✨Jadi, Nikah Nih?✨

640 53 48
                                    

Bab 22
°°°°°°°
Cus langsung baca aja yaa ...
Vote dulu boleh kali ya, terima kasih

Elvano duduk santai di sofa ruang keluarga dengan ponsel di tangannya. Ia sedang melakukan panggilan video dengan Qinkya sembari menunggu Omaira selesai berdandan. Hari ini adalah hari di mana ia akan menghadiri acara nikahan temannya bersama sang adik.

Elvano tiba-tiba diam tak bersuara. Qinkya yang sedang asyik mengerjakan pekerjaannya tentu saja merasa aneh karena pria yang berstatus sebagai pacarnya hening tak bersuara. Alhasil ia mendongak melihat layar notebook yang menampilkan wajah Elvano yang diam tak ada pergerakan.

"Hei, El! Aman jaringan di sana?"

Elvano sengaja tak menjawab. Ia bahkan dengan sengaja tidak bergerak dan tetap memandangi layar. Menggemaskan sekali wajah Qinkya saat ini. Ralat, pacarnya itu selalu menggemaskan dalam kondisi apapun.

"Haduh, zaman sekarang kok pakai provider yang jaringannya jelek. El, El!"

Dengar 'kan? Ngomel seperti itu saja tetap menggemaskan. Beruntungnya ia karena mendapatkan perempuan yang selalu menggemaskan dalam keadaan apapun.

"El, serius itu jaringan kamu ngelag?"

Qinkya kembali melirik pada notebook yang menamilkan wajah tampal Elvano. Hm, ia jadi curiga karena melihat sosok pria yang lewat di belakang Elvano. Qinkya mengulum senyum karena tiba-tiba ide jail terlintas di benaknya. Ia berdeham dua kali sebelum kembali fokus pada laptop dan melanjutkan pekerjaannya.

Mengamati jam yang berganti menit, Qinkya berkata dengan sengaja, "Aku matiin aja deh. Mau ketemu klien juga bentar lagi. Mungkin nanti pas pulang kali ya baru bisa hubungi El lagi."

"Qin!"

Qinkya dengan sengaja langsung mematikan sambungan telepon mereka tanpa memperdulikan Elvano yang pastinya langsung mengerang mendengar apa yang ia katakan. Elvano tak terima! Masalahnya, pacarnya itu berada di luar kota untuk satu bulan lamanya! Ia langsung menghubungi Qinkya, tapi langsung tidak aktif.

Elvano cemberut. Ia tahu jika Qinkya mengetahui dirinya yang sengaja diam saja. Makanya pacarnya itu membalasnya seperti ini. "Gini nih punya pacar yang enggak bisa diajak bercanda. Hadeh, tobat-tobat. Sifat Omaira juga udah buat pusing, ditambah sama pacarku tersayang yang sebelas dua belas."

"Ngegerundel terus. Ayo berangkat, Mas."

Omaira mendengar gerutuan Elvano tadi yang mengeluhkan sifatnya. Memang apa yang salah dengan dirinya? Ia memang seperti itu. Jika sifatnya menurut sang kakak menyebalkan, apa itu salahnya?

"Mas tadi cuma mengagumi kegemasan kakak ipar kamu padahal."

"Masih calon, belum pasti. Jangan kepedean dulu ya, Mas."

"Udah pasti jadi!" Elvano berdiri setelahnya.

Omaira menatap uluran tangan yang Elvano berikan untuknya saat kakaknya itu berdiri tepat di hadapannya. "Ngapain, Mas?"

Elvano mengambil tangan Omaira dan menautkan kedua tangan mereka. "Biar kek pasangan beneran."

"Apaan deh!" Walau begitu, ia tidak melepas tautan tangan mereka.

"Tunggu dulu," Elvano tiba-tiba menghentikan keduanya yang baru satu langkah berpindah tempat. "kamu cantik banget, mas sampai lupa bilang." Ia memberikan senyum tulus pada sang adik.

Omaira tertawa pelan. "Saya kira kenapa, Mas. Enggak penting banget deh."

"Et, penting tau. Cantiknya adik mas ini!"

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang