✨Dalam Diam✨

195 31 0
                                    

Bab 14
°°°°°°°
Sepertinya lebih baik saya update pas sahur deh, jadinya gak ngaret.
Kemaleman ya 'kan kalo jam segini?
Otw tidur habis ini🙄

Di sinilah Omaira berada, duduk di dalam mobil Gaelan yang melaju menuju rumahnya. Plastik berisi nasi gorenjuga bihun untuk mama dan adiknya tergeletak di atas pahanya. Omaira menatap lurus jalanan di depan. Ia bukannya tak tahu Gaelan terus meliriknya sembari menyetir. Ia tahu dan sadar, namun memilih untuk mengabaikannya.

Gaelan mengetuk-ngetuk stir mobil sembari berpikir. Haruskah ia mengajukan pertanyaan yang ada di otaknya itu? Atau, mengajak Omaira baikan? Kening Gaelan otomatis mengernyit karena faktanya, ia dan Omaira sedang tak dalam kondisi berselisih paham. Hanya saja, gadis itu memintanya untuk berhenti bertemu entah apa alasannya.

"Ma," panggilnya.

Omaira menyahut, "Iya."

"Lo ... kenapa bisa ada di sana?"

"Ya makan lah. Gimana sih, Gae? Memang kamu tadi gak lihat saya makan nasi goreng sama bihun?!" semprotnya karena kesal akan pertanyaan retoris yang Gaelan ajukan.

"Bukan itu. Maksud gue, ngapain lo ada di kafe semi club itu tadi?" tanyanya memperjelas.

Omaira langsung menatap Gaelan, sedikit kaget karena pria itu tahu. "Kamu juga di sana?"

"Iya, gue diajak sama si Bintang."

"Oh."

"Jadi?"

"Saya diajak temen. Saya pikir kafe biasa, taunya gitu," jelasnya.

"Gitu?"

Mendengar nada bicara Gaelan yang terdengar menyebalkan di telinganya, Omaira berdecak. "Ya gitu, memang gimana lagi? Jangan ngeselin deh, bikin emosi aja," ujarnya yang kembali memilih menatap jalan di depan.

"Kok lo gampang marah sih? Salah gue di mana sih, Ma?!" Gaelan ikut terbawa emosi.

"Nada kamu nyebelin," decak Omaira.

"Lo aja yang sensitif!"

"Tuh!"

"Kalau gue ada salah, gue minta maaf," gumamnya.

Omaira berdeham mendengarnya. Gaelan tidak punya salah apapun terhadapnya. Apa salah pria itu? Tidak ada. Tapi ini adalah cara Omaira melindungi dirinya sendiri dari ancaman. Gaelan memang ancaman bagi hatinya. Ia mulai merasakan hal-hal remeh yang sering sekali ia ciptakan pada tokoh-tokoh karangannya.

Omaira takut jika nanti, perasannya semakin berkembang. Dan ia tidak mau itu terjadi. Ia tidak mau menjatuhkan hatinya untuk pria seperti Gaelan. Jelas, pria itu sama sekali tidak akan bisa diraih olehnya. Itu yang membuat Omaira membuat batasan antara dirinya dan juga Gaelan.

"Ma?"

"Gae, kamu gak ada salah apa-apa."

"Terus masalahnya di mana? Kenapa lo nyuruh gue untuk berhenti, ya apalah itu kata lo, neror? Intinya, lo nyuruh gue untuk gak saling ketemu selain chat doang. Gue butuh alasan yang jelas kenapa lo aneh," sungutnya.

Omaira meraup wajahnya pelan. "Ya memangnya mau apa sih ketemu? Urusan kita kan cuma karena kamu yang lagi berjuang. Fine, emang saya nawarin diri untuk bantu. Akan saya bantu, Gae. Tapi cukup chat, bisa kan?" paparnya mencoba membuat Gaelan mengerti.

"Gak! Pokoknya untuk ngebahas itu, kita ketemu," titahnya.

Gaelan pun terdiam. Mengapa ia ngotot sekali untuk ketemuan? Ya pasti biar maksimal hasil dari perjuangan lo, Gae. Biar lo berhasil rebut Syifala, wanita yang lagi lo perjuangkan. Gaelan membisikkan diri sendiri alasan ia ngotot bertemu dengan Omaira.

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang