap!
Omaira mengambil mangkuk di rak untuk wadah sayur yang berkuah. Ia wadahkan ke dalam mangkuk yang diambilnya tadi. Tak ketinggalan ayam yang ada di sayur beningnya. Ya ampun, bagaimana ia bisa diet jika masakan mamanya seenak ini? Omaira melahap dengan semangat makan kali ini. Rasanya berkali lipat lebih nikmat karena ia menahan-nahan makan sedari pagi.
“Alhamdulillah, kenyang.”
Omaira menenggak air sebagai penutup makannya kali ini. Ia taruh piring di wastafel dan langsung mencucinya. Saat sedang membilas, dering telepon masuk dari ponselnya membuat Omaira segera pergi ke kamar untuk melihat siapa yang menelepon tanpa menaruh piring yang sudah bersih lebih dulu di rak. Melihat nama Saira di layar ponsel, Omaira langsung menjawabnya.
“Oh, oke. Tunggu di dalam sekolah. Kalau kakak sampe, baru kamu keluar. Ya kali ada yang niat nyulik kamu. Hehe maaf, maaf. Wa’alaikumusalam.”
Omaira bergegas kembali menuju belakang dapur untuk menaruh piring yang sudah bersih di rak. Ia langsung bersiap untuk menjemput Saira yang baru selesai latihan drama untuk pengambilan nilai ujian praktek itu. Berkaca untuk yang terakhir kalinya sebelum pergi, Omaira tersenyum menatap pipi tembabnya. Ia ambil kunci motor yang ditaruh di meja kerjanya.
Setelah mengunci pintu rumah, Omaira langsung mengegas motornya menuju sekolah Saira. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di sekolah Saira. Omaira hendak menelepon Saira saat gadis itu sudah lebih dulu menyerukan namanya. Vera dan Sindy pun ikut-ikutan menyerukan namanya dengan berteriak dari jauh sambil melambai-lambaikan tangan dengan heboh.
Ketiga gadis itu tertawa membuat Omaira tersenyum. Ah, ia jadi merindukan masa-masa SMA bersama teman-temannya dulu. Vera dan Sindy menyalami dirinya setelah Saira yang lebih dulu. Mereka melambaikan tangan dan pergi menaiki angkot yang baru berhenti setelah Omaira berpesan agar hati-hati.
“Ayo naik.”
Saira menunjuk kepalanya sendiri. “Helmnya, Kak.”
Omaira nyengir. “Eh iya, bentar.”
Saira mengambil helm begitu bagasi motor dibuka oleh Omaira. Ia naik dan duduk dengan posisi menyamping. “Udah, skuy pulang!”
“Cie, bentar lagi lulus.”
![](https://img.wattpad.com/cover/252029438-288-k184437.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Nothing (STORI KOMPLET)
Lãng mạn"Gue mau Syifala Nora Talita jadi istri gue." "Istri orang itu!" "Gue bakal minta ke orang tuanya langsung." "Gak waras." Omaira Lamiah Tharifah menyimak percakapan para pria yang semeja dengannya. Mendengar tekadnya saat mengutarakan apa yang diing...