✨ Terbawa Perasaan✨

199 34 12
                                    

Bab 18
°°°°°°°°
Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin dari saya ya. Happy eid mubarak✨🙏🏻

Senin pagi di rumah orang tuanya, Gaelan yang sudah rapi dengan pakaian kerja menatap Darmani yang menepuk punggung tangannya. Ia baru saja menyuap kembali, jadi hanya merespon dengan tatapan.

"Kamu ada hubungan sama anaknya Bu Tiya, Mas?"

Gaelan terdiam seketika, ia menggeleng.

"Masa sih?"

"Iya, Bu."

Gumelar menatap istrinya yang menatap sang putra dengan sangsi. "Memang kenapa, Bu?"

"Anakmu itu beraninya pegang tangan gadis di belakang ibunya doang. Apa? Mau ngelak? Ibu liat sendiri kok. Beraninya sembunyi-sembunyi kamu, Mas." Darmani menatap Gaelan yang mengatupkan bibir.

"Itu cuma pegangan biasa, Bu."

"Ibu enggak bisa kamu bohongi, Mas."

"Terserah ibu."

"Setuju ibu, kamu sama dia."

Sambil mengunyah, Tasmirah yang menjadi pengamat melihat sang kakak menyeringai. "Gae kan udah ada calon, Bu."

"Calonmu gak jelas."

Gaelan tertawa. "Ibu aja yang belum tau. Gaelan bawa secepatnya ke sini ya, Bu."

Darmani mengangguk ringan. "Inget, waktu mepet."

Saat semua sudah selesai makan, Tasmirah iseng nyeletuk, "Yah, aku boleh pacaran?"

Gumelar menatap putrinya dengan heran.

"Memang ada yang mau sama kamu?"

Tasmirah merengek jengkel mendengar tukasan Gaelan. "Ayah, masa mas ngomong gitu?"

Senyum geli terpatri di bibir Gumelar. "Memang kamu mau pacaran? Boleh aja kalau kamu mau. Pacaran sama siapa?"

Tasmirah tersipu. "Tas lagi dideketin sama orang."

Darmani meletakan gelas yang baru saja airnya ia tenggak. "Orang apa? Orang utan?"

Gaelan tersenyum mengejek mendengar itu.

"Ibu gitu banget." Tasmirah cemberut.

"U-u a-a u-u a-a."

Gumelar dan Darmani tertawa bersama mendengar Gaelan yang bersuara seperti monyet. Tasmirah mendesis kesal, ia menatap Gaelan dengan penuh permusuhan.  Gaelan tertawa pelan, ia menjepit dagu adiknya dan menggerakkan ke kanan ke kiri. Tasmirah menepis tangan Gaelan karena kesal.

"Maaf ya."

"Gak dimaafin."

Bahu Gaelan mengedik. "Ambekan."

"Biarin!"

Gaelan mengalihkan pandangan pada jam di tangannya. "Gae berangkat sekarang ya, Bu, Yah. Kamu jangan ngambek gitu, udah gede juga."

Gaelan berlalu dari sana setelah berpamitan. Di dalam mobil, ia langsung mengetikan pesan pada Omaira. Ia berpesan agar datang tepat waktu pukul tiga sore di apartemennya. Setelahnya, mobil melaju menuju kantornya.

💥

Sorenya, Gaelan mengurai senyum begitu di lorong apartemennya melihat Omaira yang tampak sudah datang menunggu dirinya di depan pintu. "Hai!" sapanya sebelum membuka pintu dengan kartu akses miliknya.

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang