Bab 1
°°°°°°°“Oma, tolong cek semur ayamnya!”
Omaira, gadis berbadan sintal yang baru berusia dua puluh tahun itu segera menuju dapur begitu mendengar teriakan sang ibu dari kamar mandi. Ia mengambil garpu dan menusuk salah satu ayam saat melihat masakan sang ibu sudah cukup matang karena airnya sudah mendidih dan menyusut banyak. Setelah mematikan kompor, ia sajikan semur ayam itu ke piring yang sudah disiapkan oleh Atiya selaku ibunya.
Begitu Omaira menutup tudung saji, Atiya datang dengan raut wajah lega. “Udah matang ya?”
“Iya, Ma.”
Atiya mengangguk, tangannya membuka tudung saji dan menutupnya kembali. Tatapannya beralih pada putri keduanya yang tampak rapi. “Mau ke mana?”
“Oma mau keluar, diajak temen.”
“Dianter Juan?”
“Sendiri, Ma.”
“Tumben, biasanya sama pacarmu itu.”
Omaira tersenyum sumir.
“Hati-hati,” katanya saat Omaira menyalami dirinya, pamit.
Omaira berlalu dari hadapan ibunya yang kembali sibuk memasak masakan lain. Ia masuk ke kamar untuk mengambil tas perginya yang berisi dompet, ponsel, dan laptop, tak lupa charger-nya. Ia mematut dirinya di depan cermin, melihat apakah ada yang aneh atau tidak. Kemeja hitam yang ia masukkan ke dalam rok plisket yang sewarna dengan pashmina army yang ia pakai.
Sudah pamitan pada Atiya di dapur, Omaira langsung pergi menuju garasi yang menyimpan motornya itu. Motor berwarna ungu yang ia beli sendiri selalu setia menemaninya ke mana pun ia ingin pergi. Setelah menggantung tas, ia menaiki motornya dan melaju menuju Stately Cafe yang merupakan tempat tujuan.
Tiga puluh lima menit berkendara, Omaira membelokkan motornya memasuki kawasan kafe. Setelah memarkir motornya dengan benar, barulah Omaira turun dan melepas helm yang kemudian ia taruh di atas motor. Setelah berkaca sebentar di kaca spion melihat keadaan pashmina, Omaira masuk ke dalam dengan menjinjing tasnya.
Omaira mengedarkan pandangan mencari keberadaan teman-temannya. Ia memutuskan melipir ke toilet dan membuka aplikasi chat untuk menanyakan kepada Arica, salah satu temannya yang katanya sudah sampai. Begitu mendapat balasan, Omaira langsung keluar toilet menuju tempat berkumpul di ruangan VIP sesuai arahan Arica.
Begitu melihat ruangan yang dimaksud, Arica dan yang lainnya tampak melambaikan tangan menyambut kedatangannya. Omaira membuka pintu ruangan dan langsung disambut teriakan heboh teman-temannya.
“Penulis kita datang juga.”
“Tumben ngaret, Thor!”
Omaira tersenyum kecil mendengar sambutan teman-temannya yang selalu menyematkan kata penulis maupun author pada dirinya sejak mereka putih abu-abu dua tahun lalu. Ia langsung duduk di tempat yang sudah dikosongkan untuknya. Ia memang selalu memilih duduk di pojok karena itu teman-temannya hapal apa yang menjadi kebiasaannya.
“Itu kursi masih kosong banyak, untuk siapa?”
“Oh, itu si Yuka. Dia kan bawa pacarnya sama gerombolan temennya.”
Omaira mengangguk ringan dan memilih mengeluarkan laptopnya. Menyalakan laptop dan ikut nimbrung obrolan ringan teman-temannya. Ruangan ini ditempati oleh Arica, Bianca, Laluna, dan Omaira tentunya. Ketiga temannya tampak asyik mengobrolkan banyak hal. Omaira hanya menimpali sesekali.
“Itu deadline, Ma?” tanya Laluna
“Iya, minta dikirim secepatnya. Dikasih waktu tiga hari.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Nothing (STORI KOMPLET)
Storie d'amore"Gue mau Syifala Nora Talita jadi istri gue." "Istri orang itu!" "Gue bakal minta ke orang tuanya langsung." "Gak waras." Omaira Lamiah Tharifah menyimak percakapan para pria yang semeja dengannya. Mendengar tekadnya saat mengutarakan apa yang diing...