✨Tanpa Sadar✨

189 37 6
                                    

Bab 16
°°°°°°°
Yey, selamat membaca!
Vote dan komen jangan lupa bund🍁

Gue udah di depan rumah

Sepulang kerja, Gaelan benar-benar datang sesuai dengan pesan yang dikirimnya tadi pagi. Di dalam mobil, Gaelan menunggu dengan sabar balasan Omaira atas pesan yang ia kirimkan. Juga di menit yang sama, pesannya terlihat sudah dibaca dan terlihat Omaira sedang mengetik.

Oh oke

Gue masuk ya

Masuk aja
Ngapain nanya segala sih?

Gaelan mengangkat alisnya membaca balasan Omaira. “Tumben gak ada larangan.” Meski begitu, Gaelan langsung mematikan mesin mobil dan bergegas ke rumah Omaira yang dikunjunginya.

Gaelan mengetuk pintu dua kali namun tidak ada sahutan. Ia membaca pesan yang dikirimkan Omaira tadi. “Masuk aja. Hm, oke gue masuk.” Gaelan masuk ke dalam rumah dengan mengucapkan salam. Matanya memindai seluruh ruangan yang tampak rapih namun tidak menemukan sosok yang dicari.

Walau tidak melihat siapa pun, suara musik yang berdentum samar terdengar dari kamar yang pintunya tertutup. Gaelan berjalan mendekati pintu tersebut dan mengetuknya. Tidak mendapat respon, Gaelan memilih mendudukkan dirinya di sofa. Tangannya menyambar remot televisi yang ada di sampingnya. Menyalakan televisi adalah jalan ninja membunuh bosan.

Gaelan langsung mengganti salurannya begitu acara gosip yang terpampang. Ia pencet satu per satu tombol angka dan menemukan saluran yang dicarinya. Gaelan menonton kartun spons kuning yang bahkan alurnya ia hapal. Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Gaelan melirik pintu plastik yang ia yakini kamar mandi dalam kondisi tertutup.

“Sai, tolong ambilin pembalut di kamar.”

Gaelan mengerutkan kening. “Say? Sayang? Pembalut katanya?”

“Sai, ada di atas meja kerja.”

Gaelan berdiri, ia memasuki kamar yang menurutnya kamar Omaira. Matanya langsung menemukan benda yang Omaira minta. Ia ambil dan matanya tak sengaja melihat novel-novel berjejer di atas meja. Ia mengambil satu untuk membaca judul dan penulisnya.

“Dia ngoleksi novel Omamih juga.”

“Sai!”

Gaelan bergegas keluar kamar mendengar seruan Omaira. Begitu berdiri di depan pintu kamar mandi, Gaelan hendak mengetuknya namun ia berpindah posisi. Ia berdiri di depan tembok dan barulah mengetuk. Pintu dibuka hanya menyisakan sedikit celah, gadis itu langsung mengambil pembalut yang ia sodorkan.

“Lama banget. Kamu kok diem aja, Sai? Tumben banget. Biasanya ngomel.” Suara Omaira kembali terdengar.

Gaelan yang bersandar di tembok kembali mengerutkan kening. Begitu pintu terbuka, pekikan Omaira terdengar nyaring. “GAE!” Disusul pintu yang kembali tertutup dengan sedikit dibanting.

“Kenapa?”

“Ngapain kamu di sini?!”

“Loh? Lo yang nyuruh gue masuk.”

“Hah?” Omaira terdiam. “Gae, saya pikir kamu ada di rumah kamu!” serunya setelah mengerti jika ia salah tangkap maksud dari pesan yang Gaelan kirim.

“Salah sendiri. Kan tadi pagi gue bilang mau main. Terus tadi lo bilang masuk aja, ya gue masuk dong.” Gaelan membela diri, tak ingin disalahkan.

“Ih! Tolong keluar.”

“Gak mau.”

“Gae, tolong.”

“Gak.”

Regret Nothing (STORI KOMPLET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang