"Tris, lo kenal sama mas-mas kafe tadi?" tanya Jesslyn sambil mengiringi langkah Trisha di trotoar."Iya, dia yang mau gue ceritain ke kalian."
"Ada hubungannya sama semalem, ya?" Dira menangkap benang merah.
"Yup! Semalem gue dapet musibah, mobil gue dihadang sekawanan penjahat gitu, begal atau apa gue nggak ngerti. Mereka berusaha membuka pintu mobil dengan mencoba memecah kaca jendela."
"Ya ampun, Tris! Serem amat." Dira membekap mulutnya sendiri.
"Terus?" Jesslyn tampak penasaran.
"Dan ... Ervan datang nyelamatin gue. Mas-mas kafe tadi."
"Tapi elo nggak kenapa-kenapa, 'kan, Tris?" Jesslyn memastikan.
Trisha mengangguk. "Ya, gue baik-baik aja. Makanya gue nggak tahu lagi kalau seandainya aja Ervan nggak datang nyelamatin gue." Trisha menghela napas.
"Kenapa nggak hubungi kita, sih?" Dira protes.
"Baterai gue habis, Sayang." Trisha tersenyum.
"Bisa-bisanya lagi keadaan mencekam gitu, baterai habis."
"Kemarin gue bilang, 'kan, Tris, nginep aja," sela Jesslyn.
"Udah-udah, yang penting gue baik-baik aja, 'kan. Lain kali gue akan lebih hati-hati lagi."
"Uw ... sayang Trisha." Dira memeluk lengan Trisha. Sementara Trisha tertawa kecil dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Lo nggak lapor polisi, Tris?"
Trisha terdiam sejenak. "Nggaklah, nggak usah."
"Nyokap bokap lo tahu soal ini?"
Trisha menggeleng.
"Kenapa lo nggak bilang?" Kali ini Dira memekik.
"Nggak usahlah, gue nggak mau mereka khawatir."
"Keselamatan lo semalem terancam lho, Tris. Kenapa lo sesantai ini? Lo harus lapor polisi."
"Yup! Gue setuju, tuh."
"Udahlah."
"Nggak, lo harus bilang ke nyokap bokap lo, Tris. Gue yakin, om Admaja nggak akan biarin ini begitu aja. Bisa aja, kan mereka ini sengaja datang buat nyelakain elo, karena lo adalah anak om Admaja. Saingan bisnis mungkin. Who knows?"
"Enggak, gue nggak berpikir sampai ke sana. Gue nggak mau ini jadi ke mana-mana."
"Tapi, Tris--"
"Gue baik-baik aja, itu poinnya."
Dira dan Jesslyn terdiam.
"Udah, ah, kita masih ada kelas."
Ketiganya kembali berjalan menuju area kampus. Namun, ketika sudah sampai di depan gerbang utama, Trisha menyadari ponselnya tidak ada dalam saku celana jeans-nya. Ketiganya menghentikan langkah mereka. Trisha panik mengacak isi tote bag-nya, memastikan ia sudah memasukkan ponsel pintarnya itu ke dalam tote bag, tetapi tidak ditemukan juga di sana.
"Atau jangan-jangan ketinggalan di kafe tadi?" curiga Jesslyn.
"Bisa jadi." Dira menimpali.
"Aku kira ponselmu udah dikantongin. Aku nggak ngeh ada barang yang ketinggalan atau enggak di meja tadi." Jesslyn tampak menyesal.
"Coba telepon," usul Dira.
Jesslyn sigap mengeluarkan ponselnya kemudian tanpa berlama-lama melakukan panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Raya Trisha (Completed)
RomanceAwalnya Ervan berniat untuk mempermainkan gadis bernama Trisha Putri Admaja, menghancurkan masa depannya, lalu ia tinggalkan begitu saja. Persis seperti perlakuan yang didapat kakak perempuannya dulu. Dendam serta kebencian mengalir deras di dalam d...