Bab 4
°°°°°°
Semongko~Omaira membuka pintu rumah dengan kunci pegangannya. Ia patut bersyukur karena saat ini Atiya belum pulang. Saat sudah memasuki rumah sederhana itu, Omaira langsung menuju dapur. Ia menyimpan lumpia basah yang dibelinya di atas meja makan sebelum pergi ke kamar. Setibanya di kamar, ia buka pasmina dan menyisir rambut sebahunya sambil berkaca.
Gadis itu menimbang untuk menggerai rambut atau mengikatnya. Ia putuskan untuk menjepit kedua ujung rambutnya sehingga tidak mengganggunya makan nanti. Ia langsung kembali ke meja makan untuk mengambil lumpia basah pedas miliknya. Ia bawa ke ruang keluarga untuk dimakan sembari menonton kartun di televisi.
Sebelum duduk sehabis menyalakan televisi, Omaira beranjak menuju kipas angin untuk menyalakannya. Ia arahkan hanya untuk dirinya seorang karena merasa gerah. Belum lagi, ia akan makan makanan pedas yang tentunya akan membuat dirinya berkeringat. Omaira dengan santai duduk di sofa sambil mengganti saluran televisi yang menayangkan kartun tontonan dirinya saat siang hari begini.
Tangannya menaruh remot televisi di lengan kursi. Ia duduk menyamping dengan paha sebagai tatakan styrofoam. Sambil menonton, tangannya terus menyuap dengan santai. Lupa membawa minum membuatnya dengan malas menghentikan acara makannya. Ia pergi ke kulkas untuk mengambil air dingin di botol satu liter dan gelas untuknya minum. Begitu kembali ke ruang keluarga, matanya kembali fokus pada televisi di depannya.
Meski begitu, tangannya dengan lihai membuka botol untuk menuangkannya ke dalam gelas. Selesai meneguk air, ia tuang kembali air dingin itu ke dalam gelas. Setelahnya ia taruh di bawah agar tidak tumpah. Omaira kembali memangku lumpia basahnya sesuai posisi awal. Sedang asyik nonton sambil makan, suara ketukan pintu diiringi salam membuat Omaira mau tidak mau menghentikan kegiatannya.
Omaira berdiri dan kakinya melangkah menuju pintu. Begitu membuka pintu, ia tersenyum melihat Seta, anak perempuan berusia tiga tahun yang merupakan tetangganya berdiri membawa piring plastik di tangannya. Ia berjongkok, mensejajarkan tubuh mereka dan menjawab salam yang belum ia jawab, “Waalaikumussalam, Ta.”
“Kak Oma, Ta bawa pepes tahu.” Seta berkata sambil menyerahkan piring yang dibawanya pada Omaira.
Omaira menerima dengan senyum yang masih bertengger di bibir. “Wah, makasih Ta. Mau main dulu? Kak Oma ada puding di kulkas.” tawarnya langsung diangguki semangat oleh Seta yang bahkan langsung nyelonong masuk ke dalam rumahnya.
Omaira berdiri dan menatap Kayshila, Ibu Seta yang menatap dirinya dari rumah. Kayshila mengangguk sambil tertawa pelan, membuat Omaira segera masuk. Seta memang sering main ke rumah tetangganya itu. Sepulang dari sana, putrinya selalu bercerita jika ia memakan banyak makanan yang ada di sana. Seta bahkan bisa main dari pagi hingga malam jika tidak dijemput.
Omaira menatap Seta yang tampak penasaran dengan lumpia basah miliknya namun tidak menyentuhnya. “Ini apa?”
“Itu lumpia basah, pedas.”
Seta mengangguk mengerti. Ada kata pedas, berarti tidak boleh ia sentuh. Melihat Omaira yang duduk di sofa, Seta menarik tangannya untuk berdiri. “Puding, ayo Kak Oma!”
Omaira tertawa, ia berdiri dan mengikuti langkah Seta yang tak sabar menuju dapur di mana kulkas berada. Seta bahkan membuka kulkas itu sendiri, namun ia tidak bisa mencapai apa yang ia inginkan karena pudingnya diletakan di tempat yang tinggi. Omaira letakan piring yang berisi pepes tahu pemberian Kayshila di atas meja makan. Melihat Seta yang tidak bisa mengambil pudingnya, ia langsung menggendong Seta tanpa kata. Gadis cilik itu langsung mengambil tiga puding sekaligus.
Seta lari menuju ruang tamu membawa pudingnya begitu Omaira menurunkan dirinya. Omaira menutup kulkas sebelum bergabung dengan Seta yang sudah duduk di lantai sambil memakan puding. Omaira mengatur kipas agar berputar dan membuatnya mengeluarkan angin yang paling kecil. Baru ia ikut duduk di lantai bersama Seta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Nothing (STORI KOMPLET)
Roman d'amour"Gue mau Syifala Nora Talita jadi istri gue." "Istri orang itu!" "Gue bakal minta ke orang tuanya langsung." "Gak waras." Omaira Lamiah Tharifah menyimak percakapan para pria yang semeja dengannya. Mendengar tekadnya saat mengutarakan apa yang diing...