✨Bertolak dan Tertolak✨

210 37 0
                                    

Bab 12
°°°°°°°
Selamat membaca!

Kecewa langsung mendera Gaelan karena apa yang diutarakan pada orang tua Syifala langsung ditolak mentah-mentah oleh mereka. Ia sudah ada di dalam mobil menatap pintu rumah yang baru saja ditutup oleh tuan rumah. Ia memutar ulang kejadian yang baru saja beberapa menit berlalu. Awalnya ia disambut baik oleh mereka karena ia adalah teman putri mereka, Syifala.

"Bu, saya ingin melamar anak ibu."

Rara, ibunda Syifala tertawa mendengar ucapannya yang langsung berbelok saat mereka tengah ngobrol santai. "Niqa masih SMA, Gaelan. Dia juga gak akan boleh sama nih bapaknya untuk nikah setelah lulus nanti," tuturnya dengan jenaka.

"Bukan Niqa, Bu. Tapi syifala."

Wajah Fero, ayah Syifala yang tadi santai berubah serius. "Syifala sudah menikah kalau kamu lupa. Seingat saya, kamu bahkan datang waktu itu."

Gaelan mengangguk membenarkan pernyataan ayah wanita yang sedang ia perjuangkan sekarang. Ia lalu menjawab, "Saya tau, Pak."

"Sudah, jangan bercanda seperti ini." Rara memperingati.

"Saya serius, Bu. Saya ingin menikahi Syifala. Apa ibu dan bapak bisa memintanya untuk bercerai dari suaminya itu?" tukasnya tanpa tendeng aling-aling.

"Astaghfirullah, Nak Gaelan." Rara menggelengkan kepala tidak percaya.

Fero menatap geram teman putrinya sedari kecil. "Pulang Gaelan. Kamu lagi gak waras sekarang!" Ia mengusir karena menurutnya Gaelan benar-benar kurang ajar dengan apa yang baru saja diucapkannya.

"Saya sepenuhnya sadar, Pak."

"Jangan menguji saya. Apa ibu kamu tahu tindakan kamu ini?" Gaelan menegang mendengar nada ancaman yang Fero keluarkan. Ibunya tentu tidak tahu. "Gaelan, kamu pulang sekarang. Saya anggap ucapan kamu tadi tidak pernah saya dan istri saya dengar."

"Iya," timpal Rara pelan.

Gaelan berdiri karena Fero berdiri. Ia mengikuti langkah kaki pria itu yang menggiringnya untuk ke pulang setelah menyalami Rara yang sepertinya tidak ada niat mengantarnya. Di depan rumah setelah Fero membukakan pintu untuknya, Gaelan menatap pria itu dengan serius.

"Bagaimana jika Syifala setuju, Pak?"

"Coba saja," tantangnya.

"Baik, saya akan memintanya langsung pada putri bapak," katanya dibalas seringaian Fero.

"Saya tunggu kegagalannya."

Begitulah ucapan terakhir yang diterimanya sebelum pintu rumah ditutup untuknya. Gaelan cemberut karena tidak mendapat dukungan dari orang tua Syifala. Padahal, ia tidak kalah dari si Jujun itu dari segi manapun! Jujun mapan? Ia juga mapan! Kadar ketampanan? Jelas tidak perlu diragukan jika ia yang lebih tampan, pikirnya.

Gaelan memacu mobilnya meninggalkan rumah orang tua Syifala. Di perjalanan itu, ia berpikir bagaimana caranya agar Syifala tidak menolaknya. Pusing sendiri, akhirnya Gaelan memilih mengabaikan apa yang harus dilakukannya nanti. Di siang hari akhir pekan ini, ia langsung pulang ke rumah karena tidak memiliki rencana pergi ke mana-mana.

Baru saja kakinya melangkah masuk ke dalam rumah, Darmani berdiri di depannya hanya berjarak dua langkah. "Temenin ibu pergi." Darmani langsung menarik tangan Gaelan.

"Sama ayah aja, Bu."

"Ayahmu lagi tidur!"

Mau tidak mau, Gaelan mengantarkan sang ibu pergi menuju rumah teman ibunya yang katanya hendak kumpul-kumpul. Darmani menoel lengan Gaelan yang sedang menyetir, "Gimana penampilan ibu, cantik gak?"

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang