Bab 2
°°°°°°
Semoga suka ya!Atiya berdiri di dekat kompor, ia sedang memanaskan ayam semur yang ia masak tadi siang. Begitu melihat pintu kamar mandi terbuka, Atiya tersenyum melihat putrinya tampak segar sehabis mandi. Saira mendekat padanya setelah ia menyuruh untuk menghampiri dirinya dengan gerakan tangan.
“Kenapa, Ma?”
“Kak Oma tadi lagi ngapain?”
“Lagi tidur.”
Atiya berpikir sejenak lalu berkata, “Tolong bangunin Kak Oma, Dek.”
“Iya, Ma.”
Saira melipir ke kamarnya, ia gantung handuk bekas mandinya di gantungan. Kakinya melangkah mendekati sang kakak yang masih tertidur memunggunginya. Saira berjongkok di depan wajah Omaira yang tersenyum begitu lebar dalam tidurnya. Ingin membangunkan jadinya tak tega.
Jarang sekali ia melihat senyum lebar kakaknya selama beberapa tahun ini. Hanya momen-momen tertentu kakaknya tersenyum lebar seperti di tidurnya. Saira berdiri, ia menghela napas. Ia putuskan untuk ke meja makan tanpa membangunkan sang kakak. Begitu sampai di ruang makan, Atiya menatapnya dengan pandangan bertanya.
“Kakak tidur, Ma.” Saira berkata tanpa Atiya tanya.
“Kenapa enggak dibangunin, Dek?”
“Tidurnya pulas. Kita makan duluan aja ya, Ma?”
Atiya mengangguk mengiyakan. Ia mengambil nasi untuk dirinya dan juga Saira dari penanak nasi menggunakan centong. Saira hanya mengambil paha ayam semur sebagai lauk tanpa mengambil sayur capcai yang tersaji. Atiya menggeleng-geleng, Saira memang susah makan sayur.
“Makan sayurnya dikit, Dek.”
“Enggak mau.”
“Satu sendok aja. Mama suapi ... aaa .... ”
Saira cemberut, ia menggeleng.
Atiya menarik napas panjang kemudian mengedikan bahu. “Capcai buatan mama enak, Dek,” katanya lembut.
“Semua masakan mama enak. Valid no debat!” kata Saira membenarkan.
“Jadi ... makanlah walau dikit.”
“Nah, masalahnya Sai enggak doyan sayur.”
“Sampai kapan enggak suka sayur?”
“Selama-lamanya,” katanya lalu menjulurkan lidah.
Atiya memutar bola matanya. “Ya, ya, rugi sendiri enggak makan sayur. Enak, banyak khasiatnya, buat tubuh sehat juga. Liat nih badan mama, udah ngelahirin tiga anak tapi badan masih kayak gadis.” katanya sebelum menyuap makanan ke mulut.
Saira berdecak, ia mengambil air dan meminum seteguk sebelum protes akan perkataan Atiya. “Itu karena badan mama bagus dari sononya. Makan banyak juga gak jadi lemak.”
Atiya mengibaskan tangan. “Mana ada. Itu karena mama tetep olahraga dan kalori defisit. Walau gak ada niatan untuk kalori defisit,” terangnya.
Saira mengangkat sendok dan menggerakkan ke kanan ke kiri. “Yang penting Sai bahagia. Enggak perlu kalori defisit segala. Badan Sai juga bagus, Ma,” katanya disela mengunyah.
“Telen dulu, baru ngomong.” Atiya menegur.
Saira mengangguk. Ia menelan makanannya kemudian berkata, “Maaf, Ma.”
“Dimaafkan.”
Sementara itu, Omaira yang masih tidur tersentak dalam tidurnya. Ia membuka mata tiba-tiba karena mimpinya. Omaira mengedipkan mata tiga kali dan kembali memejamkan mata. Tiba-tiba ia bangun dari ranjangnya. Berjalan menuju meja belajar, membuka tas perginya tadi dan mengeluarkan ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Nothing (STORI KOMPLET)
Romance"Gue mau Syifala Nora Talita jadi istri gue." "Istri orang itu!" "Gue bakal minta ke orang tuanya langsung." "Gak waras." Omaira Lamiah Tharifah menyimak percakapan para pria yang semeja dengannya. Mendengar tekadnya saat mengutarakan apa yang diing...