Bab 5
°°°°°°
Yo yo, update bab baru lagi.
Selamat membaca~🔥Setelah dua pekan berlalu dan tidak ada komunikasi antara Omaira dan Gaelan, pria itu menghubunginya dan mengajak bertemu. Berhubung tak ada acara karena ia seorang yang memang tidak memiliki jadwal tetap, Omaira mengiyakan ajakan Gaelan untuk bertemu. Jam dua siang nanti ia akan menemui Garlan di apartemen pria itu, lagi. Berhubung sekarang masih pukul sebelas siang, Omaira memutuskan untuk tidur karena lelah habis bertempur dengan otak, mata, dan jemarinya.
Alarm ponsel Omaira berbunyi dua jam tiga puluh menit kemudian. Beruntung Omaira orang yang langsung bangun apabila mendengar alarm ponsel berbunyi, terutama ponsel miliknya sendiri. Jadi, ia tidak buru-buru untuk bersiap ke apartemen Gaelan. Omaira keluar dari kamarnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Keluar dengan muka basah, Omaira menatap wajahnya di pantulan cermin. Wajah tanpa senyuman itu wajahnya. Omaira masih ingin tidur sebenarnya. Namun karena sudah terlanjur mengiyakan, Omaira tetap berangkat menuju apartemen Gaelan. Sesampainya di depan pintu apartemen Gaelan, Omaira baru saja hendak menelepon si pemilik yang tiba-tiba saja sudah ada di depannya karena pintu dibuka.
Gaelan menyambutnya dengan senyuman lebar. Omaira tersenyum tipis sebagai balasan. Kakinya melangkah masuk begitu Gaelan mempersiapkan. Mereka langsung menuju ruang makan yang sudah tersedia banyak makanan. Omaira mengambil duduk menghadap Gaelan ketika pria itu menyuruhnya duduk di meja makan dengan empat kursi lewat tatapan mata. Keduanya belum ada yang mengeluarkan suara.
“Jadi, lo belum makan ‘kan?”
Omaira menatap mata Gaelan sekilas lalu beralih pada kening pria itu. “Kalau saya bilang udah, kamu mau apa?”
Gaelan tertawa kecil. “Ya tetep minta lo makan dong. Ini masakan gue, khusus untuk lo. Jadi mau lo udah makan sekalipun, lo harus makan masakan gue. Cicip lah dikit minimal, ya?” pungkas Gaelan membuat Omaira mengulum senyum.
“Iya, untungnya saya belum makan.”
Gaelan bertepuk tangan sekali. “Itu lebih bagus.”
Di tengah-tengah makan, Gaelan beberapa kali mencuri pandang pada Omaira yang tampak fokus pada makanannya. Wajah Omaira tidak membosankan menurutnya. Gadis itu terlihat memiliki daya tarik tersendiri baginya. Mulutnya beberapa kali hendak mengatakan sesuatu, namun ia tahan karena Omaira tampaknya asyik dengan makanannya. Jadi Gaelan menunda untuk memulai percakapan sampai mereka selesai makan.
Omaira yang lebih dulu selesai. Ia yang sudah selesai menatap Gaelan yang ternyata menatapnya dengan mulut yang terus mengunyah. Melihat Gaelan yang tidak ada niatan memutus kontak mata, Omaira melakukannya dengan menatap ke arah dapur yang ada di belakang Gaelan. Menyuap suapan terakhir ke mulutnya, Gaelan kembali menatap Omaira yang enggan mengalihkan pandangannya pada objek di belakang dirinya.
“Gimana masakan gue?”
“Enak,” jujur Omaira.
“Wih, jelas,” sombongnya.
Omaira tersenyum tipis.
“Oma?”
“Ya?”
“Kenapa lo enggak berani natap mata gue?”
Omaira tersentak mendengar pertanyaan Gaelan yang tidak pernah ia duga. Matanya otomatis menatap mata Gaelan yang masih setia menatap matanya. “Harus, Gae?”
Gaelan mengangguk. “Wajib.”
“Saya gak nyaman aja.”
“Kenapa? Karena gue terlalu tampan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Nothing (STORI KOMPLET)
Romance"Gue mau Syifala Nora Talita jadi istri gue." "Istri orang itu!" "Gue bakal minta ke orang tuanya langsung." "Gak waras." Omaira Lamiah Tharifah menyimak percakapan para pria yang semeja dengannya. Mendengar tekadnya saat mengutarakan apa yang diing...