✨Keluar Malam✨

201 34 0
                                    

Bab 13
°°°°°°°°
Update jam segini karena sekalian melek sahur.
Selamat membaca~

Jalan yuk jam setengah 8 malem
Gue dapet undangan kafe baru nih
Makan gratis
Gas?

Omaira yang baru selesai mandi sore langsung membuka chat dari Bayuaji, editor of chief dari penerbit yang menerbitkan semua bukunya. Bibirnya otomatis menyunggingkan senyum membaca isi pesannya. Ia segera keluar kamar dan duduk di kursi makan, tempat Atiya sedang membuat adonan kue.

"Ma."

"Iya kenapa?"

"Oma mau jalan, boleh gak?"

Atiya melirik sang putri dengan tangan yang memegang mixer yang terus menggiling adonan bolu. "Malem gini? Mau ke mana?"

"Iya malem, Ma. Diajak makan."

"Pacar baru?" tanyanya iseng.

Omaira cemberut. "Ih, bukan. Bayu yang ngajak. Dia dapet undangan pembukaan kafe."

"Oh, Bayu." Atiya menunduk menekuri aktivitasnya, ia beberapa kali pernah bertemu pria itu.

"Boleh, Ma?"

"Boleh, jam sebelas udah di rumah ya."

"Oke siap!"

Omaira meletakan ponselnya di atas meja makan. Ia menatap mamanya yang asyik sendiri. "Mama buat bolu apa?"

"Roll red velvet."

"Wah, asyik."

"Ini pesenan orang. Lagian kak, kamu jangan makan terus dong. Gak ada niatan diet gitu?" Atiya menatap Omaira.

Omaira cemberut. "Kalau gak makan, mati dong. Lagian masakan mama gak ada duanya. Jangan salahin Oma lah kalau makan terus." Omaira memela diri dengan dalih masakan sang mama yang membuatnya tidak bisa berhenti makan.

Atiya mendelik begitu mendengar ucapan Omaira. "Terus kamu salahin mama? Emang dasarnya kamu yang doyan makan. Mulut enggak bisa diem, ngap terus. Liat makanan nganggur, langsung ngep"

Omaira tergelak karena mamanya membawa ngap-ngep ke dalam pembicaraan mereka. Efek terlalu sering nonton si kembar botak. "Tepat sekali! Jadi, mama terima apa adanya aja ya. Oma juga gak overweight kok, ya 'kan?"

"Ya iya, kamu semok montok."

Omaira kembali membuka ponselnya. Ia membalas pesan Bayuaji dan menerima tawaran untuk keluar nanti malam. Ia melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul setengah tujuh. "Oma siap-siap dulu ya, Ma. Semangat buat bolunya."

"Iya."

Omaira ke kamar dan disambut cekikikan Saira yang sedang bermain ponsel itu. "Kenapa kamu, Sai?"

"Ini loh, Kak, si sengklek Yada."

Omaira tersenyum. Sengklek Yada adalah sematan Saira pada tokoh cerita yang dibuatnya sekarang ini. Ia menamai tokohnya Yada karena artinya pejuang, sesuai dengan tujuan cerita itu dibuat. Omaira membuka lemari dan mengambil baju untuk dikenakannya nanti. Ia menjeber pakaiannya di atas ranjang. Pasmina, sweter rajut, rok plisket, serta tak lupa tas sebagai pelengkap.

"Mau ke mana, Kak?"

"Kafe."

"Oh."

"Keluar dulu, kakak mau ganti baju."

Saira menurut tanpa protes. Omaira segera berganti dengan pakaian pilihannya. Usai berganti, ia berkaca dan menatap wajahnya yang cantik. Omaira tersenyum geli mendengar seruan isi hatinya itu. Cantik? Ya, ia memang cantik. Sentuhan terakhir ia beri polesan warna pada bibirnya.

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang